ZONASULTRA.COM, KENDARI – Forum Sahabat Gizi (FORSAGI) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Halu Oleo (UHO) membagikan susu gratis kepada pengguna jalan, Sabtu (20/1/2018) di Lampu Merah MTQ Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Koordinator Lapangan Aksi FORSAGI FKM UHO Viona Meydiyanti mengatakan, aksi bagi susu ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-58 tahun 2018.
“Bagi kami memperingati hari gizi Nasional itu penting, bukan karena kami berasal dari jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat. Tapi, karna kami semua sadar dan tau bahwa gizi berperan penting bagi Kehidupan. Bagaimana tidak setiap makhluk hidup tentu butuh makan,” ungkapnya kepada zonasultra.
Pihaknya berharap, dengan adanya kegiatan ini masyarakat sadar, bahwa dengan mengkonsumsi makanan sehat akan menciptakan individu yang sehat dan produktif. Indonesia dengan limpahan SDA harus dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Makanan sehat nggak harus mahal kok,” tukasnya.
#Sejarah Hari Gizi Nasional
Pada awal kemerdekaan, kondisi gizi masyarakat terbilang tidak baik. Menteri Kesehatan RI saat itu, J. Leimena meminta Prof. Poerwo untuk mengepalai Lembaga Makanan Rakyat atau LMR yang pada saat itu bernama Institut Voor Volksvoeding (IVV) yang merupakan lembaga penelitian kesehatan agar bisa mengatasi permasalahan gizi masyarakat Indonesia.
Itu karena kondisi masyarakat Indonesia berada di dalam area kemiskinan dan kurangnya kesadaran akan makanan sehat sehingga kondisi kesehatan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan dan terbelakang.
Melihat kondisi tersebut, Poerwo melaksanakan beberapa program untuk mengatasi hal tersebut. Prioritas pertama dan utama pada saat itu adalah untuk menumbuhkan kesadaran serta pendidikan akan pentingnya gizi yang sehat pada masyarakat.
Tetapi karena kondisi masyarakat Indonesia yang pada saat itu rata-rata masih buta aksara dan kurang mampu. Beliau membentuk kader-kader pendidikan gizi dimana nantinya mereka yang akan langsung berinteraksi dengan masyarakat yaitu dengan cara mendirikan Sekolah Djuru Penerang Makanan (SDPM) pada tahun 25 Januari 1951.
Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan pendidikan mengenai pentingnya gizi bagi tubuh dan kesehatan, selain itu mereka juga mereka melakukan penelitian terhadap pola makan dan penyakit yang berhubungan dengan makanan pada masyarakat.
Setelah SDPM didirikan, tak lama kemudian juga turut berdiri beberapa sekolah-sekolah tentang gizi dan kesehatan seperti misalnya Akademi Pendidikan Ntrisionis (APN) tahun 1956 dimana sekolah tersebut beralih nama menjadi Akademi Gizi setelah Poerwo meminta masukan tentang nama dari ahli bahasa, Harjati Soebadio, agar mempunyai nama yang mencirikan kultur Indonesia.
Sejak mulai saat itu, istilah gizi menjadi sangat popular terutama setelah pengukuhan Profesor Djuned D. Poesponegoro yang menjadi guru besar penyakit anak pada FKUI. Sedangkan Poerwo sendiri ditetapkan menjadi Guru Besar ilmu Gizi pada tahun 1958.
Mulai saat itulah pendidikan pergizian Indonesia terus berkembang termasuk salah satunya pendirian bagian gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) tahun 1958.
Dan sampai saat ini pun, banyak lahir organisasi-organisasi di bidang gizi seperti contohnya Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI).
Nah, pada tahun 1960-an. Lembaga Makanan Rakyat (LMR) memperingati tentang dimulainya pengkaderan tenaga gizi di Indonesia serta berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan pada tanggal 25 Januari 1951 pada 10 tahun sebelumnya.
Lalu kemudian acara tersebut dilanjutkan kembali oleh Direktorat Gizi Indonesia pada tahun 1970-an sampai sekarang. (B)
Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Abdul Saban