ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Anggota DPR RI asal Sulawesi Tenggara (Sultra) Haerul Saleh menanggapi rencana Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI yang akan membocorkan daftar pertanyaan debat kepada calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) seminggu sebelum dilaksanakan. Menurutnya, tidak seharusnya materi pertanyaan itu diberikan kepada kandidat, terlebih lagi temanya sudah ditentukan dan diinformasikan.
“Ada yang aneh dari metode debat kandidat dimana skemanya seminggu sebelumnya diberikan bocoran pertanyaan, kalau kata KPU ini kita bukan main tebak-tebakan. Siapa yang main tebak-tebakan? Namanya bertanya bukan menebak,” ujar Haerul Saleh saat ditemui di kantornya di Gedung Nusantara I DPR RI Senayan, Jakarta Selatan, Senin (7/1/2018).
Haerul juga mengungkapkan bahwa pemberian kisi-kisi seminggu sebelum debat ini belum pernah dilakukan oleh KPU sebelumnya. Ia pun mempertanyakan kredibilitas KPU RI sebagai penyelenggara pemilu 2019.
Menurut legislator asal parta Gerindra ini, pertanyaan debat layaknya seperti ujian. Para peserta harus dapat memahami materi hanya dengan mengetahui tema yang telah ditentukan sebelumnya, bukan mengetahui pertanyaan-pertanyaannya.
Terkait seperti apa pertanyaan yang akan keluar sebaiknya dipercayakan kepada panelis debat. Sebab panelis yang dihadirkan merupakan ahli-ahli di bidangnya, sesuai dengan tema yang ditentukan.
“KPU hanya menetapkan temanya, persoalan siapa yang bertanya dan apa pertanyaanya serahkan kepada panelis,” katanya.
(Baca Juga : Pemilu 2019, KPU Petakan Ada 7.815 TPS di Sultra)
Sebelumnya, KPU RI menyebut pasangan capres-cawapres akan mengetahui daftar pertanyaan sebelum debat berlangsung. Dari berbagai pertanyaan yang diberitahukan sebelumnya, hanya tiga pertanyaan yang akan diajukan dalam sesi debat kandidat capres cawapres.
Tiga pertanyaan tersebut akan dipilih secara acak oleh pasangan calon Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ketua KPU RI, Arief Budiman menjelaskan pertimbangan memberikan daftar pertanyaan debat publik ini agar paslon dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan data.
Kendati demikian, Haerul tetap tidak setuju dengan mekanisme debat tersebut. Baginya, KPU harus memanfaatkan keahlian panelis debat untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang betul-betul berkorelasi terhadap tema yang telah ditetapkan.
“Kita tahu dua kandidat kita memiliki plus-minus, mungkin saja dikhawatirkan tidak bisa menjawab pertanyaan atau menjawab salah dan melakukan blunder, itu saja sebenarnya,” pungkasnya. (A)
Reporter : Rizki Arifiani
Editor : Abdul Saban