ZONASULTRA.COM, KENDARI – Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019 mendatang, Sinode Gereja Protestan (GEP) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengimbau masyarakat setempat khususnya umat kristiani, agar memandang momen pemilu sebagai sebuah kepercayaan untuk menggunakan hak pilihnya, baik pemilihan presiden (Pilpres) maupun pemilhan calon anggota legislatif (Pilcaleg).
Ketua Sinode GEP Sultra Pdt Marten Sambira, menilai sangat penting masyarakat menjauhkan diri dari politik uang. Ia melihat oknum yang mau berjuang mau menjadi wakil rakyat, tetapi menggunakan uang untuk meraih suara adalah bukti ketidakpercayaan dan ketidakmampuan diri, meragukan kapasitas sebagai wakil rakyat yang mewakili semua masyarakat.
“Money politic sebetulnya menggunakan jalan-jalan tidak memiliki nilai etika dan moral dalam agama. Dalam Al-Kitab suap itu adalah sebuah larangan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, apapun yang dibangun dengan suap dan money politic, memiliki dasar yang sangat rapuh dan tidak kokoh yang tidak diberkati oleh Tuhan,” tegas Pdt Marten Sambira ditemui di kantor Sinode Gepsultra, Senin (8/4/2019).
Ia mengimbau agar pemilu ini menjadi momen untuk memilih pimpinan bangsa dan negara dengan baik untuk lima tahun kedepan. Yakni dengan memilh pemimpin yang memiliki integritas yang baik, dapat melaksanakan kepemimpinan di lembaga eksekutif maupun legislatif.
(Baca Juga : PW Muhammadiyah Sultra : Memilih Pemimpin Itu Hukumnya Wajib)
Oleh karena itu, Marten mengajak masyarakat untuk menjaga kondisi yang aman, damai di dalam pelaksanaan pemilu nanti. Karena kondisi yang seperti itu bisa menjamin terlaksananya pemilu yang sukses. Bagi yang memiliki hak pilih, dia juga mengajak masyarakat untuk berbondong-bondong untuk ke TPS menyalurkan hak pilihnya dengan penuh kebabasan tanpa adanya kekhawatiran.
“Karena misalnya ada intimidasi dan menakut-nakuti, janganlah merasa takut. Undang-undang sudah menjamin untuk menyalurkan hak pilih kita. Dengan memastikan pemilu 17 Aprli 2019, itu menjamin tetap terselenggaranya negara Indonesia yang berlandasakan pancasila dan undang-undang dasar 1945,” terangnya.
Dalam kesempatan itu juga, Marten meyakini, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamirkan 17 agustus 1945 atas rahmat Tuhan, negara yang dibangun berdasarkan sumpah, baik sumpah pemuda maupun sumpah para pendiri tokoh-tokoh pejuang bangsa akan tetap berjalan, dengan penyelenggaraan pemilu yang damai dan sukses.
Dijelaskannya, sebagai generasi yang hidup di zaman ini, dan generasi-generasi selanjutnya, NKRI yang dibangun adalah negara yang didasari oleh sumpah ini, tidak ada seorang yang berhak untuk melanggar sumpah atau tidak menghargai sumpah. Bahkan tidak menghargai para pejuang negara bangsa apabila ada oknum yang menakut-nakuti warga untuk memilih.
“Dalam rangka itu saya mengimbau menghadapi pemilu ini, agar menghindari berita hoaks, yang dapat memecah belah kerukunan kedamaian dan kemharmonisan. Karena itu, marilah tetap mengindari berita-berita yang menimbulkan pertentangan di antara kita sebagai anak-anak bangsa yang hidup di atas bumi pertiwi Indonesia yang kita cintai ini,” pintanya.
Pada kesempatan ini juga, Marten mengingatkan kepada umat kristiani agar rumah ibadah, gereja atau rumah doa, tidak dijadikan sebagai tempat kegiatan politik praktis. Karena rumah ibadah peruntukkannya digunakan untuk membangun relasi manusi dengan Tuhan dilandasi hati yang tulus dan suci.
“Karena itu, rumah ibadah kita gunakan sebagaimana peruntukkannnya, membangun spiritualitas kita, iman kita, kepada Tuhan yang maha kasih dan kuasa dan membangun relasi di antara sesama umat yang penuh keharmonisan dan kerukunan,” imbaunya.
Marten berharap, sebagaimana sila pertama dalam pancasil, bahwa pemilu 17 april 2019 akan berlangsung dengan penuh kedamaian, ketertiban dan kelancaran yang didukung dengan upaya bersama-sama mensukseskan pemilu 2019. (a)