Peluang Poros Baru dan Kemenangan Pilgub yang Tak Bisa Diprediksi

166
Peluang Poros Baru dan Kemenangan Pilgub yang Tak Bisa Diprediksi

Peluang Poros Baru dan Kemenangan Pilgub yang Tak Bisa Diprediksi

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Semakin mendekati hari pemilihan gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara (Sultra) 2018 para kandidat yang maju semakin tersaring. Poros-poros pencalonanpun sudah mulai terbentuk dengan kaolisi partai cukup atau memenuhi syarat minimal 9 kursi.

Poros yang lebih dulu mendeklarasikan diri adalah kader Nasdem Ali Mazi berpasangan dengan Sekretaris Daerah Sultra Lukman Abunawas. Mantan gubernur dan mantan Bupati Konawe itu direkomendasikan oleh Partai Golkar (7 kursi di DPRD Sultra) dan Nasdem (3).

Lalu poros kedua dibangun oleh Ketua PAN Kendari Asrun berpasangan dengan Ketua PDIP Sultra Hugua. Mantan Wali Kota Kendari dan mantan bupati Wakatobi tersebut direkomendasikan oleh PAN (9 kursi) dan PDIP (5 kursi).

Pengamat politik Prof. Eka Suaib mengatakan masih memungkinkan terbentuk poros baru. Poros bisa terbentuk dari partai yang belum menentukan pilihan politik seperti Demokrat (6 kursi), PKS (5), Hanura (3), dan lainnya.

Figur yang dapat membentuk poros baru adalah mantan Bupati Kolaka Utara Rusda Mahmud. Rusda saat ini konok sudah meraih beberapa dukungan partai salah satunya adalah Gerindra. Sedangkan figur seperti La Ode Masihu Kamaluddin, Supomo dan lainnya masih merupakan bayang-bayang yang sewaktu-waktu bisa jadi kuda hitam.

(Berita Terkiat : Menuju Perang Akbar Aman Versus Surga dan Turbulensi Politik)

“Poros baru dimungkinkan misalnya kalau kubu Asrun dan kubu Ali Mazi memandang bahwa tidak bisa membentuk koalisi besar karena kan sudah memenuhi syarat minimal. Apalagi antara Asrun, Ali Mazi dan Rusda itu tidak mempunyai ikatan ideologis yang kuat dengan partai-partai seperti Demokrat dan Hanura,” ucap Eka yang juga Guru Besar di Universitas Haluoleo, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (25/10/2017).

Lanjut Eka, karena Ketua Demokrat Muhammad Endang dan Ketua Hanura Sabri Manomang tidak maju mencalonkan diri, maka kedua partai itu tidak terlalu menaruh beban ketika menentukan pilihan. Olehnya figur dan partai tinggal mengatur proses-proses yang ada dan membangun kesepakatan-kesepakatan politik.

Peta koalisi dan poros-poros yang terbentuk nantinya tergantung apakah calon mempertimbangkan faktor kemenangan maupun faktor kecukupan persentasi mengusung calon dan restu DPP partai. Dengan begitu kata Eka, poros baru bisa gagal dan bisa juga berhasil.

#Gerbong Paslon Independen

Jalur calon perseorangan/independen dipilih oleh pasangan Wa Ode Nur Hayati (Won)-Andre Darmawan. Kedua figur pernah bersama di WON Center ketika Wa Ode Nurhayati berusaha maju sebagai calon anggota DPR RI 2009 dan berbuah kemenangan saat itu.

Menurut Eka, kalau Won-Andre lolos pencalonan maka akan mempengaruhi perolehan suara poros Asrun dan Ali Mazi. Won yang juga figur asal kepulauan bisa menggerus suara Ali Mazi dan bisa menggerus suara Asrun karena Won berasal dari PAN.

(Berita Terkait : Srikandi WON dalam Realita Politik Paslon Independen dan Jalan Menuju Kegagalan)

Namun ada problem serius yang dihadapi paslon independen karena tidak memiliki infrastruktur politik sampai ke level bawah sehingga harus membentuk sendiri tim kampanye. Lalu kesulitan besarnya adalah meski masyarakat mendukung (dengan KTP) untuk lolos sebagai calon idependen tetapi tidak secara otomatis akan memilih juga calon independen di Pilgub.

“Kalaupun Won itu masuk sebagai salah satu kandidat, peluang dia untuk memenangkan kontestasi politik menurut hemat saya itu agak sedikit berat dibandingkan dengan calon-calon yang diusung partai politik,” tutur Eka, Doktor (S3) Sosial Politik di Universitas Gajah Mada (UGM).

#Kemenangan Tidak Bisa Diprediksi

Eka Suaib
Eka Suaib

Eka mengamati di Pilgub ini pemilih mendapatkan figur-figur yang cukup baik seperti Asrun, Rusda, dan Ali Mazi. Baik maksudnya memiliki rekam jejak dan bukan orang baru terjun di politik. Misalnya Ali Mazi mantan gubernur, Asrun mantan Walikota, Lukman Abunawas dan Hugua mantan Bupati.

Hanya memang kata Eka, tidak bisa diprediksi siapa yang akan memenangkan pertarungan karena semua memiliki basis dasar dan lemah di tempat basis figur lain. Ali Mazi cukup kuat di Buton, Baubau, Wakatobi, dan daerah-daerah kepulauan sedangkan Asrun kuat di daerah Konawe, Konawe Selatan, lalu Rusda kuat di Kolaka, Kolaka Utara.

“Sehingga yang memenangkan pertarungan itu adalah yang bisa menarik pemilih-pemilih dari basis-basis dasar masing-masing calon tadi,” ujar Eka.

Untuk sementara semua masih dinamis, begitu pula usulan-usulan dari partai masih dinamis pula sehingga patut ditunggu keputusan-keputusan terbaru. Pilihan-pilihan partai biasanya final menjelang babak-babak akhir. Konfigurasinya adalah melihat siapa yang akan bertarung lalu menghitung seperti apa koalisi.

(Berita Terkait : Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra)

Lanjut Eka, nama-nama yang akan ditetapkan KPU tidak jauh dari nama-nama yang sudah disebutkan seperti Ali Mazi, Asrun, Rusda sudah menjadi top of mind (teratas). Selain nama itu, yang menjadi bayang-bayang adalah La Ode Masihu Kamaluddin, LM. Rusman Emba, dan lainnya.

Mengenai peran tokoh partai yang menjabat bupati dan wali kota di belakang masing-masing calon gubernur belum dapat dikatakan akan jadi penentu kemenangan. Sebab Kata Eka, saat tidak serta merta preferensi elit akan diikuti pemilih.

“Tapi memang kalau memenangkan kontestasi maka harus kuat partainya dan orangnya kuat. Itu harus seimbang,” tutur Eka.

Eka memprediksi jumlah pasangan yang akan maju antara dua, tiga, atau empat. Dengan adanya system multi Partai politik saat ini maka proses-proses negosiasi masih terus terbangun. Hingga penetapan KPU pada Februari 2018 dianggap bukanlah waktu yang pendek sehingga kemungkinan-kemungkinan politik masih bisa terjadi.

Mengenai masuknya KPK di Sultra dan isunya akan mempengaruhi Pilgub, menurut Eka isu itu akan padam begitu sudah ada penetapan dari masing-masing DPP partai. Sebab DPP dalam mengambil keputusan sudah mempertimbangkan resiko dan terlebih dahulu berkoordinasi di pusat.  (A)

 

Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini