Rindu itu Berat “Suara Hati Siswa di Era Pandemi Covid-19”

583
Imaludin Agus, M.Pd
Imaludin Agus, M.Pd

Kurang lebih enam bulan lamanya pemberlakuan pembelajaran online (daring) di rumah akibat pandemi covid-19 dilaksanakan. Selama proses pelaksanaanya, banyak hal yang terjadi. Mulai dari siswa yang kehabisan kuota, orang tua yang berperan ganda sebagai pengganti guru di rumah, serta guru yang bingung memilih media pembelajaran online yang tepat.

Tidak hanya itu, dari beberapa ceritra guru yang mengajar online, banyak dari siswa mereka menangis. Tapi bukan menangis karena kehabisan kuota. Bahkan, ada diantara siswa mereka yang memakai baju seragam sekolah disetiap paginya untuk menerima materi dari guru mereka. Bukan pula mereka tidak memiliki baju lagi, tetapi karena rindu.

Inilah ungkapan hati para siswa, mereka rindu setiap paginya bergegas kesekolah. Mereka rindu bercanda tawa dengan temannya. Mereka rindu duduk melihat gurunya menerangkan. Mereka rindu berargumen didepan guru dan teman-temannya. Mereka rindu ungkapan “hore jam istrahat tiba”. Entah sampai kapan kerinduan mereka akan terobati.

Ini memang tidak salah. Pembelajaran online memang bagus dengan berbagi teknologi pembelajaran yang ada. Terlebih lagi, tuntutan era industri 4.0 mengedepankan segala aktifitas manusia berbasis online. Akan tetapi, banyak hal yang tidak terakomodir olehnya layaknya pembelajaran klasik. Sebab belajar bukan seperti menuangkan air digelas kosong. Siswa tidak dapat dianalogikan sebagai “gelas kosong” yang siap kapanpun, dan dimanapun dituangkan ilmu didalamnya.

Proses pembelajaran bukan pula sekedar transfer pengetahuan, tetapi ada interaksi, aksi, kasih dan sayang. Dengan interaksi siswa dapat berbagi pengalaman, pengetahuan, dan keluh kesah. Bahkan interkasi sudah menjadi kebutuhan dasar sekaligus primer bagi manusia. Dengan aksi siswa dapat meningkatkan kreativitas, problem solving, dan kemampuan berpikir kritisnya. Serta kasih dan sayang dapat menghadirkan kebahagiaan dan kenyamanan.

Namun, apa daya. Pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengatasi laju perkembangan covid-19. Mulai dengan pemberlakuan social distancing, physical distancing, work from home (WFH), maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akan tetapi, setiap harinya masih terdapat ratusan masyarakat yang terinfeksi virus menakutkan ini.

Sampai pada tulisan ini dibuat, menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 jumlah yang terkonfirmasi positif covid-19 di Indonesia sebanyak lebih dari 200 ribu orang. Khusus untuk Provinsi Sulawesi Tenggara pasien yang terkonfirmasi positif mengalami peningkatan secara drastis bahkan kapasitas rumah sakit sudah tidak mampu menampung lagi.

Jika merujuk pada fakta ini, maka pembelajaran online masih menjadi pilihan terbaik untuk tetap memastikan pembelajaran disemua jenjang pendidikan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekaligus meredam penyebaran virus covid-19. Walaupun kita tidak bisa menutup mata, ini masih sulit untuk diadaptasi oleh semua kalangan, khususnya siswa, guru dan orang tua.

Guru dan orang tua bahkan memiliki peran yang sangat urgen agar siswa tidak rindu berat. Guru harus mampu mendesain pembelajaran online (daring) secara kreatif dengan memperhatikan kondisi psikis, sosial dan ekonomi anak didiknya. Selain itu, guru juga harus mampu mengahadirkan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi siswa. Dengan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dapat mengobati rasa bosan serta meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan pembelajaran bermakna menjadi bagian penting agar pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang (long time memory). Untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus memiliki antusiasme dalam menyusun materi dengan melibatkan berbagai media online yang kekinian dan terjangkau.

Peran yang tidak kalah penting lainnya diemban oleh orang tua siswa dirumah. Selama proses pembelajaran online, tugas mereka tidak hanya mempersiapakan anak-anaknya untuk ke sekolah sebagaimana pembelajaran klasikal yang selama ini terlaksana. Namun, sejak pemberlakuan pembelajaran online, setiap pagi mulai pukul 07.00 para orang tua sudah siap menatap layar handphone (HP) dan Leptop mendampingi anak-anaknya menerima materi pelajaran dari guru. Tugas ini tidaklah ringan, sebab orang tua memiliki peranan ganda yakni sebagai orang tua sekaligus guru bagi anaknya. Orang tua harus mampu memastikan bahwa selama peniadaan pembelajaraan tatap muka, anak mereka tetap mampu menerima pelajaran secara maksimal, sehingga dituntut bisa menghadirkan suasana belajar yang nyaman, menarik, dan menyenangkan.

Peranan orang tua yang tidak kalah penting lainnya adalah menjaga kondisi psikis anak selama proses pembelajaran online. Sebab dengan banyaknya tugas yang diberikan menyebabkan anak akan merasa stres, pusing, tertekan dan jenuh. Pada kondisi ini orang tua harus hadir sebagai penyejuk hati dengan melakukan berbagai kegiatan positif dirumah.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan orang tua diantaranya adalah (1) menyediakan fasilitas bermain, (2) mendukung pengembangan minat dan bakat anak. Misalkan untuk anak yang suka musik maka disediakan alat musik, bagi siswa yang suka dengan pertanian maka diajak untuk bercocok tanam, bagi anak yang suka dengan olahraga diberikan keluasan berolahraga sesuai dengan kondisi rumah dan lain sebagainya, (3) orang tua siswa dapat membuat sudut-sudut literasi dirumah dengan menyediakan berbagai referensi baik itu buku pelajaran, novel, maupun bacaan- bacaan lain yang dapat meningkatkan minat bacanya; dan (4) melakukan komunikasi secara intensif dengan anak.

Terlepas dari wabah virus corona atau covid-19 yang mengharuskan pembelajaran daring dirumah, menurut teori psikologi perkembangan anak. Orang tua memiliki andil besar bagi keberhasilan siswa dalam belajar. Sebagaimana Vigotsky mengatakan bahwa proses belajar siswa akan berjalan dengan baik jika terjalin interaksi antara siswa dengan orang lain (orang dewasa) termaksud didalamnya orang tua. Orang tua bahkan menjadi role model bagi anak yang dipandang sebagai panutan yang patut diimitasi. Ghottman dan Joan De Claire dalam bukunya berjudul The heart of Parenting menyatakan bahwa kehidupan keluarga bukan hanya soal menyediakan kebutuhan materil, tetapi yang paling penting adalah pendampingan setiap saat keluarga dalam menyediakan kebutuhan emosional dan jasmani.

Olehnya itu, kita berharap semoga wabah covid-19 segera teratasi sehingga seluruh aktifitas dapat kembali sebagaimana lazimnya. Siswa dapat belajar secara langsung di sekolah dan bercanda ria bersama teman-temannya. Guru dapat kembali melihat senyuman semangat anak didiknya untuk menerima materi. Terlebih lagi, orang tua siswa dapat menjalankan aktifitas kesehariaanya seperti sediakala dengan terus memantau perkembangan belajar anak-anak mereka. (*)

 

Oleh: Imaludin Agus, M.Pd

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini