ZONASULTRA.COM, KENDARI – Salah satu bakal calon walikota Kendari yang gagal mendapatkan partai koalisi yang cukup adalah Ishak Ismail. Hingga penutupan pendaftaran calon walikota Kendari 2017 pada 23 September 2016 di KPU, Ishak yang terkenal dengan tagline Anak Lorong tak jadi mendaftar.
Pakar Politik Eka Suaib mengatakan apa yang dialami Ishak merupakan pengalaman politik yang berharga agar ke depan bisa lebih baik lagi dalam pertarungan politik. Masih ada momen-momen pertarungan politik yang bisa diikuti.
Jika dilihat dari pendukung, Ishak memiliki basis massa yang jelas dan sampai ke tingkat bawah. Hanya saja partai politik belum bisa menerima Ishak dan jadi salah satu penyebab kegagalan pencalonan tersebut.
“Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni pola komunikasi politiknya harus diperbaiki, soliditas tim yang harus kuat, juga mungkin konsultan politiknya yang harus lebih baik lagi,” ujar Eka yang juga akademisi UHO di Kendari, Senin (26/9/2016).
Kegagalan tersebut dapat dipastikan bukan disebabkan oleh pengaruh politik transaksional (uang). Sebab secara finansial Ishak sangat mumpuni dengan latar belakang seorang pengusaha yang dikenal sukses.
Ishak juga terlambat start dalam memulai gerakan politiknya di Pilwali. Meskipun sebelumnya pernah menjadi Ketua Gerindra Kendari namun sempat berhenti dan terdiam beberapa lama. Jeda waktu tersebut membuat Ishak kerepotan dalam mensosialisasikan dirinya dan mengangkat elektabilitas.
Eka menilai gerakan Ishak selama ini sudah cukup bagus di kalangan masyarakat. Hal itu ada baiknya dipertahankan untuk memenangkan kontestasi politik lainnya.
“Sebaikanya dia tidak meninggalkan dunia politik dan tidak boleh hanya fokus jadi pengusaha. Jangan hanya karena gagal di momen kali ini terus mundur. Saya yakin Kalau beliau bertarung semisal pemilu legislatif pasti akan dimenangkannya,” ujar Eka
yang telah meraih gelar Doktor (S3) Sosial Politik di Universitas Gajah Mada (UGM).
Senada dengan Eka, pakar komunikasi politik Najib Husen juga menilai ada yang kurang dengan komunikasi politik Ishak. Harusnya lebih harmonis dengan partai politik dan gaya permainan harus diubah.
“Selama ini permainannya lebih banyak gesekan. Seperti yang terjadi dengan Gerindra (ketika kepemimpinan Anton Timbang) belum lama ini. Itu yang harus dihindari sebenarnya,” kata Najib yang telah meraih gelar Doktor (S3) Komunikasi Politik di Universitas Gajah Mada (UGM).
Faktor lainnya, kegagalan Ishak adalah tidak mampu masuk di semua partai politik. Terlalu monoton pada Gerindra dan PDIP sehingga partai-partai lain lepas. Selain itu kurang membangun komunikasi dengan pengurus partai di daerah dan lebih banyak di DPP partai.
Najib yang juga akademisi UHO ini melanjutkan, Ishak tergolong pemain baru dalam kontestasi pemilihan di Kota Kendari. Berbeda dengan beberapa figur lainnya yang sudah lama dikenal. Sehingga tantangan yang dihadapi cukup berat.
Langkah politik Ishak ke depan dipastikan akan mudah sebab saat ini sudah memiliki investasi atau modal politik yang baik. Modal inilah yang sebelumnya tidak dimiliki ketika pertama kali menyatakan diri maju di Pilwali Kendari 2017. (A)
Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Tahir Ose