Pascabanjir, SD Pombeyaho Koltim Masih Tergenang Air

Pascabanjir, SD Pombeya Koltim Masih Tergenang Air
BANJIR - SD 1 Pombeyaho, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga kini masih tergenang air akibat banjir kiriman sungai Wungguloko. (SAMRUL/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Dampak jebolnya tanggul Sungai Wungguloko, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) juga terasa sampai di dusun IV Desa Pombeyoha. Desa Pombeyoha adalah tetangga dari Desa Wungguloko. Jarak kedua desa ini kurang lebih 1,5 kilometer.

Di wilayah ini, luapan banjir Sungai Wongguloko cukup besar. Beberapa fasilitas seperti SD 1 Pombeyoha, kantor desa, dan masjid ikut tergenang air. Sampai hari ini, halaman tiga bangunan itu masih digenangi air setinggi mata kaki orang dewasa.

Harsono, salah seorang guru honor SD 1 Pombeyoha mengatakan, sejak Sungai Wungguloko meluap, maka aktivitas rutin sekolah terpaksa berhenti. Begitu pula ruang gerak bermain murid semakin terbatas.

“Dengan kondisi begini ya terpaksa kami tidak pernah laksanakan upacara maupun apel pagi. Kasian anak-anak,” katanya pada Zonasultra, Rabu (20/2/2019).

(Baca Juga : Jerit Warga Wungguloko Koltim di Tengah Luapan Banjirw)

Pihak pengelola SD 1 Pombeyoha masih tetap melangsungkan kegiatan proses belajar mengajar.

Harsono mengungkapkan, pada 2013 lalu banjir sempat masuk sampai ke dalam ruang kantor dan kelas. Untungnya, ketika itu sedang libur sekolah. “Kami punya arsip dan lemari hanyut semua dibawa banjir. Makanya dokumen kami untuk tahun 2013 tidak ada,” sebutnya.

Harsono, salah seorang guru honor SD 1 Pombeyoha
Harsono

Harsono berharap pada pemerintah daerah kabupaten agar bisa memberi perhatian khusus terhadap SD I Pombeyoha. Apalagi sekolah tersebut masuk dalam kategori tertinggal, terisolir dan terluar (3 T). Bantuan yang diharapkan pihak sekolah berupa timbunan material.

“Tapi yang utama juga sebenarnya pondasi. Kalau sudah dibangun pondasi lalu ditimbun itu baru kita bisa terhindar dari banjir. Kalau tidak begitu, mulai Februari ini sampai bulan Agustus kita masih mengalami kebanjiran di sini,” ujarnya.

Harsono juga meminta agar pemerintah segera memperbaiki tanggul yang telah jebol serta mengeruk lumpur sungai.

Jebolnya tanggul Sungai Wungguloko juga memberikan ‘hadiah’ kepada Kepala Dusun IV, Muhammad Amin (61). Lelaki ini menderita gatal-gatal di bagian kaki akibat sering bersentuhan air banjir yang masih tergenang di bawah kolong rumahnya.

Dampak banjir juga telah menghabiskan tanaman semangka milik Amin. Satu hektar setengah buah semangka siap panen habis dibawa air. “Mau diapa. Kami hanya bisa pasrah saja. Kalau kerugiannya sekitar puluhan juta,” tuturnya.

Amin juga berharap agar pemerintah mau turun dan memperbaiki tanggul Sungai Wungguloko sehingga ia dan keluarganya tidak lagi mendapat kiriman banjir. (b)

 


Kontributor: Samrul
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini