ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Rakyat Indonesia (BRI)telah diumumkan sebagai title sponsor dalam Liga 1 pada Kamis (12/08/2021) lalu. Partisipasi BRI secara langsung dilakukan untuk mendukung kompetisi BRI Liga 1 kembali bergulir, sehingga dapat menggerakkan perekonomian nasional khususnya agar industri sepak bola nasional, termasuk UMKM di industri turunannya kembali bergeliat.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan bahwa sepak bola bukan sekadar olah raga dan hiburan masyarakat, tetapi seni manajerial untuk meraih tujuan bersama yaitu kemenangan dan menjadi juara. Dengan peran yang sedemikian besar, BRI tergerak untuk menjadi title sponsor.
” Dengan menjadi sponsor utama Liga 1, BRI mewujudkan komitmen bahwa keberadaan BRI memberikan makna bagi masyarakat Indonesia,” ucap Sunarso dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (12/9/2021).
Menurut Sunarso, sepak bola adalah miniatur dari sesuatu yang besar atau simplifikasi dari sesuatu yang kompleks, yakni sebagai organisasi. Dalam bermain sepak bola di dalam lapangan 11 orang pada satu tim harus teroganisir dengan baik yang tujuannya untuk menciptakan Gol (goal – tujuan), demikian dengan organisasi yang juga memiliki goal (tujuan) yang ingin dicapai bersama.
Sebagai CEO, dia pun menyinggung strategic management dalam dunia sepak bola maupun dalam korporasi besar seperti BRI. Dia mencontohkan ada satu negara di Asia yang menetapkan visinya ingin menjadi juara dunia sepak bola pada 2050. Jika pemain sepak bola berada pada masa produktifnya pada usia 25 tahun, artinya pemain-pemain yang dirancang untuk mejadi juara dunia tersebut saat ini belum dilahirkan.
” Dari contoh tersebut, menjadi juara dunia memerlukan visi yang harus dibangun dan dipersiapkan sejak jauh-jauh hari,” tambahnya.
Pembangunan dan persiapan dalam menggapai visi juara tersebut, akan terkait dengan proses pembentukan fisik, karakter, keterampilan, hingga tingkat kecerdasaan pemain. Demikian dengan perusahaan besar seperti BRI, manajemen saat ini harus merancang visi atau road map sematang mungkin untuk menentukan keberlajutan dan meraih keberhasilan di masa depan.
Sunarso mengambil contoh lain yang terjadi di dunia sepak bola dan bisa diaplikasikan dalam perseroan. Pada musim 2003, 2004 dan 2005, rival abadi FC Barcelona, Real Madrid, memiliki tiga gelandang hebat dunia saat itu yaitu David Beckham, Luis Figo dan Zinedine Zidane. Namun, hal itu tak menjamin Real Madrid menjadi jawara sepak bola Spanyol.
Real Madrid hanya menjuarai Piala Super Spanyol dalam rentang waktu tersebut. Sedangkan musuh abadinya, Barcelona, selama 2003-2005 mengoleksi satu gelar Liga Spanyol sebagai kompetisi kasta tertinggi, dan musim 2004-2005 menjuarai Piala Super Spanyol.
” Saya bisa tarik kesimpulan, sebenarnya adalah tim yang hebat itu bukan dibeli meskipun kita mampu beli, tim yang hebat itu memang harus dibangun dan dipersiapkan,” tutupnya. (*)