Rendahnya Budaya Literasi

La Ode Muhammad Azdhar Baruddin,
La Ode Muhammad Azdhar Baruddin,

Membaca adalah cara menambah wawasan serta membuat seseorang menjadi cerdas. Tidak ada pengetahuan yang bisa didapatkan tanpa membaca. Dengan membaca orang mampu melahirkan ide, serta mengasah nalarnya untuk mampu memecahkan masalah.

Budaya membaca sudah ada sejak dulu, dan kini dikenal dengan budaya literasi. Literasi dimaksud yaitu kemampuan membaca serta menulis dari setiap orang dan juga kemampuan seseorang dalam mengolah pengetahuan yang telah didapatkannya setelah membaca.

Sebagai contoh negara Finlandia, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) yang dirangkum dalam laporannya tahun 2016, negara tersebut menduduki peringkat pertama dunia dengan tingkat literasi paling tinggi. Sedangkan Indonesia hanya peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei.

Bahkan menurut data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, rata- rata orang Indonesia hanya membaca buku sebanyak tiga hingga empat kali dalam seminggu, dengan menghabiskan waktu 30-60 menit per hari. Jumlah buku yang ditamatkan pun hanya 5 hingga sembilan buku per tahun.

Dengan kenyataan tersebut sungguh sangat memilukan dan ironi. Meskipun Indonesia negara baru merdeka atau belum berusia satu abad. Tetapi Indonesia tidaklah tergolong negara yang terbelakang. Bahkan dalam banyak aspek Indonesia lebih maju dari beberapa negara lain. Pun begitu, tingkat minat baca orang Indonesia patut menjadi perhatian kita bersama.

Sehingga memang tidak berlebihan jika ada pihak yang menggaris-bawahi kalau literasi Indonesia saat ini sedang mengalami krisis, atau lebih tepat disebut darurat literasi.

Sehingga apabila diukur, maka dapat dikatakan literasi baca di Indonesia telah mengalami kemunduran. Indikator tersebut terkonfirmasi dengan hasil survei UNESCO. Data lainnya masih dari UNESCO juga menggambarkan bagaimana rendahnya keinginan membaca orang Indonesia. Indeks membaca kita sekitar 0,001%. Artinya dalam setiap 1000 orang, hanya satu yang memiliki minat membaca.

Padahal di era sekarang ini banyak sekali buku, berita, ataupun artikel yang mudah untuk didapatkan. Media online pun sangat banyak dan akses untuk memperolehnya pun sangat mudah. Hanya saja memang harus kembali kepada kesadaran individu masing-masing.

Karena memang tidak bisa dipungkiri di Jaman Teknologi sekarang ini, minat untuk membaca sangat rendah. Publik lebih memilih menonton video viral ataupun hanya sebatas melihat judul berita yang ada. Tetapi mereka tidak mencoba untuk membacanya.

Rendahnya budaya literasi di era sekarang ini juga disebabkan budaya yang terbangun di kalangan milenial saat ini yaitu bukan anak sekolahan lagi yang harus terus-terusan membaca atau belajar.

Menurut saya harusnya ada kesadaran dari tiap-tiap orang serta perlunya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah sehingga memacu masyarakat untuk menjadikan literasi sebagai kebutuhan mereka.

Hal yang dapat dilakukan :

Pertama, untuk di tingkat sekolahan berikan aturan tentang wajib membaca dan ini diakomodir oleh setiap guru. Walaupun durasinya tidak begitu lama namun ini akan menanamkam kesadaran akan pentingnya membaca dan seiring berjalannya waktu, kalau ini dilakukan secara terus menerus akan menjadikan kebiasaan bagi setiap murid. Artinya kalau sudah menjadi kebiasaan itu akan mudah untuk dilakukan.

Kedua, orang tua harus selalu membimbing anaknya untuk terus belajar dan membaca. Kemudian mengawasi anak-anaknya yang sudah menggunakan android, tidak hanya digunakan untuk bermain game online tetapi harus mengarahkan untuk tetap membaca. Karena begitu banyak berita yang didapatkan di media online ataupun artikel yang bermanfaat.

Ketiga, sediakan perpustakaan mini atau taman baca guna menarik perhatian orang untuk ikut membaca. Kemudian mengadakan lomba baca, tulis dan diskusi, cara ini akan efektif menarik minat baca bagi setiap orang.

Keempat, ciptakan kebiasaan dan gerakan menulis. Perlu diketahui bahwa salah satu mengapa literasi membaca di Finlandia maju. Salah satunya adalah selain diwajibkan siswa membaca juga diharuskan menulis apa yang mereka baca dan pikirkan. Dengan begitu, generasi kita kedepan akan terbiasa dengan membaca dan menulis.

Kelima, ciptakan harga buku murah. Karena salah satu faktor yang mengakibatkan budaya literasi rendah yaitu harga buku yang dipasarkan di Toko Buku atau Gramedia tergolong mahal. Sehingga, banyak orang yang berkunjung ke Gramedia, membaca beberapa buku di tempat namun tidak membelinya. Dan hasilnya tidak efektif, karena mereka membaca tidak semua diakibatkan keterbatasan waktu.

Sehingga budaya literasi akan tertanam pada setiap warga Negara Indonesia. Dengan demikian, melahirkan generasi yang cerdas dan dapat membangun Negara. Bukan generasi yang mengarah pada jaman pembodohan karena rendahnya budaya literasi. Semoga…!!!

 

Oleh La Ode Muhammad Azdhar Baruddin,
Penulis merupakan Ketua Wa Ode Rabia (WRB) Community.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini