Petani Kakao Sultra Dilatih Cara Mengendalikan Hama Tanaman

Petani Kakao Sultra Dilatih Cara Mengendalikan Hama Tanaman
BBPP BATANGKALUKU - Sejumlah petani kakao saat melakukan praktek peremajaan untuk mengindentifikasi organisme pengganggu tanaman kakao di Desa Puuwonua, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe, Kamis (26/10/2017). Pelatihan ini didampingi langsung oleh BBPP Batangkaluku. (ISTIMEWA)

Petani Kakao Sultra Dilatih Cara Mengendalikan Hama Tanaman BBPP BATANGKALUKU – Sejumlah petani kakao saat melakukan praktek peremajaan untuk mengindentifikasi organisme pengganggu tanaman kakao di Desa Puuwonua, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe, Kamis (26/10/2017). Pelatihan ini didampingi langsung oleh BBPP Batangkaluku. (ISTIMEWA)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sebanyak 38 orang petani kakao di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti praktek lapangan cara pengendalian hama tanaman di Desa Puuwonua, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe, Kamis (26/10/2017).

Lulusan Training of Trainer (TOT) Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku Budiman mengatakan, kegiatan praktek ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada para petani agar mengetahui bagaimana cara mengindentifikasi pengendalian jenis hama tanaman kakao.

Sebab dikatakan Budiman, saat ini kendala yang dihadapi petani kakao di Sultra adalah persoalan peremajaan tanaman yang sudah berumur. Otomatis untuk melakukan peremajaan mereka harus mengetahui bagaimana kembali meningkatkan produktivitas tanaman kakao tersebut.

“Selain itu, persoalan ketersedian pupuk juga menjadi kendala utama bagi petani setelah diadakan observasi di lapangan, meskipun pada dasarnya mereka sudah memiliki jatah setiap kelompok namun juga tidak terpenuhi,” ungkap Budiman.

BACA JUGA :  Ini Daftar Provinsi yang Masuk Final MTQ Korpri V Tingkat Nasional

Salah satu peremajaan yang dilakukan adalah menggunakan sistem sambung pucuk. Di mana diketahui peremajaan menjadi satu-satunya solusi dari masalah budidaya kakao. Sambung pucuk/chupon grafting pada tanaman kakao adalah salah satu teknik mengembangbiakkan tanaman yang digunakan untuk menyambung dengan menggunakan bagian tanaman yang telah diketahui kualitasnya atau yang produktif ke bagian bawah tanaman kakao. Dan hal ini juga dapat menghasilkan buah yang berkualitas dan kebal penyakit.

Sehingga dengan adanya pelatihan ini, diharapkan petani kakao dapat memanfaatkan ilmu tersebut untuk seluruh anggota kelompok tani masing-masing. Budiman juga optimis jika dengan fokusnya pemerintah saat ini memberikan perhatian kepada petani kakao melalaui anggaran APBN-P tahun 2017 dapat meningkatkan produktivitas kakao di Sultra.

BBPP Batangkaluku telah memberikan pelatihan sejak Selasa (24/10/2017). Sebanyak 38 petani tersebut telah mendapatkan teori tentang peremajaan kakao dan saat ini diberikan pelatihan langsung.

Salah satu petani asal Kolaka Timur (Koltim) Imran (42) menjelaskan jika dirinya sangat senang bisa mengikuti kegiatan pelatihan ini, sebab tidak semua petani kakao mendapatkan kesempatan tersebut.

BACA JUGA :  BPTD Sultra Mulai Berantas Angkutan ODOL

“Alhamdulilah bisa dapat kesempatan dan ini ilmunya sangat bermanfaat,” ujarnya.

Sebelumnya, Kabid Perkebunan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Konawe Samuel mengatakan, potensi lahan kakao di Konawe mencapai 40.000 hektar dan saat ini lahan yang tergarap baru sekitar 40 persen atau 17.000 hektar dengan nilai produksi per hektar dalam setahun 1,5 ton.

“Ya, kami ingin idealnya bisa 2 ton jika petani kita benar-benar memahami pelatihan ini,” ungkapnya.

“Mereka tahu sistem sambung pucuk itu, tapi caranya mereka belum memahami bagaimana supaya hasilnya baik. Kan mereka kadang buat seperti itu tapi banyak yang layu,” ujarnya.

Untuk diketahui lumbung kakoa di Konawe berada di Kecamatan Besulutu, Abuki, Padanggule Utama, Tongauna, Lambuya, Uepai, dan Wonembute. Sementara para peserta pelatihan itu berasal dari perwakilan kelompok tani yang berjumlah 38 orang, terdiri dari Kolaka 15 orang, Kolaka Timur (Koltim) 10 orang dan Konawe 13 orang. Semuanya adalah petani kakao yang saat ini banyak menemukan kendala dalam hal peningkatan nilai produksi kakao. (B)

 

Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini