Selamat Datang ADP-Sul, Selamat Memimpin Kota Kendari

Penulis: Rustam Djamaluddin

Selamat datang pemimpin baru Kota Kendari, ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Duet Adriatma Dwi Putra dan Sulkarnain Kadir, yang keduanya akrab disapa pasangan ADP-Sul.

Rustam Djamaluddin

Ribuan pasang mata menyaksikan ADP-Sul dilantik sebagai wali kota dan wakil wali kota Kendari oleh Plt Gubernur Sultra, HM. Saleh Lasata di Aula Bahteramas Kantor Gubernur, Senin 9 Oktober 2017.

Mereka menyambut gembira kedatangan pemimpin baru mereka. Pasangan ADP-Sul yang akan memimpin Kota Kendari dalam kurun waktu lima tahun, mulai tahun 2017-2022 mendatang.

Sekali lagi ribuan pasangan mata tertuju atas pelantikan tersebut. Mata itu bukan saja dari kalangan pendukung sewaktu sukses, tapi juga mata dari lawan-lawan politik saat pemilihan walikota (Pilwali) berlangsung Februari 2017 lalu.

Tapi mari kita lupakan lawan politik dan tiadakan istilah orang dekat saat suksesi Pilwali. Yang ada saat ini adalah warga Kota Kendari. Warga yang menunggu realisasi program kerja, sebagaimana disampaikan saat kampanye.

Di atas pundak ADP-Sul, warga Kendari menggantungkan harapan yang besar. Mengapa demikian? Ya karena ini kali pertama, Kota Kendari dipimpin oleh orang-orang muda. Kita lihat pemimpin sebelumnya, usianya sudah lewat dikatakan muda saat menjabat di Kota Kendari.

Kita lihat mantan Walikota Kendari Drs La Ode Lasjkar Koedoes pada tahun 1995, kemudian mantan Walikota Kendari Drs. H. Masyhur Masie Abunawas, M.Si, mantan Plt Walikota Kendari Drs. H. Andi Kaharuddin, lalu dilanjutkan lagi Drs. H. Masyhur Masie Abunawas berpasangan Ir. Andi Musakir Mustafa. Hanya mantan Walikota Kendari Andi Musakir Mustafa yang berusia di bawah 40 tahun tapi di atas 35 tahun saat menjabat.

Di tahun 2017, pasangan muda ADP-Sul muncul sebagai pemimpin Kota Kendari termuda. Di mana orang muda itu identik dengan power full, penuh gagasan, kaya ide-ide kreatif, punya link kerjasama di mana-mana, mampu bekerja non stop 24 jam. Kemudian orang muda itu daya kreasinya tinggi. Dengan modal tersebut, maka inilah menjadi harapan warga Kota Kendari, sekaligus menjadi tantangan bagi ADP dan Sul ke depan. Apakah mampu mewujudkan harapan warga Kota Kendari.

Jika kita melihat sejarah Kota Kendari yang ditemukan oleh J.N. Vosmaer, kebangsaan Belanda pada tanggal 9 Mei 1831, nanti pada tahun 2017 roda Pemerintahan Kota Kendari dipimpin oleh dua sosok pemuda yang energik.

Berarti ada 186 tahun kita menunggu lahirnya Walikota Kendari yang baru berusia 27 tahun. Adalah ADP yang menjawab itu. Tapi ingat, pemimpin yang muda juga punya titik kelemahan yang bisa menjadi blunder, terutama ketika berbicara di area partai politik yang bukan pengusung saat Pilwali.

Kelemahan orang muda itu, diantaranya suka mengedepankan egoisme, tidak mau mendengarkan saran, suka jalan sendiri, kurang memperhatikan situasi dan kondisi sekeliling. Orang muda itu juga selalu menganggap mampu mengerjakan sendiri pekerjaan, tidak membutuhkan bantuan orang lain. Kalau merasa sudah nyaman, tidak mau lagi memperhatikan orang lain. Dan masih banyak kelemahan orang muda lainnya.

Tetapi yakin dan percayalah, pasangan ADP – Sul akan menepis semua keraguan akan kelemahan pemimpin muda. Dari jiwa dan raga ADP telah mengalir darah pemimpin yang diturunkan dari orang tuanya mantan Walikota Kendari Dr. Ir. H. Asrun, M.Eng,Sc.

Melanjutkan pembangunan yang telah dirintis Dr. Ir. H. Asrun, M.Eng,Sc dan Dr. H. Musadar Mappasomba, SP,MP sebagai Walikota dan Wakil Walikota selama dua periode, sejak tahun 2007 sampai 2017, tentu menjadi tugas ADP-Sul.

Mempertahankan penghargaan Adipura tentu hal yang mutlak. Hanya mungkin pendekatan strateginya yang secara perlahan-lahan mulai diubah. Bila selama ini, barisan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjadi motor penggerak kebersihan di seluruh wilayah kota, maka sekarang dibalik. Warga kota yang harus bergerak membersihkan lingkungannya.

Demikian pula penghargaan lainnya, seperti Kendari sebagai Kota Layak Huni, penghargaan WTP dari BPK RI masih sangat perlu dipertahankan. Bahkan ditingkatkan, sehingga Kota Kendari benar-benar menjadi kota jasa terbesar di Kawasan Timur Indonesia, setelah Kota Makassar.

Jika melihat visi dan misi ADP-Sul saat mencalonkan sebagai walikota dan wakil walikota, maka ada misi yang sangat menarik untuk digaris bawahi, yakni peningkatan ekonomi kreatif, UMKM dan koperasi, pelatihan keterampilan bagi pekerja di sektor informal, dan memberi kemudahan investasi di Kota Kendari.

Tanpa bermaksud mengesampingkan program lain, namun yang menjadi catatan hal tersebut di atas. Mengapa? Karena berbicara soal ekonomi kreatif, UMKM dan Koperasi, sudah sejak zaman Orde Baru (Orba). Hanya formulasi bahasanya yang berubah, yaitu sudah ada penekanan ekonomi kreatif.

Program ini belum berjalan secara maksimal. Para pelaku ekonomi kreatif dan Usaha Kecil Menengah dan Mikro (UMKM) belum dilirik sebagai kekuatan ekonomi baru dalam meningkatkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Masih cenderung dilihat sebagai pelaku ekonomi yang mengotori sekeliling Kota Kendari. Akibatnya Satuan Polisi Pamong Praja ( Sat Pol PP) bertindak dengan dalih penertiban. Padahal kalau mereka diberi ruang dan tempat yang representatif untuk berwirausaha, justru pelaku ekonomi kreatif dan UMKM inilah yang akan kokoh menopang sektor ekonomi Kota Kendari.

Bisa ya? Ya bisa. Kita lihat krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1996 sampai 1998. Nilai tukar mata uang rupiah melemah sampai
ekonomi Indonesia megap-megap. Bayangkan nilai tukar $ 1 AS menjadi Rp 8.000 sampai Rp 14.000, padahal tadinya $ 1 AS hanya dikisaran nilai tukar Rp 2.000 sampai Rp 2.400.

Dampak melemahnya nilai tukar, seluruh bisnis investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) gulung tikar. Banyak bank yang tutup dan merger dengan bank lain. Misalnya, Bank Dagang Negara dan Bank Bumi Daya harus merger, maka lahirlah Bank Mandiri.

Dalam kondisi seperti itu, hanya pelaku bisnis UMKM yang mampu bertahan. Bisnis yang mengurus uang receh inilah yang justru menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk Kota Kendari.

Bisnis yang dikelola Ina-ina, para pedagang sayur mayur, pedagang sembilan bahan pokok (sembako) di pasar tradisional tetap bertahan hingga ekonomi Indonesia kembali pulih pada tahun 2000. Usaha membuat batu merah, meubel kursi dan lemari, yang bertahan terus, meskipun saat itu daya beli menurun drastis.

Para pelaku ekonomi kreatif dan UMKM dapat bertahan, sebab mereka tidak mempunyai modal yang besar, tidak mempunyai kredit bank. Mereka lebih lincah dan kreatif keluar dari kemelut ekonomi.

Semoga harapan kita semua dapat terjawab dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Janji adalah kredit yang harus dibayar. Jangan bersikap seperti saat di SPBU Pertamina, saat mengisi bahan bakar, selalu dikatakan di mulai dari NOL ya…. Program kerja itu berkesinambungan, bukan dimulai dari NOL. (*)

 

Penulis: Rustam Djamaluddin

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini