OSIS, Sejarahnya dan Sejarahku

OSIS, Sejarahnya dan Sejarahku

Tak terasa tahun ajaran baru lagi. Seragam baru lagi. Meski tak sedikit yang bertahan menggunakan baju lama. Bahkan mereka yang sudah ubanan, ikut-ikutan mengenakan seragam sekolah saat reunian dengan mantan sekelasnya. Bernostalgia dengan masa lalunya. Apalagi yang paling epik di kehidupan selain kisah-kisah masa lalu?

OSIS, Sejarahnya dan SejarahkuSeragam sekolah dengan lambang OSIS-nya yang legendaris itu memang selalu punya kenangan. Punya cerita. Memiliki sejarahnya sendiri atas tiap-tiap pemiliknya. Termasuk saya. Tepatnya, teman sekelas saya di SMA.

Kala itu, saya murid baru yang terlambat masuk sekolah. Sudah beberapa pekan proses belajar mengajar dimulai, barulah saya memasuki ruang kelas. Tentu saja, saya murid “lebih” baru ketimbang murid baru lainnya di kelas satu.

Beberapa hari kemudian, masuk lagi satu murid yang lebih baru dari saya. Seorang anak yang perawakannya lebih kecil dari saya. Dia berseragam baru dengan baju putih yang warna putihnya lebih terang dari umumnya kain seragam kami. Seragamnya terlihat “berbeda” dengan kami.

Ada lagi yang berbeda dengan kami. Lambang OSIS-nya. Entah karena terburu-buru atau bagaimana, lambangnya itu terpasang terbalik sehingga tulisan “OSIS” terbaca “SISO”. Jika tidak salah ingat, kami mulai menyadarinya ketika dia diminta oleh guru untuk memperkenalkan diri.

Tawa kami meledak. Dan sejak saat itu, kami kerap mencandainya sebagai anggota SISO, bukan anggota OSIS. Saya sudah lupa nama teman itu karena hanya beberapa bulan kemudian, dia pindah sekolah. Saya tidak tahu kabarnya lagi sampai sekarang. Tapi saya selalu mengenang lambang OSIS miliknya yang terbalik itu.

Dan kita akan bertutur tentang sejarah lambang itu. Siapa penciptanya dan apa makna dari setiap gambar yang terlihat cukup rumit itu. Barangkali tidak banyak yang tahu tentang sejarahnya. Malah, kita berpikir untuk tidak perlu tahu.

Dikutip dari Wikipedia, OSIS diciptakan oleh seorang tokoh pendidikan nasional yang jarang disebut namanya di kekinian. Idik Sulaeman Nataatmadja. Dalam keseharian, lelaki kelahiran Kuningan, Jawa Barat, itu dipanggil dengan nama yang lebih ringkas, Idik Sulaeman.

Idik yang lahir pada 20 Juli 1933 adalah seorang seniman. Ia sarjana seni rupa dari Departemen Ilmu Teknik, Institut Teknologi Bandung. Setamat kuliah tahun 1960, ia memulai kariernya di Balai Penelitian Tekstil. Jabatannya naik menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan Kerajinan tahun 1965.

Namun tahun 1967, kariernya di dunia seni dan tekstil berakhir karena pindah atau –barangkali– dipindahkan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan.

Di situ dia banyak berinteraksi dengan tokoh kepanduan yang juga pencipta lagu-lagu kebangsaan, Husein Mutahar atau H. Mutahar. Kerjasama mereka membuahkan terbentuknya Korps Paskibraka yang kita kenal saat ini sebagai pasukan pengibar bendera pada setiap peringatan HUT kemerdekaan.

Andi Syahrir
Andi Syahrir

Idik adalah orang yang melontarkan gagasan pergantian nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka tanpa mengubah akronim dari Paskibraka. Di sepanjang tahun 1977-1979, ia menjadi sosok penting latihan para taruna Paskibraka nasional.

Pada tahun 1979-1983, Idik menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada periode inilah –dengan berbekal pendidikan seni dan pengalaman kerjanya di dunia tekstil– dia kemudian menggagas penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.

Idik meninggal pada 4 April 2013 di Jakarta. Tidak banyak pemberitaan yang mengabarkan kematiannya. Tahun ajaran baru menjadi semacam momentum untuk menapaktilasi jasa-jasanya. Yang oleh karena dia, kita semua memiliki kenangan atas seragam sekolah yang pernah kita kenakan.

*** *** ***

Tentang makna lambang. Setidaknya terdapat sepuluh simbol yang perlu dijelaskan dalam lambang OSIS. Kita akan memulainya berdasarkan gambar yang ditampilkan di tulisan ini dengan mengutip sumber dari Wikipedia.

Pertama, bunga bintang sudut lima dan lima kelopak daun bunga. Memiliki pengertian bahwa generasi muda adalah bunga harapan bangsa dengan bentuk bintang sudut lima menunjukkan kemurnian jiwa siswa yang berintikan Pancasila. Para siswa berdaya upaya melalui lima jalan dengan kesungguhan hati, agar menjadi warga negara yang baik dan berguna. Kelima jalan tersebut dilukiskan dalam bentuk lima kelopak daun bunga, yaitu: abdi, adab, ajar, aktif, dan amal.

Kedua, buku terbuka. Mengandung makna belajar keras menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan sumbangsih siswa terhadap pembangunan bangsa dan negara.

Ketiga, kunci pas. Dapat diartikan bahwa kemauan bekerja keras akan menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan diri dan bebas dari ketergantungan pada belas kasihan orang lain, menyebabkan siswa berani mandiri. Kunci pas adalah alat kerja yang dapat membuka semua permasalahan dan kunci pemecahan dari segala kesulitan.

Keempat, tangan terbuka. Kesediaan menolong orang lain yang lemah sesama siswa dan masyarakat yang memerlukan bantuan dan pertolongan, yang menunjukkan adanya sikap mental siswa yang baik dan bertanggung jawab.

Kelima, biduk. Biduk atau perahu, yang melaju di lautan hidup menuju masa depan yang lebih baik, yaitu tujuan nasional yang dicita-citakan.

Keenam, pelangi merah putih. Diartikan bahwa tujuan nasional yang dicita-citakan adalah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejahtera baik material maupun spiritual.

Ketujuh, tujuh belas butir padi, delapan lipatan pita, empat buah kapas, lima daun kapas. Mengandung pengertian bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa penegakan jembatan emas kemerdekaan Indonesia mengandung nilai–nilai perjuangan ’45 yang harus dihayati para siswa sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional. Kemerdekaan yang telah ditebus dengan mahal perlu diisi dengan partisipasi penuh para siswa.

Kedelapan, warna kuning. Sebagai dasar lambang yaitu warna kehormatan/agung. Suatu kehormatan bila generasi muda diberi kepercayaan untuk berbuat baik dan bermanfaat melalui organisasi, untuk kepentingan dirinya dan sesama mereka, sebagai salah satu sumbangsih nyata kepada tanah air, bangsa dan negara.

Kesembilan, warna coklat. Dapat berarti sifat kedewasaan dan sikap rela berkorban bagi tanah air.

Kesepuluh, warna merah putih. Warna kebangsaan Indonesia yang menggambarkan hati yang suci dan berani membela kebenaran.***

 

Oleh : Andi Syahrir
Penulis adalah Alumni UHO dan Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini