ZONASULTRA.COM, WANGUDU – Puluhan masyarakat nelayan yang berada di Desa Muara Tinobu, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), menjerit lantaran pihak Stasiun Pengusian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) diduga menjual BBM jenis solar ke perusahaan tambang. Solar tersebut merupakan kebutuhan para nelayan yang didrop melalui SPBN, untuk mencari ikan di laut.
Tak hanya itu, parahnya lagi jumlah stok BBM solar yang masuk per 8 ton untuk jatah perbulan justru habis dalam kurung waktu 3 hari saja. Bahkan, harga standar pembelian di SPBN melonjak naik, diduga akibat permainan pihak SPBN. Akibatnya, produksi hasil laut nelayan di wilayah itu menurun drastis.
Hal itu dibenarkan Sabir (28), nelayan di Desa Muara Tinobu. Diungkapakan, sejak 3 bulan terakhir kondisi solar untuk para nelayan sangat langka, padahal stok dari distributor telah disiapkan melalui SPBN hasil pembentukan koperasi. SPBN Muara Tinobu dikelola oleh Haji Tarika yang juga pemilik SPBU Belalo.
Bahkan, lanjut Sabir, stok BBM jenis solar yang telah dijatahkan untuk satu bulan itu habis hanya dalam waktu 3 hari saja. Sehingga membuat sekitar 20 nelayan aktif di wilayah itu kesulitan mendaptat pasokan solar.
Ia menduga pihak SPBN melakukan penyelewengan BBM. Pasalnya, dirinya pernah mendapati sebuah mobil perusahan tambang tengah mengangkut BBM di tempat itu dengan kapasitas sekitar 2 ton.
“Mobil tambang sering masuk. Pernah malam-malam saya ke situ (SPBN) saya dapat, saya kasi tau jangan kasi tapi dia kasi juga, atas namakan nelayan,” tutur Sabir kepada awak media dengan nada tinggi, Rabu (21/3/2018).
“Iya 8 ton tiap bulan masuk di SPBN di bagi 4 minggu penyalurannya, tapi tidak sampai 1 bulan sudah habis, hanya 3 hari saja. Kalau untuk pemakaian nelayan, 8 ton itu tidak akan habis pak selama satu bulan,”kesalnya.
Dikeluhkannya, harga stok BBM jenis solar juga mengalami kenaikan drastis. Sebelumnya solar dihargai Rp 220 ribu per 2 jergen dengan isi 35 liter tiap jergen, menjadi Rp 300 ribu per 2 jergen.
Sebagai nelayan, dirinya berharap kepada pemerintah Konut agar merespon persoalan ini dengan serius, demi kesejahteraan para nelayan dan juga meminta kepada pihak kepolisian setempat agar tidak tutup mata melihat kejadian itu sudah berlangsung lama.
Di tempat yang sama, Daeng Kama, warga setempat juga mengatakan, stok solar yang masuk di SPBN itu didropkan kembali kepada warga yang mempunyai modal besar yang selanjutnya para pengecer BBM itu menjual kembali kepada para masyarakat nelayan dengan harga yang lebih tinggi.
Dia juga menduga, hal itu merupakan permainan pihak SPBN dibawah tanggung jawan H. Tarika untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak.
“Kalau dalam satu minggu baru masuk lagi, di situ mi mereka ambil kesempatan yang punya modal untuk beli dan salurkan lagi ke masyarakat nelayan dengan harga berbeda. Jadi, untuk dapatkan keuntungan lebih banyak dia (SPBN) jual ke pemodal. Kalau pihak keamanan walahualam,”terangnya.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada konfirmasi dari pihak SPBN. Masyarakat mengancam akan bersatu dan melakukan aksi unjuk rasa besar-besar, jika tak ada solusi baik dari pihak Pemerintah berwenang dan SPBN. (B)