ZONASULTRA.COM, KENDARI – Terkait dengan teror bom yang terjadi di Kota Surabaya, Pj Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Teguh Setyabudi menghimbau agar masyarakat di Sultra dapat saling bahu-membahu dalam menjaga ketertiban di wilayah Sultra, Selasa (15/5/2018).
Teguh pun mengaku, sejak mengetahui adanya teror bom yang terjadi disejumlah lokasi di Kota Surabaya, dirinya langsung melakukan koordinasi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sultra.
“Kami Pemprov Sultra dan Forkopimda sudah membahas itu, dan semua sudah mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan. Dan saya sebagai Pj Gubernur juga telah menekankan untuk mengambil langkah-langkah antisipasi,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Teguh juga mengutuk tindakan terorisme yang terjadi di Kota Surabaya. Menurutnya tindakan terorisme merupakan tindakan biadab, keji dan tidak berprikemanusian.
“Untuk itu kita harus bersatu padu kita lawan terorisme, kita tidak takut dan kalau ada hal-hal yang mencurigakan dan sebagainya. Untuk segera berkoordinasi dengan pemda dan aparat keamanan, sehingga kita bisa mencegah,” himbaunya.
Meski demikian, Teguh juga berharap agar aparat keamanan seperti Badan Intelejen Nasional (BIN) serta Polisi dapat lebih waspada dan menjaga keaman di daerah dengan baik.
“Bahkan setelah peristiwa Mako Brimob kita sudah antisipasi, dan ambil langkah-langkah. Kita dengan Forkopimda terus berkoordinasi untuk mengambil langkah-langkah,” ucapnya.
“Kalau di Sultra tentu kita antisipasi seperti lapas, rumah ibadah dan kita juga mau pilkada jangan sampai nanti di manfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab,” tutupnya.
Untuk diketahui, dalam dua hari terdapat tiga aksi teror yang dilakukan oleh tiga keluarga yang berbeda. Aksi teror dilakukan di Surabaya dan Sidoarjo.
Aksi bom bunuh diri pertama dilakukan di tiga gereja yang melibatkan atas ayah dan ibu beserta empat anaknya, pada Minggu (13/5/2018) pagi. Sang ayah, Dita Oepriarto, meledakkan diri di GPPS Jalan Arjuna. Sementara itu, si ibu, Puji Kuswati, meledakkan diri bersama kedua putrinya berinisial FS dan PR di GKI Jalan Diponegoro.
Kemudian, dua anak laki-laki, Dita dan Puji, meledakkan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. YF dan FH bergerak secara terpisah dari orang tuanya dengan naik sepeda motor dan meledakkan diri.
Aksi kedua terjadi di Rusun Wonocolo, Sidoarjo yang merupakan hunian milik terduga teroris. Bom meledak akibat kesalahan pelaku.
Dan terakhir selang beberapa jam kemudian, ledakan terjadi di Mapolrestabes Surabaya yang juga dilakukan oleh satu keluarga. Satu keluarga menggunakan dua motor meledakkan diri di gerbang Mapolrestasbes Surabaya, Senin (14/5/2018) pukul 08.50 WIB. (B)