Kongres HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang secara normal dilaksanakan setiap dua tahun sekali tentu merupakan suatu momentum untuk melakukan berbagai macam perbaikan demi Himpunan yang berkualitas. Memang jikalau kita menoleh kemasa lalu diera sejak berdirinya Himpunan ini maka akan kita dapati bahwa niat tulus berdirinya HMI yakni, 1. Mempertahankan NKRI dan mempertinggikan derajat rakyat Indonesia. 2. Menegakan dan mengembangkan ajaran Islam.
Namun Seiring perkembangan jaman dan perjalanan waktu maka tujuan HMI pun berubah menjadi ” Terbinanya insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, Yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT ”
Kongres adalah ajang pengambilan keputusan tertinggi di Organisasi HMI tentunya banyak harapan besar dari hasil keputusan yang di tetapkan. Diantaranya mengenai Isu-isu keumatan dan kebangsaan, HMI harus menjadi garda terdepan dalam menyuarakan dan menginplementasikan Amar ma’ruf nahi Munkar. Kongres yang rutin dilaksanakan setiap dua tahun sekali tentunya banyak menguras waktu dan tenaga bagi seluruh kader-kader HMI namun saya yakin dan percaya semuanya itu tetap dijalani demi perbaikan internal Organisasi Himpunan ini serta tentunya juga demi kebaikan negara yang sama-sama kita cintai.
Akankah Kongres HMI kali ini bisa mengembalikan marwah HMI? ini yang menjadi kegundahan saya ketika menjelang pelaksanaan kongres HMI. Mungkin bagi kader HMI yang pernah terlibat atau menyaksikan langsung pelaksanaan Kongres HMI juga mengetahui bahwa dominan pelaksanaan Kongres HMI yang lebih menonjol adalah persoalan strategi taktik politik dalam memenangkan kandidat Ketua Umum yang akan disusung. Lobi-lobi dan intrik-intrik politik dalam memenangkan sang kandidat yang diusung sudah menjadi keharusan bagi setiap tim pemenangan kandidat Ketua Umum PB HMI, jika demikian seperti itu maka disitulah sala satu letak ironisnya pelaksanaan Kongres HMI.
Kongres HMI yang seyogyanya menjadi ajang perbaikan internal Himpunan dan juga sebagai ajang memperbaiki bangsa ini akan tercederai jika kita semua sebagai anggota dan kader HMI tidak memanfaatkan momentum Kongres sebagai ajang mengembalikan Marwah HMI.
Saling loby, tawar menawar kepentingan, janji-janji yang menggiurkan kepada cabang-cabang bahkan sampai pengandangan cabang-cabang dengan bebagai cara dan intrik itulah yang menurut saya adalah bagian dari problem yang harus di hilangkan. Strategi dan intrik seperti itu bisa dimaknai sebagai upaya mengukung kebebasan berpikir dan hak pilih peserta Kongres dalam memerdekakan diri untuk menentukan siapa yang layak menjadi Ketua Umum PB HMI pada pelaksanaan Kongres tersebut.
Semoga saja hasil Ketetapan Kongres HMI bisa berdampak signifikan yang Positif bagi Umat dan bangsa Indonesia yang sampai hari ini masih di perhadapkan oleh masalah-masalah yang sangat Kompleks. HMI harus bisa menjadi Problem Solving bagi bangsa ini. Yakin Usaha Sampai. Amin. ***
Oleh : La Ode Tamsil
Mantan Ketua Umum HMI Cabang Baubau Periode 2008 – 2009