Rektor UHO Kukuhkan Dua Guru Besar Pertanian dan Bahasa

156
universitas Halu Oleo
Guru Besar - Rektor UHO Kendari, Sulawesi Tenggara saat mengukuhkan dua guru besar Prof La Ode Safuan di bidang pertanian dan Prof Haerun Ana di bidang bahasa dalam rapat senat terbuka di Auditorium Mokodompit UHO, Kamis (31/12/2015). Keduanya merupakan guru besar ke-60 dan ke-61 UHO. (JUMRIATI/ZONASULTRA.COM)
universitas Halu Oleo
Guru Besar – Rektor UHO Kendari, Sulawesi Tenggara saat mengukuhkan dua guru besar Prof La Ode Safuan di bidang pertanian dan Prof Haerun Ana di bidang bahasa dalam rapat senat terbuka di Auditorium Mokodompit UHO, Kamis (31/12/2015). Keduanya merupakan guru besar ke-60 dan ke-61 UHO. (JUMRIATI/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) Usman Rianse kembali mengukuhkan dua guru besar di bidang pertanian dan bahasa dalam rapat senat terbuka di Auditorium Mokodompit UHO, Kamis (31/12/2015).

Dua guru besar tersebut adalah Prof La Ode Safuan di bidang ilmu pertanian pada Fakultas Pertanian dan Prof Haerun Ana di bidang ilmu pendidikan bahasa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Keduanya merupakan guru besar ke-60 dan ke-61 UHO.

Dalam pidato pengukuhannya, La Ode Safuan menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Peningkatan Produktivitas Lahan Pertanian Sub Optimal Melalui Aplikasi Pupuk Organik Secara Rasional dan Berimbang”.

Ia menyoroti proses pemupukan dalam usaha meningkatkan produksi pertanian di Indonesia yang masih dilakukan secara kurang tepat, baik dalam penentuan jenis, dosis serta waktu dan cara memberikan pupuk.

Menurut dia, program pemupukan seharusnya didasarkan pada hasil uji tanah dan analisa tanaman dengan memperhatikan status hara, kebutuhan tanaman serta keadaan lingkungan.

Dia melanjutkan, pemberian pupuk yang berlebihan selain merupakan pemborosan juga mengganggu keseimbangan hara dalam tanah, menurunkan efisiensi pemupukan dan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Sedangkan pada pemberian pupuk yang terlalu sedikit akan menyebabkan tanamam tidak mencapai tingkat produksi yang optimal.

“Apabila praktek pemupukan seperti ini masih tetap dipertahankan, maka produksi pertanian kita akan sulit bersaing di pasar global,” kata dia.

Sementara itu, Prof Haerun Ana dalam pengukuhan dirinya sebagai guru besar memaparkan pidato berjudul “Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Masalah”.

Menurut dia, untuk menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan yang memadai dalam memecahkan masalah diperlukan serangkaian strategi pembelajaran memecahkan masalah atau berbasis masalah.

“Dalam melakukan pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya siswa diajak untuk melihat proses pemecahan masalah yang kompleks. Pemetaan masalah yang dihadapi siswa sangat perlu karena proses pemecahan masalah melibatkan berbagai aktivitas kognitif siswa,” urainya.

 

Penulis : Jhumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini