ZONASULTRA.COM, TIMOR TENGAH UTARA – Ada kehebohan di Lapangan Oemanu Kefamenanu, Kabupaten TTU, Nusa Tenggara Timur Jumat (24/11). Sebanyak 411 pasang muda-mudi hingga orang tua, ikut meramaikan Wonderful Indonesia Festival Dance yang digelar pada 24 hingga 25 November 2017. Even diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata TTU dan didukung Kementerian Pariwisata itu sukses menjaring ribuan orang untuk datang ke TTU.
“Jumlah pengunjung hari pertama yang tercatat hadir berkisar 1.750 orang. Sedangkan pesertanya ada 37 pasang dari Timor Leste. Sisanya berasal Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Belu, Malaka,” ujar Wakil Bupati TTU, Aloysius Kobes yang didampingi Sekretaris Dinas Pariwisata TTU, Yohanes Sanak di Kefamenanu, Jumat (24/11).
Yohanes Sanak mengungkapkan Wonderful Indonesia Festival Dance merupakan event perdana di TTU. Even ini memperlombakan 2 kategori yakni kategori umum dan kategori mahir. Total pendaftar 411, untuk kategori umum terdaftar 350 pasang, kategori mahir terdaftar 61 pasang.
“Aktivitas dansa merupakan warisan kolonial yang saat ini sudah diadopsi menjadi tradisi orang timor pada umumnya. Kita tahu bahwa setiap ada acara pesta pasti melekat acara dansa. Tidak salah jika lomba dansa ini digelar. Buktinya bisa dilihat sendiri, ratusan pasangan hadir,” ujarnya.
Lomba dansa sendiri, lanjut Yohanes, diiringi oleh lagu Fasepika lagu khas Kepa kemudian disusul lagu portu, lagu timor, lagu Tetum dari Malaka. Malam harinya semua tamu undangan diajak menari Tebe bersama (tarian masal) dengan diiringi lagu khas Kefa.
“Ini kegiatan positif dan tentunya saya harap masyarakat bisa gunakan momen ini untuk meningkatkan perekonomiannya. Serta menambah daya tarik bagi wisatawan, meningkatkan kunjungan wisatawan, sekaligus mempromosikan wisata yang ada di daerah TTU yang berbatasan langsung dengan Distrik Oekusi, Timor Leste,” ujarnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya yang terus melanjutkan program menangkap peluang baru di titik-titik lintas batas dengan negara tetangga. Wilayah perbatasan yang secara teoritis dinilai lebih mudah, karena tidak menghadapi problem jarak.
“Crossborder itu bisa menjadi generator baru untuk menembus wisatawan mancanegara. Dengan menaikkan wisman dari crossborder, masyarakat yang dekat dengan perbatasan juga ekonominya harus terus meningkat dampak dari pariwisata,” ujar Menpar Arief Yahya
Timor Tengah Utara sendiri merupakan salah satu daerah perbatasan antara Negara Bagian Distric Oecusy dan Republic Demokrat Timor Leste (RDTL) yaitu terletak di dua jalur pintu perbatasan antara Ridistric Oecusi, tepatnya terletak di pintu masuk daerah Napan, Hau Meni Ana dan Wini, serta pintu daerah perbatasan Mota’ain.
Daerah ini memang merupakan salah satu tujuan wisata, menjejakkan kaki di perbatasan ini ada sensasi tersendiri, khususnya ketika berada di garis Demarkasi yang memiliki lebar sekitar 30 meter. Garis ini merupakan tempat netral atau garis Internasional yang membatasi kedua negara.
Di sekitar garis demarkasi ini terdapat pemandangan unik yakni ada hari pasar di mana banyak warga Oecusy dan RDTL menjajakan barang dagangan di perbatasan ini seperti topi, tas, kaos, pashrnina dan kain-kain dengan berbagai macam motif yang bisa dibeli dengan mata uang Rupiah. (*)