ZONASULTRA.COM, KENDARI – Politisi PPP asal Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang ditahan polisi lantaran diduga sebagai penyandang dana rencana pembunuhan terhadap 4 pejabat tinggi negara oleh sejumlah koleganya dikenal sebagai sosok dermawan.
Ketua DPW PPP Provinsi Sultra Abdul Rasyid Syawal yang ditemui Kamis sore di rumahnya di bilangan jalan Matahari I Kelurahan Kemaraya Kota Kendari mengatakan mengenal Habil sebagai orang yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Perkenalannya dengan Habil di mulai 17 tahun lalu tepatnya pada 2003. Saat itu Habil merupakan pengurus PPP nasional. Habil dikenalnya merupakan politisi energik sekaligus pengusaha yang sukses berkiprah di kancah nasional maupun di Bumi Anoa.
Habil pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2004-2009 dari Dapil Sultra. Peruntungan Habil sebagai politisi mulai meredup kala ia tak lagi menjabat sebagai anggota DPR. Tiga kali ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPR RI dari Dapil Sultra dan sebanyak itu pula jalanya menuju senayan kandas.
Di Sultra dahulu Habil memiliki sejumlah bisnis yang bergerak di berbagai unit usaha. Sebut saja usahanya yang bergerak di sektor permodalan dengan mendirikan BPR Mustika. Ia juga merambah usaha penjualan hasil laut yang berada di Kabupaten Konawe. Habil juga sempat memiliki usaha pengolahan pabrik kakao di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan sebelum akhirnya diambil alih oleh Kalla Grup.
Habil jugalah lanjut Rasyid yang mengenalkan dan mengajaknya bergabung bersama partai berlambang kabah ini.
Maka ketika mendengar nama Habil menjadi donatur dugaan rencana pembunuhan 4 tokoh nasional, Rasyid mengaku kaget.
“ Selama bergaul dengan Pak Habil sosoknya ramah, dermawan, nasionalis. Bagaimana yak kayaknya nda mungkin dia punya rencana sejahat itu seingat saya mau mengecewakan kawan saja dia tidak mau,” jelas Rasyid mengenang sosok Habil Marati.
Terkait dukungan politik pengurus DPW PPP Sultta memang mengetahui jika Habil mendukung Prabowo sebagai calon presiden di tahun 2014 lalu juga pada pencalonanya kali ini. Dukungan kepada Prabowo itu kata Rasyid dikarenakan keduanya memang berkawan karib sejak lama.
“ Terbuka mengatakan mendukung Prabowo tapi secara politik di kepartaian tidak pernah mempengaruhi pengurus untuk memilih Prabowo, sikap politik itu yah hanya pribadinya saja,” tambah Rasyid.
Senada dengan Rasyid, pengurus DPW PPP Sultra yang lain, Dahris Aldjuduwi meragukan jika Habil menjadi pemberi dana untuk biaya operasional dan pembelian senjata api pada calon eksekutor guna menghabisi nyawa 4 pejabat negara dan 1 pemimpin lembaga survei.
Humanis dan dermawan sosok itu lekat dalam ingatan Dahris terkait Habil Marati. Habil diakuinya memiliki juga berjasa besar membesarkan PPP di Sultra.
Salah satunya adalah bangunan kokoh yang digunakan sebagai sekretariat DPW PPP Sultra yang berada di Jalan Supu Yusuf Kelurahan Korumba Kota Kendari menjadi “tanda mata” pria kelahiran Raha 11 November 1962
“ Iya mulai dari kintal tanah hingga pembangunan gedung kantor PPP itu dari pak Habil dan beberapa petinggi partai,” jelas Dahris.
Pun Habil memiliki perbedaan pandangan bukan dalam konteks ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah namun pada perbedaan dukungan politik Habil yang mendukung Prabowo.
“ Justru saya kaget, dalam pandangan saya dia orangnya loyal dan patriotik, investasi dia dalam pembangunan pada republik juga ada,” terang Dahris
Publik kara Dahris menunggu hasil penyelidikan kepolisian membuka tabir gelap aksi kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei lalu.
“ Kita menunggu polisi menuntaskan penyelidikanya biar tabir gelap aksi rusuh bisa terungkap siap aktor intelektual dibalik kerusuhan dan siapa penggerak barisan pendemo di luar aksi damai 21-22 mei,” jelas Dahris.
Dugaan keterlibatan Habil Marati terungkap dalam penelusuran Majalah Tempo ihwal aktor-aktor yang ada di balik kerusuhan 22 Mei lalu. Dalam terbitan majalah edisi 10 Juni itu, Habil disebut memberikan uang sebesar 60 juta kepada Iwan Kurniawan calon eksekutor yang diminta untuk membunuh 4 tokoh nasional oleh mantan kepala staf Komando Angkatan Darat Mayor Jenderal (purn) Kivlan Zein.
Habil saat ini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan menjalani pemeriksaan kepolisian, ia ditangkap pada 29 Mei lalu di rumahnya di Pondok Pinang Kebayoran Lama. *