Peluang dan Tantangan Jelang Pilkada Kolaka Timur 2020, Pasca Pemilu 2019

Peluang dan Tantangan Jelang Pilkada Kolaka Timur 2020, Pasca Pemilu 2019
Asri Alam Andi Baso

Menarik untuk dicermati Peluang dan tantangan jelang Pilkada Kolaka Timur 2020 pasca pemilu 2019, betapa tidak perbincangan soal pilkada sudah mulai ramai menjadi bahan diskusi diruang-ruang publik khususnya bagi kelompok yang saat ini gencar menyuarakan dan menginginkan pergantian bupati dengan hastag #2020gantibupatikoltim, dan sebaliknya kelompok yang mendukung petahana yang menginginkan melanjutkan kepemimpinan Bupati Tony Herbiansyah di Kolaka Timur.

Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilu 2019 Tingkat Kab. Kolaka Timur  telah digelar oleh KPU Koltim, perolehan kursi di DPRD Koltim untuk masing-masing Partai Politik sudah bisa dipastikan, begitupun dengan figur personal yang bakal menduduki kursi panas DPRD Kolaka Timur periode 2019-2024.

Dari 25 alokasi Kursi di DPRD Koltim, dipastikan Partai Nasdem mendominasi dengan perolehan 8 kursi, disusul PAN 4 kursi, PKS 3 Kursi, PDIP 3 kursi, Demokrat 2 kursi, Golkar 2 Kursi, Gerindra 2 kursi, dan PBB 1 Kursi. Persebaran perolehan kursi masing-masing partai akan menjadi cerminan untuk melihat sejauh mana kemungkinan dan peluang partai politik dalam mengusung pasangan calon pada kontestasi Pilkada 2020 di KolakaTimur.

Dengan melihat peta persebaran perolehan kursi tersebut, dimungkinkan untuk lahirnya maksimal 4 pasangan calon diluar calon independen. Nasdem dengan raihan 8 kursi atau sekitar 30% kursi di DPRD Koltim, hampir dipastikan akan memuluskan kembali jalan bagi calon petahana meski tanpa koalisi dengan partai lainnya. Sementara dilain pihak partai lainnya masih harus membangun koalisi untuk mendapatkan tiket pemenuhan syarat mengusung pasangan calon. Budaya politik yang sangat cair dan dinamis dikalangan partai politik akan sangat menentukan berapa banyak calon yang dilahirkan kemudian.

Dominasi Partai Nasdem di kursi legislative DPRD Kolaka Timur tidak serta merta menjadi jaminan kemenangan bagi petahana, pengalaman diberbagai pilkada membuktikan sulit untuk menemukan benang merah perolehan kursi yang besar dilegislatif dan atau dukungan partai koalisi yang besar akan menjadi jaminan bagi calon memenangi kontestasi pilkada. Kemenganan akan sangat ditentukan oleh figure yang diusung dan strategi marketing politik yang dijalankan. Untuk itu partai politik sebagai pemegang hak dalam mengusung pasangan calon tentu harus membuat pertimbangan yang lebih obyektif dan rasional, tidak boleh lagi didasari pragmatisme politik yang lebih mengarah kepada politik transaksional, tidak boleh hanya sekedar menguji mesin partai atau sekedar menjadi tim hore. Partai harus jeli memilih calon yang didukungnya terutama factor figuritas dan dukungan pemilih.

Beberapa figure potensial saat ini mulai digadang-gadang sebagai partnert sparing bagi petahana. Sebut saja misalnya Hj. Andi Merya Nur Wakil Bupati Koltim saat ini, Hj. Rahmatia Lukman Politisi PAN yang saat ini masih menjabat sebagai ketua DPRD Koltim, Ishak Ismail Seorang pengusaha dan politisi PDIP, H. Buddu pesaing petahana di pilkada Koltim 2015 dan beberapa nama lainnya seperti H. Baharuddin politisi PKS, H. Jumardin dan Idul Fitri Syam politisi Demokrat, dan mewakili tokoh muda ada nama Irwansyah politisi PPP dan Andi Arjan politisi PAN.

Diantara sekian banyak figure tersebut, salah satu nama yang paling anyar adalah H. Samsul Bahri Madjid mantan Pj. Sekda Koltim yang juga merupakan Tokoh Pemekaran. Pengalamannya diberbagai organisasi social kemasyarakatan dan pemerintahan, serta pribadi yang dikenal religius adalah modal social yang menjadikan figure ini banyak mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Dialah salah satu penantang yang saat ini diyakini akan mampu mengimbangi dominasi petahana dalam kontestasi pilkada Kolaka Timur 2020.

Kontestasi Pilkada adalah arena pertarungan yang membutuhkan strategi dan perencanaan pemenangan yang matang, tidak hanya sekedar politik uang dan tebar sembako, tetapi bagaimana memenangkan hati pemilih. Saat ini sebagian besar rakyat sudah banyak tahu dan semakin kritis serta tak lagi tertarik hanya dengan sekedar politik uang. Terlebih terhadap calon petahana, kinerja dan pemenuhan janji-janji politik sebelumnya akan menjadi pertimbangan mendasar bagi rakyat dalam menentukan pilihan.  Meski juga harus diakui bahwa seorang calon petahana menguasai jaringan birokrasi yang akan digunakan untuk kepentingan politiknya dan mereka juga biasanya memiliki kepercayaan diri yang luar biasa dibandingkan calon pendatang baru. Tapi jangan lupa, masih segar diingatan kita Pilkada Konawe Utara 2017 adalah contoh menarik tentang tumbangnya seorang petahana secara telak ditengah dukungan birokrasi dan finansial yang begitu besar.

Kunci mengalahkan petahana biasanya terletak pada kelemahan kepemimpinan di periode sebelumnya. Terlebih di Kolaka Timur, kelemahan tersebut begitu sangat vulgar dan kasat mata dilihat oleh masyarakat, pecah kongsinya bupati dan wakil bupati  menjadi preferensi atas ketidak mampuan seorang pemimpin merangkul dan memberdayakan, kebijakan pengelolaan birokrasi dengan banyaknya gonta-ganti pejabat yang cenderung didasarkan like and dislike, import pejabat yang kemudian memunculkan ketidakpuasan bagi sdm local, pelayanan masyarakat yang belum maksimal, dan berbagai kebijakan yang dinilai cenderung merugikan masyarakat seperti kasus pemindahan pasar Rate-Rate dan kasus Rawa Tinondo yang sampai saat ini penyelesaiannya belum jelas, janji-janji politik yang dituangkan dalam visi misi untuk menjadikan Kolaka Timur sebagai daerah yang memiliki daya saing dalam bidang agrobisnis pun dianggap gagal total, belum lagi aspek personality yang dinilai kurang empati, sinis, egois, dan lebih banyak disetir oleh istri, kesemuanya ini akan menjadi isu strategis yang akan menggerus kepercayaan rakyat terhadap petahana.

Masih ada sisa waktu 1 tahun lebih bagi petahana mengoreksi berbagai kebijakan untuk mengembalikan kepercayaan public. Sun tzu, seorang filsuf, jenderal perang dan ahli strategi mengatakan “kenali diri sendiri, kenali lawan, maka kemenangan sudah pasti ada ditangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim, maka kemenangan akan sempurna”. Pekerjaan rumah yang besar bagi petahana saat ini adalah memperbaiki citra pemerintahan yang ada.

Bagi calon penantang, pilkada tak ubahnya menjual produk baru, meski kualitasnya baik tanpa didukung oleh promosi yang bagus dia tidak akan dikenal. Produk berkualitas pasti akan selalu unggul, tetapi tanpa pemasaran yang baik ia memerlukan waktu yang lama dan biasanya cenderung sudah terlambat, diperlukan suatu organisasi pemenangan yang mampu menggerakkan dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada. Kepiawaian dalam membuat strategi melalui marketing politik dan komunikasi politik yang dilakukan secara bertahap, berkelanjutan dan terorganisir dengan baik akan menjadi penentu kemenangan. Mengutip Harmen Batu Bara; “Bagi para perencana, persiapan adalah tantangan, gagal mempersiapkan dengan baik sama saja merencanakan kegagalan itu sendiri”.

Kita tunggu konstalasi politik di Kolaka Timur selanjutnya.

 


Oleh Asri Alam Andi Baso
Penulis adalah Mantan Komisioner KPU Kab. Kolaka Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini