Otokritik Jati Diri Mahasiswa

Muhammad Akbar Ali
Muhammad Akbar Ali

Sejarah perhelatan perubahan di Indonesia selalu didominasi oleh mahasiswa. Sebelum kemerdekaan hingga setelahnya, mahasiswa terus berada di podium terdepan dalam mengambil peran menuju cita-cita bangsa ini. Mahasiswa yang kritis namun santun adalah perangai mereka. Kepedulian terhadap persoalan bangsa, terutama perhatian serius kepada rakyat jelata tidak luput dari pemikirannya di setiap waktu.

Maka tidak heran saat Presiden Soekarno ditumbangkan, yang mempelopori tragedi tersebut adalah mahasiswa. Hal itu berangkat dari pemahaman mahasiswa saat itu bahwa eksistensi Soekarno berbahaya dan mengancam terwujudnya cita-cita bangsa ini. Melangkah ke masa berikutnya, lagi-lagi mahasiswa membuat fenomena yang cukup mencengangkan. Bukan saja Indonesia, tetapi dunia pun ikut terkesima saat Soeharto dilengserkan. Dengan tudingan Soeharto telah melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Sedikitnya, itu adalah gambaran pergerakan mahasiswa yang sangat menggenggam idealismenya.

Menengok kondisi mahasiswa saat ini sangat mengerikan. Bagaimana tidak, mahasiswa saat ini banyak terjerumus ke dalam hedonisme, bermental pragmatis, individual, dan komprador. Mahasiswa hari ini mayoritas sudah amat jauh dari identitas yang sesungguhnya. Sebut saja bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan. Faktanya hari ini malah sebaliknya. Bahkan mahasiswa sangat banyak meresahkan masyarakat dan tidak sedikit menjadi jongos oleh mafia-mafia jahat.

Mahasiswa sebagai pengawal kebijakan pemerintah pun sedikit saja akan sudah terkubur status tersebut. Sangat banyak kebijakan pemerintah yang sangat kejam dan menyengsarakan. Sebut saja kenaikan harga BBM, TDL, BPJS, kasus Freeport. Dari kasus tersebut sangat sedikit yang memiliki kepedulian. Mereka lebih memilih bermain dengan wifi, buka facebook, nonton drama korea, selfie, tawuran, dan lain gelagat lainnya yang sangat tidak idealis.

Menganalisa penyebab dari hancurnya identitas mahasiswa yakni oleh beberapa hal;

Pertama, sistem pendidikan kita saat ini hanya memberikan prioritas agar mahasiswa hanya fokus meningkatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dan sangat sedikit bahkan hampir tidak ada ke arah pembangunan manusia sebagai pemimpin masa depan yang cerdas komprehensif. Bukan hanya cerdas secara intelektual namun spiritual juga prioritas utama. Dengan tujuan melahirkan pemimpin yang cerdas dan benar. Karena hari ini banyak pemimpin cerdas namun tidak benar. Akhirnya korupsi terjadi dimana-mana. Mulai dari tingkat desa hingga DPR ramai-ramai melakukan tindakan bejat dan hina tersebut.

Kedua, budaya yang berkembang hari ini sangat berbahaya. Liberal, individualistik, dan hedonis adalah budaya yang sedang menguasai pemikiran mahasiswa. Budaya ini menjadikan mahasiswa bersikap bebas tanpa lagi memperhatikan norma-norma yang berlaku. Lebih dari itu, menyebabkan mahasiwa beraktivitas hura-hura. Kebanyakan mencari kesenangan semata sebagai salah tujuan hidupnya dan tidak kalah parahnya mahasiswa hanya memperhatikan dirinya sendiri dan membuang kepeduliannya kepada sekitar terlebih kepada kebijakan-kebijakan pemerintah. Akhirnya tidak heran banyak kita saksikan mahasiswa yang terjangkit narkoba, seks bebas, pembunuhan, begal, bahkan sampai ada yang melakukan korupsi.

Ketiga, mahasiswa tidak sedikit mendapat perlakuan tidak etis oleh birokrasi kampus. Sangat banyak, bahkan hampir di seluruh kampus di Indonesia terjadi penekanan oleh birokrasi kampus kepada mahasiswa. Mahasiwa dibungkam dari nalar kritisnya melalui berbagai aturan-aturan kampus yang mereka tetapkan. Mahasiswa tidak boleh demo, mahasiswa tidak boleh kritis. Mahasiswa hanya fokus kepada kuliahnya agar cepat selesai. Dan yang lucunya saat ada dosen mengancam dengan nilai eror ketika mahasiswa kritis, misalnya pada transparansi anggaran kelembagaan, uang kuliah tunggal ataupun saat kritis kepada kamuflase akreditasi jurusan yang tidak sedikit dimanipulasi. Ironi dan menyedihkan.

Akhirnya dari penekanan tersebut menjadikan mahasiswa takut dan mencoba mengalah pada keadaan. Penyakit ini menjalar pada tatanan-tatanan kondisi lokal maupun nasional. Sadar atau tidak sifat birokrasi yang otoriter kepada mahasiswa adalah tindakan yang menyebabkan hancurnya identitas mahasiswa.

Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan hidup di kalangan mahasiswa. Karena sangat berbahaya dan mengancam kelangsungan generasi-generasi ideal untuk membangun bangsa. Maka dari itu mahasiswa harus bangkit dan melawan oknum-oknum yang telah menghancurkan identitasnya. Karena pada hakekatnya mereka bak patologi bagi bangsa ini. Selain itu, budaya-budaya barat (liberal, individual, dan hedonis) yang telah ikut menghanyutkan identitas mahasiswa harus dikubur. Diganti dengan sistem pergaulan ataupun pemikiran yang menjadikan mahasiswa memiliki karakter luhur dan jauh dari kehinaan.

Islam merupakan sistem peraturan yang sempurna lagi paripurna. Islam sebagai rule of life yang dapat mengantarkan manusia menjadi luhur. Dengan pemikiran Islam, mahasiswa akan kembali menemukan identitasnya yang sesungguhnya. Maka sudah saatnya mahasiswa mempelajari Islam secara ideologis dan menjadikannya sebagai mainstream pemikiran dan tindakan untuk menyikapi segala persoalan yang melingkupinya. Lebih dari itu, dengan pemikiran politik Islam akan melahirkan mahasiswa-mahasiswa dengan idealisme tinggi. Karena dia berjuang semata-mata hanya untuk mendapatkan Ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukan materi ataupun yang lainnya.

 


Oleh Muhammad Akbar Ali
Penulis merupakan Humas Gema Pembebasan Sulawesi Tenggara

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini