Resmikan Kampung Tenun di Muna, Tina Nur Alam Disambut dengan Silat Ewa

Resmikan Kampung Tenun di Muna, Tina Nur Alam Disambut dengan Silat Ewa
ATRAKSI SILAT - Ketua Dekranas Sultra Tina Nur Alam (batik orange) didampingi Bupati Muna LM. Rusman Emba dan Ketua Dekranasda Muna Yanti Setiawati Rusman saat melakukan kunjungan kerja di desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna, Minggu (16/4/2017). Tina Nur Alam disambut dengan silat ewa Muna. (Kasman/ZONASULTRA.COM)
Resmikan Kampung Tenun di Muna, Tina Nur Alam Disambut dengan Silat Ewa
ATRAKSI SILAT – Ketua Dekranas Sultra Tina Nur Alam (batik orange) didampingi Bupati Muna LM. Rusman Emba dan Ketua Dekranasda Muna Yanti Setiawati Rusman saat melakukan kunjungan kerja di desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna, Minggu (16/4/2017). Tina Nur Alam disambut dengan silat ewa Muna. (Kasman/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, RAHA – Dalam kunjungannya di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sultra Tina Nur Alam disambut dengan pertunjukkan Silat Ewa Muna. Kunjungan anggota Komisi VI DPR RI itu untuk meresmikan kampung tenun yang ada di desa tersebut.

Pantauan Zonasultra.com, saat tiba di Desa Masalili, Tina Nur Alam langsung disambut oleh tujuh orang dengan pakaian hitam putih sambil menampilkan atraksi silat Muna.

Atraksi silat tersebut beranggatokan enam orang, diantaranya lima orang anak laki-laki dan satu orang perempuan. Masing-masing pemain silat ewa Muna memegang alat seperti parang dan badik atau keris.

Salah satu pemain silat ewa Muna, LM. Dasrun (17) mengatakan, silat ewa Muna ini dilentaskan sebagai tarian penyambutan para tamu yang berkunjung di Kabupaten Muna pada.

“Silat ewa Muna ini dimainkan oleh enam orang terdiri dari dua orang pemain badik atau keris dan tiga orang penari bermain parang,” terangnya.

Resmikan Kampung Tenun di Muna, Tina Nur Alam Disambut dengan Silat Ewa

Selain itu, kata Dasrun, silat ewa muna juga diiringi oleh musik tradisinal yang dinamai Rambi Wuna, yang dimainkan lima orang pengiring musik.

Seluruh pemain silat ewa Muna ini berusaha saling menyerang akan tetapi terhalang oleh seorang pemain Petombi (pemegang bendera) sehingga seluruh pemain terhindar dari bahaya. Hal itu menunjukkan bahwa rasa kemanusian lebih berarti dari pada ketajaman senjata demi kedamaian dan persatuan.

“Saya berharap silat ewa Muna ini untuk tetap dikembangkan agar tidak punah dan tetap berkembang serta dapat menjadi maskot di Kabupaten Muna,” ungkapnya. (B)

 

Reporter : Kasman
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini