ZONASULTRA.COM, KENDARI – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk optimistis saham baru yang diterbitkan melalui rights issue akan diminati oleh pasar dan diserap secara optimal, mengingat potensi Ultra Mikro (UMi) di Indonesia masih sangat besar.
Optimisme tersebut diutarakan oleh Direktur Keuangan BRI, Viviana Dyah Ayu berkaca dari investment thesis perseroan yang mendasari aksi korporasi tersebut. Menurutnya, BRI tak sekedar mengusung economic value namun juga social value.
“Kami sangat optimis dengan penyerapan rights issue yang sedang dilaksanakan. Karena tujuannya untuk mendanai sumber pertumbuhan baru di masa datang yang potensinya sangat besar,” ucap Viviana dalam rilis persnya pada Senin (20/9/2021).
Lanjutnya, ekosistem ini pun berdampak pada pemerataan akses keuangan di segmen ultra mikro. Selain itu ekosistem ini membantu penciptaan lapangan kerja khususnya di segmen ultra mikro yang merupakan salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional.
Mengutip data Kemenkop dan UKM, pada tahun 2019, segmen ultra mikro terdiri dari sekitar 65 juta unit usaha mikro yang mewakili 99 persen dari total jumlah usaha di Indonesia. Segmen mikro dan ultra mikro memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, perseroan memperkirakan bahwa dari 45 juta usaha ultra-mikro di Indonesia pada tahun 2019, hanya sekitar 20 juta usaha ultra-mikro yang memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, lembaga keuangan lainnya, kredit mikro dan pinjaman berbasis kelompok, gadai dan koperasi.
Sekitar 12 juta usaha ultra-mikro lainnya mendapatkan akses pendanaan dari sumber informal seperti pemberi pinjaman dan dari keluarga atau kerabat. Masih terdapat sekitar 14 juta usaha ultra-mikro yang belum memiliki akses pendanaan sama sekali, baik dari sumber formal maupun informal.
Beberapa faktor penyebab terbatasnya akses pendanaan usaha ultra mikro diantaranya adalah belum meratanya cakupan layanan dari unit kerja lembaga keuangan formal. Peran agen keuangan belum optimal dalam memberikan layanan keuangan disebabkan oleh literasi 0 yang rendah pada segmen ultra mikro untuk mengakses layanan keuangan secara digital. (*)