ZONASULTRA.COM,WANGGUDU– Cerita miris masih saja terjadi di dunia pendidikan kita. Kali ini datang dari bagian utara Sulawesi Tenggara. Puluhan siswa dari SDN 8 Molawe, Kabupaten Konawe Utara terpaksa belajar di dalam ruang kelas yang rusak.
Lantai kelas yang retak dan plafon berlubang, menemani keseharian belajar para siswa di sekolah itu sejak lima bulan terakhir.
Kondisi itu juga menimbulkan bau amis dan suara berisik yang menyeruak dari balik plafon bocor yang menjadi sarang hewan mamalia ini.
Sejumlah murid yang menempati ruang kelas hanya bisa bersabar, meski sebenarnya mengganggu konsentrasi mereka belajar. Mereka pun mau tak mau hanya bisa menahan bau tak sedap yang ditimbulkan dari kotoran binatang berbulu hitam itu.
“Busuk sekali, kelelawar yang di atas plafon mana ribut sekali saya tidak tenangmi belajar,” ujar Rahmad, murid kelas II SDN 8 Molawe saat ditanyai perihal ruang kelas yang rusak tempatnya belajar.
Keluhan yang sama juga disampaikan Rifal, murid kelas III. Kondisi ruang kelas yang tidak layak pun membuatnya tak nyaman. Namun mau dikata apa, tak ada sekolah lain lagi yang bisa dia tuju. Sekolah lain jauh dari tempat tinggalnya.
“Bukan hanya saya yang mengeluh, temanku yang lain juga tidak suka. Makanya kalau keluar main kita jauh-jauh dari kelas bagaimana baunya busuk sekali,” terang Rifal.
“Lihat sendirimi keadaannya, bangunan sekolah ini sebenarnya tidak layak ditempati sebagai ruang belajar. Plafon bocor-bocor gara-garannya kelelawar bersarang, kotorannya berserakan di dalam ruang kelas,” jelas Kepala Sekolah Idar Royani saat menunjukan ruang kelas di sekolah tersebut kepada awak media ini.
Mirisnya selain rusak, sekolah ini juga kekurangan ruang belajar. Sejumlah siswa pun terpaksa berbagi ruang kelas. Dinding tripleks yang sudah rapuh menjadi sekat bagi siswa kelas satu dan dua.
Selain itu sejumlah sarana seperti sarana MCK, musholah dan perpustakaan juga belum tersedia.
Sebenarnya kondisi ruang belajar yang tak layak itu kata Idar, sudah dia sampaikan pada pemda setempat. Sejak 2015 membina sekolah yang berdiri sejak 6 tahun lalu, dia sudah beberapa kali meminta bantuan rehabilitasi dalam bentuk proposal. Sayangnya sampai saat ini tidak jua mendapat tanggapan.
“Beginimi saja keadaanya apa adanya. Para siswa dan guru yang jumlahnya 9 orang belajar dengan kondisi dan fasilitas yang sederhana seperti ini,” lanjutnya dengan suara sedih saat menjelaskan perihal sekolah yang tak jauh dari ibukota Kabupaten.
Pihak sekolah berharap, lanjut Idar perhatian serius dari pemerintah setempat. Harapanya pemda segera mengatasi segala kendala di sekolah yang terletak sekitar 2 meter dari jalan poros menuju kota Wanggudu itu.
Penulis : Jefri Ibnu
Editor : Tahir Ose