Rehabilitasi DAS Poleang, Komitmen ANTAM Lestarikan Lingkungan

Rehabilitasi DAS Poleang, Komitmen ANTAM Lestarikan Lingkungan
REHABILITASI DAS - PT Aneka Tambang (ANTAM) Unit Binsis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) membuktikan komitmennya untuk melestarikan lingkungan dengan merehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Poleang seluas 285 hektar di desa Lakomea, kecamatan Rarowatu, kabupaten Bombana, Sabtu (13/4/2019). (Abdul Saban/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, KOLAKA – PT Aneka Tambang (ANTAM) Unit Binsis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) membuktikan komitmennya untuk melestarikan lingkungan dengan merehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Poleang seluas 285 hektar di desa Lakomea, kecamatan Rarowatu, kabupaten Bombana, Sabtu (13/4/2019).

Upaya rehabilitas DAS ini merupakan wujud ketaatan ANTAM sebagai pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) seluas 258 hektar yang berada di kecamatan Pomalaa, kabupaten Kolaka. Lokasi ini masuk dalam kawasan hutan dan kini telah dipinjampakaikan menjadi wilayah tambang ANTAM UBPN Sultra bagian selatan.

Vice President Mining and Operational Support (MOS) PT ANTAM UBPN Sultra, Luqman Eko Atmojo menjelaskan bahwa luas wilayah DAS yang direhabilitasi itu berbading 110 persen dari luasan areal IPPKH yang menjadi lokasi pertambangan ANTAM di Pomalaa.

Kata dia, upaya rehabilitasi DAS ini dilakukan sesuai ketetapan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM/.1/11/2016 tentang pedoman penanaman bagi pegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dalam rangka reahabiltasi Daerah Aliran Sungai, tujuannya untuk melestarikan hutan.

Baca Juga : HUT XXI BUMN, ANTAM Programkan Kampung Sehat di Konsel

Sementara untuk lokasi yang kini menjadi lokasi tambang ANTAM di Pomalaa nanti akan dihijaukan kembali melalui program Pasca Tambang (Mine Out ) kemudian dilanjutkan dengan rehabilitasi atau penanaman kembali.

“Jadi semua yang kita manfaatkan, akan kembali dihijaukan,” kata Luqman yang didampingi Public Relation PT ANTAM UBPN Sultra, Dedy Supryadi saat membuka secara resmi kegiatan rehabilitasi DAS Poleang di puncak desa Lakomea.

Menurutnya, hutan merupakan sumber oksigen serta berfungsi menahan air hujan kemudian meresapkannya ke dalam tanah sehingga menjaga kelestarian debit air. Fungsi hutan ini sangat besar pengaruhnya di DAS.

Salah satu indikator DAS yang sehat adalah tidak terjadi banjir ketika hujan lebat, karena hutan masih berfungsi dengan bauk untuk menyerap dan menahan air melalui vegetasi pepohonan yang sudah dihijaukan.

“Begitu juga pada musim kemarau, tidak terjadi kering betul karena air yang sudah dianugerahkan yang maha kuasa diturunkan melalui hujan, yang bisa ditahan dan diserap oleh hutan. Itulah salah satu pentingnya kita perlu melakukan rehabilitasi DAS,” katanya.

Baca Juga : Silaturahmi di Desa Sopura, ANTAM Apresiasi Dukungan Pemerintah dan Masyarakat

Rehabilitasi DAS ini, ANTAM bekerjasama dengan PT Indmira, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) X Tina Orima Bombana serta kelompok tani yang berada di desa Lakomea, Rarowatu dan kelurahan Taubonto, kecamatan Rarowatu. Tahap awal di tahun pertama, ANTAM berhasil menanam 315 ribu pohon untuk merehabiltias DAS ini. Selanjutnya, pada tahun kedua dan ketiga, ANTAM masih akan melakukan perawatan terhadap pohon untuk memastikan tanaman tumbuh dan menyatu dengan alam kembali.

“Itulah kenapa bukan hanya ditanam lalu ditinggalkan begitu saja, namun kita juga tetap melakukan perawatan dan pemupukan. Apalagi dibantu penyiraman alami melalui curah hujan yang teratur. Kemudian pohon yang ditanam itu beragam, mulai dari bitti, kemiri, durian, aren dan jabon,” ujarnya.

Rehabilitasi DAS Poleang, Komitmen ANTAM Lestarikan Lingkungan

Dalam kesempatan itu, mewakili jajaran manajemen ANTAM, Luqman berterimakasih kepada semua pihak yang berperan dalam kegiatan ini. Hal ini tentunya merupakan komitmen pihaknya bersinergi dengan Pemerintah Daerah kabupaten Bombana dan KPH Unit X Tina Orima, melalui PT. Indmira dalam melestarikan hutan di Sulawesi Tenggara.

“Artinya, ini merupakan tanggungjawab dari PT Antam dan pemerintah, kita sinergi disini sehingga sama-sama kita memelihara alam untuk keberlangsungan hidup anak cucu kita dimasa depan. Jadi kita tidak hanya mengambil manfaat yang ada pada saat ini saja, namun kita juga bertanggungjawab terhadap generasi kita yang akan datang,” tandasnya.

Sementara itu, HSE Manager PT ANTAM UBPN Sultra, Bara Sukaton menjelaskan, kegiatan rehabilitasi DAS itu dikerjasamakan dengan PT. Indmira sebagai pelaksana kegiatan. Sebagian besar kebutuhan bibit ini diambil dari daerah sekitar Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan memberdayakan masyarakat korban gempa beberapa waktu lalu.

“Jadi setidaknya kami juga membantu korban pasca gemba Palu, dengan bekerja sama pengadaan bibit pohon. Masyarakat sekitar rehabilitasi DAS juga dilibatkan penuh dalam program ini,” ujarnya.

Di tempat yang sama, perwakilan KPH Unit X Tina Orima Bombana Lukman Hakim mengungkapkan bahwa 115,093 hektar wilayah Bombana berada di kawasan nasional, 55 ribu hektar lainnya merupakan padang savana yang kebanyakan berada di perbukitan dan masuk dalam kawasan DAS.

Masuknya program ANTAM untuk merehabilitasi DAS di darah itu merupakan langkah strategis yang bisa memberi dampak positif dalam menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitar wilayah DAS.

“Yang patut kita syukuri, walaupun PT Antam tambangnya di Kolaka, Alhamdulillah rehab DAS-nya ada di Bombana. Karena memang aturannya IPPKH bisa keluar kalau ada lokasi untuk rehab DAS dan itu ditetapkan oleh Kementerian. Apalagi wilayah savana di Bombana ini memang harus ada perlakukan khusus.

Baca Juga : Silaturahmi di Desa Pelambua, Warga Apresiasi Kontribusi ANTAM

Namun begitu, Lukman menilai program rehabilitasi ini merupakan tantangan bagi semua pihak. Sebab, 315 ribu bibit pohon yang telah tertanam itu diharapkan dapat menambah peluang serapan air ke dalam tanah dan mengubahnya menjadi air tanah (ground water). Kondisi ini dapat meminimalisir potensi banjir di sekitar wilayah DAS, karena air tidak lagi melalui permukaan tanah, tetapi masuk ke dalam tanah.

Jadi kami sangat berterimakasih sekali atas ditetapkannya lokasi ini untuk rehab DAS PT ANTAM. Kami juga sangat berterimakasih terkait dengan penunjukan PT Indimira sebagai partner ANTAM, artinya kami banyak belajar karena PT Indimira sangat profesional dalam bekerja. Kami juga ada di tempat lain yang sama modelnya seperti ini (rehab DAS, red), tapi Indmira ini lebih terstruktur,” bebernya.

Sementara itu, Kasi PMD Kecamatan Rarowatu, Dadi Sahugi tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mewakili pemerintah kabupaten Bombana, karena ditunjuknya Rarowatu sebagai lokasi rehabilitasi DAS PT ANTAM UBPN Sultra.

“Kami bersyukur wilayah kami mendapat sentuhan penghijauan PT Antam, karena tidak semua daerah bisa terealisasi. Kami juga berterima kasih karena adanya program ini, sehingga tenaga kerja lokal bisa terserap. Jadi secara tidak langsung juga masyarakat sudah bisa belajar dan menyayangi, serta bagaimana rasa memiliki tanah ini bahwa dia adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia,” tandasnya.

Maulida Riza, Project Manager PT. Indmira mengisahkan upaya mereka dalam mencari bibit pohon untuk program tersebut, mengingat spesies yang ditanam di wilayah Rarowatu, harus adaptif serta memberi manfaat kepada masyarakat.

Pada dokumen rancangan teknis rehabilitasi DAS, salah satu jenis tanaman yang ditanam dalam jumlah yang banyak adalah kemiri (aleurites moluccanus), tanaman ini masuk ke dalam tanaman multi purpose spesies tree (MPTS) disamping aren (arengka pinata) dan durian (Durio sp.),” ungkapnya. Kebutuhan jenis tanaman ini mencapai 100 ribu pohon dari total 315 ribu pohon.

Untuk mendapatkan tanaman ini dalam jumlah yang banyak tim melakukan survey hingga ke Sulawesi Tengah. Di Desa Bulili, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, tim memperoleh informasi terdapat sentra kemiri. Saat survey, masyarakat tidak memiliki stok yang cukup sesuai kebutuhan. Namun kondisi ini memberi harapan baru untuk membangun kembali hidup mereka setelah bencana gempa meluluh lantahkan masyarakat Palu.

“Bapak Abdurrahman, seorang imam di desa Bulili mengkoordinir masyarakat dari beberapa desa sekitar untuk menyediakan bibit dalam jumlah yang besar, kualitas yang baik dan waktu yang singkat. Kondisi menjadi cambuk sekaligus harapan sehingga masyarakat menerapkan metode yang mampu menyediakan bibit dalam waktu singkat secara bertahap sesuai kebutuhan dalam kegiatan rehabilitasi DAS ini. Pada bulan Maret 2019 PT. Indmira dan masyarakat Desa Bulili menandatangani surat perjanjian pembelian bibit sebanyak 100 ribu dan sudah mulai dikirim secara bertahap,” beber Maulida Riza. (*)

 


Penulis: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini