Perjuangan Balita Penderita Hidrosefalus Menantikan Keajaiban

Perjuangan Balita Penderita Hidrosefalus Menantikan Keajaiban
PENDERITA HIDROSEFALUS - Asriadi (23 tahun) dan Erliani (21) warga Warga Desa Wonuahoa, Kecamatan Lambuya, Kabupaten Konawe, hanya bisa pasrah dengan kondisi buah hati mereka Aqni (1) yang divonis mengidap penyakit Hidrosefalus sejak delapan bulan yang lalu (Istimewa)

ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Aqni, bocah usia satu tahun, warga Desa Wonuahoa, Kecamatan Lambuya, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) hanya bisa terbaring lemah di ranjangnya. Ukuran kepalanya tidak seperti anak seumurnya, buah hati pasangan Asriadi (23 tahun) dan Erliani (21) ini divonis mengidap penyakit hidrosefalus, akibat penumpukan cairan pada rongga otak yang membuat kepala Aqni sedikit demi sedikit membesar setiap harinya.

Kulit kepalanya masih tipis, maka penggelembungan tersebut membuat urat-urat kepala terlihat dengan jelas. Bahkan jika penerangan seperti senter dinyalakan pada bagian bawah kepalanya, cahaya tersebut akan tembus pada kepala bagian atas. Saat kebanyakan anak seusianya sedang asyik-asyiknya belajar merangkak tentunya tidak dengan Aqni. Balita itu tidak dapat banyak beraktivitas dirinya hanya bisa menangis, dan tersenyum. Aqni juga tidak boleh makan sembarangan. Anak ini hanya bisa makan makanan tertentu saja seperti Bubur. Kedua orang tuanya tak mampu berbuat banyak untuk kesembuhan buah hati mereka, hal itu dikarenakan ekonomi mereka yang hanya pas-pasan dan bekerja sebagai petani.

“Bagaimana kasian mau ada biaya pengobatan, uang yang didapat bapaknya Aqni hanya pas untuk biaya makan saja,” jelas Erliani, ibu penderita Hidrosefalus itu.

Orang tua manapun selalu menginginkan anak tumbuh dengan anggota tubuh sempurna. Namun takdir berkata lain terhadap Aqni, meski demikian, kedua orang tuanya selalu terlihat tegar, dengan sesekali mengajak buah hatinya bercanda . Aqni pun kerap mengeluarkan senyuman setiap kali sedang dihibur oleh kedua orang tuanya.

Erliani menceritakan, penyakit yang diidap buah hatinya, kala mereka masih berdomisili Desa Manggolo, Kecamatan Latambanga, Kabupaten Kolaka. Saat itu Aqni yang baru berusia 3 bulan tiba-tiba diserang sakit flu. Orangtuanya lalu berinisiatif memeriksa anaknya ke salah satu dokter klinik di Kolaka. Setiba di klinik dokter langsung memeriksa kesehatan Aqni, usai memeriksa dokter lalu menyampaikan penyakit yang diderita Aqni bukanlah sakit seperti yang disampaikan ibu Aqni kedokter

“Setelah diperiksa dokter, hasilnya dokter mengatakan bahwa anak saya mengidap penyakit Hidrochepalus bukan penyakit flu. Saya kagetnya minta ampun, saya lalu berkonsultasi mengenai penyakit yang dimaksud dokter itu,” lanjutnya

Sejak mengidap penyakit tersebut, kedua orang tua Aqni tidak memiliki kesempatan membawa anaknya ke rumah sakit untuk berobat dengan alasan tidak ada biaya pengobatan. Penyakit Hidrosefalus yang diderita Aqni telah sampai ke Pemerintah Daerah Kolaka pada waktu itu, sebagai bukti kepedulian pemerintah terhadap warganya Bidan di daerah mereka tinggal telah ditugaskan untuk mengontrol kesehatan Aqni secara berkesinambungan, bahkan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Kepala rumah sakit Kolaka dan kepala Puskesmas juga perna mengunjungi dan mengambil data Aqni,

Namun, para pemegang kebijakan itu hanya sebatas mengunjungi dan mendokumentasikan kegiatan mereka, setelah itu tidak ada tindakan nyata untuk mengobati si bocah malang itu. “saat pejabat itu datang melihat kondisi Aqni, mereka mengatakan akan berusaha membantu dan memberikan pengobatan tetapi sampai hari ini bantuan itu tidak kunjung teralisasi,” tuturnya

Setelah merasa tidak kerasan lagi tinggal di Kolaka, sekeluarga ini memutuskan kembali ke Konawe tempat Ibu Aqni dilahirkan. Selama sebulan di Konawe, Aqni belum mendapatkan perawatan medis di daerah itu karena tidak memiliki biaya pengobatan. Orangtua Aqni berusaha mendapatkan pengobatan gratis di Puskesmas sebagai mana yang digalakkan Pemda Konawe untuk memberikan pengobatan gratis kepada warga kurang mampu. Namun, pengobatan itu belum dilakukan karena Aqni dan orangtuanya masih merupakan warga Kolaka, data kependudukan mereka belum sempat dimutasi ke Konawe. Demi kesembuhan anak pertama mereka, kedua orangtuan Aqni sangat membutuhkan bantuan dermawan maupun pemerintah Konawe.

Erliana mengaku, ia melahirkan sang anaknya dalam kondisi normal, tangisan dan tawaan kerap terdengar dari mulut Aqni. Bahkan Ayahnya tidak lupa mengumandangkan lantunan Azan di telinga kanan Aqni. Namun, kini kedua orang tuanya hanya bisa pasrah dengan kedaan sang anak , mereka hanya mengaharapkan sebuah keajaiban, kedua orangtuanya percaya ini ada ujian dari sang pencipta.

(Baca Juga : Lahir Tanpa Anus, Bayi Asal Koltim Dirawat di RSUD Bahteramas)

Pemda Konawe melalui Dinas Kesehatan berjanji akan memberikan pengobatan kepada balita penderita Hidrosefalus. Kepala Dinas Kesehatan Konawe Muhamad Aris mengatakan, telah menerima kabar adanya penderita Hidrosefalus, para petugas medis langsung melakukan pengecekan, dan ternyata betul, namun keluarga tersebut baru saja pindah domisili dari Kolaka ke Konawe. Dan setelah dicek Kartu keluarga mereka masih terdaftar di Kolaka, sehingga mereka langsung disarankan untuk mengurus KK yang baru dengan domisili Konawe.

“Proses penanganan medisnya tetap akan kita upayakan, misalnya, pengurusan kartu Kartu Indonesia Ssehat (KIS) gratis, atau Kartu Sehat Konawe (KSK) dan rencana penaganan medisnya ke rumah sakit kabupaten. Agar hal ini bisa segera kita tangani segera, kami sudah arahkan kepada pihak keluarga untuk secepatnya melengkapi berkas untuk mengurus KIS. Dan hal ini juga sudah saya komikasikan dengan pihak BPJS Konawe,” terangnya.

Ditambahkan, intinya pihaknya akan berupaya semampunya dalam memberikan pengobatan. (A)

 


Reporter : Dedi Finafiskar
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini