Salah satu budaya masyarakt yang ada di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan
ZONASULTRA.COM, ENREKANG – Sejak Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II/2017, tanggal 18-19 Mei 2017, soal Homestay Desa Wisata, kian banyak daerah yang berlomba-lomba membangun desa wisata. Sulawesi Selatan misalnya. Di sana, ada Kabupaten Enrekang yang sedang menggalakkan program Desa Wisata.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Enrekang, Arifin Bando mengatakan, sejak pemerintah pusat menggalakkan program Desa Wisata, pihaknya tidak ingin daerahnya ketinggalan. Menurutnya, program Desa Wisata merupakan salah satu yang bisa menunjang perekonomian masyarakat desa.
“Memang sudah ada instruksinya dari pemerintah pusat untuk setiap kabupaten ada desa wisatanya. Oleh karena itu, kami akan buatkan juga di Enrekang. Pengembangannya akan dirembukkan bersama pihak-pihak terkait,” ujar Arifin, Kamis (1/5).
Sejauh ini, terang Arifin, ada tiga desa di kecamatan berbeda yang menjadi prioritas. Tiga desa itu yakni Desa Bambapuang di Kecamatan Anggeraja, Desa Benteng Alla Utara (Kecamatan Baroko), dan Desa Batu Mila (Kecamatan Maiwa).
“Masing-masing desa ini menyimpan kekayaan alam dan budaya yang sangat cocok untuk dikembangkan. Desa Bambapuang, misalnya. Di desa itu terdapat Gunung Bambapuang yang memiliki tinggi 1.100 mdpl. Gunung itu menjadi magnet bagi para pencinta alam untuk menyalurkan hobinya,” ungkap Arifin.
Untuk keperluan wisata, lanjut Arifin, pendakian Bambapuang biasanya melewati jalur utara. Waktu tempuh sekitar dua jam dari Dusun Kasambi yang berada tepat di kaki Gunung Bambapuang.
Desa Benteng Alla Utara dikenal sebagai salah satu penghasil kopi Arabika. Kopi asal Desa Benteng Alla Utara sudah terkenal di seluruh Indonesia. “Bahkan, perusahan-perusahaan mancanegara juga mengambil kopi dari Desa Benteng Alla Utara,” tambah Arifin.
Baca Juga : Pulau Dewata Berikan Anugerah 29 Desa dalam Desa Wisata Award 2017
Sementara itu, Desa Batu Mila juga memiliki banyak tempat wisata. Di antaranya, air terjun Batu Milan, Kebun Raya Massenrempulu, dan tempat permandian Laburang Gallang. Laburang Gallang yang berada di Dusun Malino bahkan disebut-sebut sebagai Green Canyon-nya Enrekang.
Dia menambahkan, Desa Batu Mila akan mendapat suntikan dana sebesar Rp 50 juta. Dana yang berasal dari anggaran dana desa (ADD) tersebut dikucurkan secara bertahap.
“Nanti berikutnya bisa ditambah secara bertahap. Kami siapkan juga dari APBD. Penggunaan dana desa untuk pengembangan wisata jauh lebih tepat sasaran ketimbang hanya memenuhi infrastruktur pedesaan,” kata Arifin.
Apalagi, tambahnya, Desa Wisata ditargetkan bisa menyumbang perputaran ekonomi di tengah masyarakatnya.
Homestay Desa Wisata bakal menjadi portofolio industri baru dalam pengembangan amenitas pariwisata. Indonesia akan menjadi negara dengan homestay terbesar, berbanyak, dan terbaik dunia. Itulah ‘mimpi besar’ Menpar Arief Yahya dari Rapat Koordinasi Pariwisata II/2017.
Baca Juga : Homestay Desa Wisata, Solusi Menpar Arief Yahya Pecahkan Problem Amenitas
Tahun 2017 ini ditargetkan 20 ribu, tahun 2018 ditambah 30 ribu lagi, dan tahun 2019 dibangun 50 ribu. Total 100 ribu. “Homestay itu dikelola secara korporasi, bukan cara koperasi. Homestay ini dijalankan dengan mesin baru, model bisnis baru, berbasis pada digital yang saya sebut digital sharing economy,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, pembangunan homestay mempunyai nilai strategis. Terutama untuk memperkuat unsur amenitas dalam teori 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas)-nya Menpar Arief. Selain 10 Bali Baru, juga di Banyuwangi Jatim, Mandeh Sumbar, Bali dan Makassar.
“Pengelolaan homestay dengan platform digital sharing economy adalah the only choice, karena kalau kita tidak melakukannya, kita pasti habis terdisrupsi oleh pengelola homestay yang menggunakan platform digital. Kalau kita tidak melakukannya, maka orang lain yang akan melakukannya dan kita tergilas,” ujarnya. (*)