Penuntasan Proyek Tambat Labuh Kembali Sedot Anggaran Rp17 Miliar

Kepala Dinas Perhubungan Kota Kendari Ali Aksa
M Ali Aksa

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Proyek tambat labuh masih menjadi perhatian Pemerintah Kota Kendari. Hal ini ditunjukkan dengan kembalinya dianggarkan penuntasan proyek tambat labuh dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Kendari Ali Aksa mengatakan, pemerintah masih memperhatikan tambat labuh karena itu merupakan aset kota yang kedepannya dijadikan ruang publik bagi masyarakat di ibukota Sulawesi Tenggara (Sultra) ini.

Sebutnya, untuk penuntasan proyek tambak labuh pemerintah menganggarkan Rp17 miliar pada APBD 2019. Anggaran itu untuk penyelesaian tapakan, penyempurnaan zona satu dan zona dua, penyediaan beberapa wahana permainan anak dan dewasa, termasuk peralatan outdoor fitness dan anjungan.

“Sekarang tahapan pengerjaan tapakan, tiga zona dengan lima blok. Yang selesai tuntas tapakan untuk dua blok dan zona tiga,” jelas Ali saat ditemui di Kendari, Rabu (7/11/2018).

Dia menuturkan zona tiga di area tambat labuh sudah tuntas pengerjaannya. Jadi, masyarakat sudah bisa memanfaatkannya tahun ini. Selain itu, menurut Ali, dengan anggaran sebesar Rp17 miliar ini semua pengerjaan bisa tuntas. Termasuk jika akan ada penambahan-penambahan lain yang diinginkan.

“Kalau anggaran Rp17 miliar direalisasikan pada 2019, maka pengerjaan tambat labuh tuntas termasuk dengan wahana permainan di zona tiga. Mau tambah apa saja di zona satu dan dua terserah,” tambahnya.

Ali menyebutkan, semua zona di tambat labuh sudah bisa digunakan, apalagi zona tiga di akhir 2018 ini tuntas. Jelasnya, tapakannya sudah bisa digunakan untuk menjual, tempat rekreasi maupun bermain anak.

Olehnya itu, pedagang – pedagang yang ada di pinggir jalan akan diarahkan ke dalam area tambat labuh. Sehingga dapat mengurai kepadatan kendaraan di jalan. Selain itu, pemerintah bisa memperoleh pendapatan asli daerah dari keberadaan tambat labuh ini.

“Kalau sudah pindah di dalam sudah kita tarik retribusi. Dan masyarakat yang ke situ otomatis mereka membawa kendaraan, jadi akan dikenakan biaya parkir,” tutupnya.

Tambat labuh merupakan bagian dari program smart city alias kota pintar yang dikembangkan Pemkot Kendari saat masih dinahkodai oleh Asrun. Proyek ini mulai dibangun pada 2015.

Tak hanya ingin mengantarkan Kota Kendari sebagai kota hijau, Pemkot Kendari di bawah komando Asrun saat itu ingin menjadikan Kota Kendari kota yang maju dan sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Dan untuk mendukung hal itu, Pemkot Kendari memulai dari tambat labuh.

Tambat labuh merupakan kawasan area publik yang memiliki banyak fasilitas penunjang yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Kendari dan sekitarnya, yang membutuhkan ruang terbuka untuk bersantai bersama orang-orang tersayang.

Selain menjadi ikon kota, tambat labuh diyakini juga bisa menjadi solusi untuk mencegah pendakalan Teluk Kendari semakin serius akibat sedimen, tumpukan sampah dan limbah yang dihasilkan berbagai kegiatan industri di Kota Kendari. Tambat labuh juga diharapkan dapat meminimalisir potensi banjir yang sering terjadi di kota ini.

Proyek yang telah menelan anggaran Rp66 miliar ini pun pernah dikritik oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat menjadi pembicara dalam 1st International Seminar on Sustainability in The Marine Fisheries Sector (ISSMFS) 2017 di Auditorium Mokodompit Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, pada pertengahan September 2017.

Menurut Menteri Susi, proyek tambat labuh akan membuat teluk kendari menjadi sempit, sehingga sedimentasi juga makin tinggi dan akhirnya membuat pendangkalan akan semakin cepat. (A)

 


Kontributor: Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini