Supriansyah Yusuf: Bermodalkan Kejujuran dan Kepercayaan, Sukses Ekspor Udang ke China

Supriansyah Yusuf: Bermodalkan Kejujuran dan Kepercayaan, Sukses Ekspor Udang ke China
Supriansyah Yusuf

Zaman telah berevolusi. Seorang pengusaha konvensional masih terkooptasi dengan pemikiran bahwa untuk memulai sebuah usaha, terlebih dahulu harus mempunyai modal fress money (uang tunai) yang besar. Tanpa modal uang, maka usaha tidak akan jalan.
Dizaman milinea ini, seorang entrepreneurship, embel-embel modal uang tunai perlahan dikesampingkan. Seorang pebisnis sejati, modal utama yang harus dimiliki adalah bersifat jujur dan berlaku dipercaya (amanah) oleh mitra bisnis.

Jiwa entrepreneurship dengan modal kejujuran dan kepercayaan ini sudah dibuktikan Supriansyah Yusuf. Usaha yang dirintisnya sejak tahun 2016 sampai sekarang bisa survive (berjalan dengan sukses) hanya mengandalkan kepercayaan dan kejujuran terhadap mitra bisnisnya di Negeri China.

Supriansyah Yusuf: Bermodalkan Kejujuran dan Kepercayaan, Sukses Ekspor Udang ke China

Ancha, begitu sapaan akrab Supriansyah Yusuf yang lahir tahun 1993 di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, sudah mempraktekkan sekaligus membuktikan itu semua. Dengan bermodalkan kejujuran dan kepercayaan, bisnis ekspor udang yang dirintisnya sekitar 2,6 tahun yang lalu sudah Go Internasional.

Buyer (pembeli) udang jenis vannamei berasal dari China dan Vietnam. Udang kualitas ekspor ini disuplai dari Kabupaten Bombana, Muna, Kolaka, Kolaka Utara dan Konawe Selatan.

Supriansyah Yusuf: Bermodalkan Kejujuran dan Kepercayaan, Sukses Ekspor Udang ke China

Untuk mengetahui lebih jauh, bagaimana perjalanan Supriansyah Yusuf, mampu merintis bisnisnya sampai bisa bermitra dengan buyer dari Negara China dan Vietnam. Interview ini didedikasikan untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat Bombana (khususnya) dan Sultra pada umumnya, bahwa pentingnya menumbuhkan jiwa entrepreneurship dikalangan generasi muda, tanpa harus terhalang dengan keterbatasan modal besar.

Berikut petikan wawancaranya:

Bisa anda ceritakan awal mula merintis bisnis?

Ini kalau mau dikisahkan dalam sebuah buku, terbilang cukup panjang. Bisa jadi satu buah judul buku yang dapat mengilhami atau memberi inspirasi bagi anak-anak muda yang mau berusaha. Kalaupun saya membagi kisah, ini semata-mata hanya untuk berbagi pengalaman, bahwa ternyata merintis usaha itu penuh perjuangan.

Apakah memang orang tua saat itu punya basic usaha ?

Orang tua tinggal di sebuah wilayah yang terbilang cukup jauh, yakni di Poleang Timur, Kabupaten Bombana. Di sana orang tua punya usaha tambak udang. Hanya saja saya setelah tamat SMA, lebih memilih bekerja sama orang lain, untuk cari pengalaman.

Bekerja di mana setelah tamat sekolah?

Setelah tamat, rasa ingin tahu bekerja dengan orang lain lebih tinggi dibandingkan bekerja dengan usaha orang tua saat itu. Prinsip saya waktu itu, saya harus punya pengalaman yang banyak untuk mengelola usaha tambak udang milik orang tua. Jadi saya tamat tahun 2010, saya merantau ke Kota Palu, Sulawesi Tengah. Selama 3 tahun bekerja di Palu, lalu saya hijrah ke Sulawesi Barat tahun 2014. Merasa pengalaman kerja masih kurang, tahun 2015, saya ke Kota Makassar.

Supriansyah Yusuf: Bermodalkan Kejujuran dan Kepercayaan, Sukses Ekspor Udang ke China

Apa yang dilakukan di Kota Makassar?

Saya memberanikan diri membuka bisnis pakaian di Makassar. Alhamdulillah bisnis ini masih berjalan, meskipun saya sudah kembali ke Kendari. Manajemen usaha berjalan secara otomatis, tanpa harus saya awasi 24 jam. Manajemen usaha sudah auto pilot. Tinggal menunggu laporan omzet setiap saat.

Setelah itu ke mana lagi?

Karena bisnis pakaian sudah berjalan dengan baik. Saya bekerja di salah satu perusahaan ekspor udang di Makassar. Nah dari sinilah titik awal saya memberanikan diri membuka usaha ekspor udang. Manajemen perusahaan ekspor udang di Makassar melihat kerja saya bagus, bos saat itu mendorong dan menantang saya agar kembali ke Kendari membuka usaha pengolahan ekspor udang.

Tantangan itu anda terima?

Saya melihat peluang, banyak udang ekspor dari Sultra masuk di perusahaan ekspor di Makassar. Saya lalu berpikir, usaha tambak udang milik orang tua di Poleang kenapa saya tidak kembangkan. Saya langsung jawab tantangan bos saat itu.

Supriansyah Yusuf: Bermodalkan Kejujuran dan Kepercayaan, Sukses Ekspor Udang ke China

Apakah saat itu sudah punya modal yang besar?

Modal besar saya waktu itu, hanya kejujuran, kepercayaan dan keinginan untuk membangun Kabupaten Bombana, khususnya sektor kelautan dan perikanan. Bos perusahaan ekspor di Makassar melihat data, bahwa produksi udang dari Kabupaten Kolaka, Bombana, Konawe Selatan dan Kolaka Utara banyak yang masuk di Makassar. Beliau kemudian menyarankan agar ke Kendari membuka usaha ekspor udang. Saya bilang tidak ada modal. Namun beliau selalu memberikan motivasi yang besar, supaya berani berusaha di Kendari.

Apakah motivasi dan dorongan membuka usaha di Kendari Anda terima?

Ya saya memberanikan diri. Dengan modal kejujuran, kepercayaan dan keinginan yang kuat itu tadi, saya berangkat ke Kendari. Saya melihat ada peluang bisnis yang terbuka. Saya memberanikan diri membuka kontrak di perusahaan PT Yanagi Histalaraya yang terletak di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari.

Apakah bisnis berjalan dengan mulus?

Namanya usaha yang baru dirintis, tantangannya sangat tinggi. Penuh perjuangan. Suka dan duka saya lalui dengan penuh ketekunan dan keyakinan bahwa pasti bisa.

Bisa Anda ceritakan suka dan dukanya?

Kontrak ekspor udang sudah dibuka, tapi suplai udang dari daerah produksi sangat minim. Kadang suplai udang hanya 1 sampai 3 dos gabus atau sekitar 100 kilogram lebih per hari. Belum memenuhi kontrak.

Berarti Anda mengalami kerugian saat itu?

Benar sekali. Sekitar 6 bulan lamanya produksi mengalami kerugian. Tapi saya tetap maju terus, karena saya yakin dan percaya, ini persoalan waktu saja.

Menurut Anda, apa penyebab sampai suplai bahan baku udang masih minim saat itu?
Saya menganalisa penyebabnya, pertama ekspor udang yang saya rintis belum dikenal sehingga suplai produksi udang dari daerah penghasil belum banyak yang tahu. Para petani tambak udang masih banyak mengirim ke Makassar atau Surabaya daripada ke Kendari. Kedua, petani tambak masih ragu-ragu menjual hasil panen udangnya ke saya, karena mungkin berpikiran apa bisa saya bayar.

Mengapa ada keraguan petani tambak?

Dugaan saya waktu itu, karena melihat saya masih anak-anak. Masih terlalu muda mengurus ekspor udang. Keraguan mereka jangan sampai produksi udang sudah masuk ke perusahaan tapi tidak bisa dibayar. Ya macam-macam keraguan mereka saat itu. Saya tentu tidak bisa salahkan mereka, karena mereka juga sudah banyak pengalaman buruk.

Lalu bagaimana caranya menanamkan kepercayaan kepada petani tambak udang?
Saya bangun jaringan pedagang pengumpul udang vannamei di seluruh wilayah produksi, seperti di Konawe Selatan, Bombana, Kolaka dan Kolaka Utara. Jika ada produksi udang, saya minta mereka kirim ke saya. Sistemnya, udang masuk ke perusahaan, selesai timbang, langsung dibayar. Langsung bayar cash (tunai) tanpa menunggu waktu seminggu atau dua minggu ke depan.

Memang selama ini, pembelian udang ada yang system kredit?

Iya. Barang masuk sekarang, bayarnya minggu depan atau 2 minggu ke depan. Nah ini saya pangkas. Ada barang, langsung bayar tunai tanpa harus menunggu. Ternyata strategi ini efektif. Jadi terjawablah sudah keraguan para petani maupun pedagang pengumpul udang vannamei terhadap diri saya.

Apa yang terjadi setelah strategi bayar cash berjalan?

Alhamdulillah, suplai udang vannamei kualitas ekspor masuk dari berbagai daerah di Sultra. Kepercayaan mulai tertanam dengan seluruh mitra bisnis.

Berapa banyak mitra bisnis saat ini?

Mitra binaan saya saat ini mencapai 15 pedagang. Mereka ini tersebar di beberapa daerah. Setiap pedagang membina 10 sampai 200 orang petani tambak udang.

Supriansyah Yusuf: Bermodalkan Kejujuran dan Kepercayaan, Sukses Ekspor Udang ke China

Berapa kapasitas ekspor udang saat ini?

Setelah masa-masa sulit terlewati, sekarang kami mampu mengekspor udang vannamei. Soal jumlah udang yang diekspor masih relatif, karena tergantung suplai dari daerah produsen.

Tujuan ekspor udang Vannamei ke negara mana?

Dari mulai merintis usaha ekspor sampai sekarang, masih dominan mengirim ke China. Pernah juga saya mengekspor ke Taiwan dan Vietnam. Tapi pasar yang lebih bagus adalah Negara China.

Apakah pernah bertemu dengan buyer?

Inilah hebatnya tehnologi komunikasi sekarang. Produsen dengan buyer tidak mesti bertemu atau bertatap muka langsung. Melalu jaringan komunikasi internet atau handphone android, kita bisa membuka kontrak. Tentu didukung dengan garansi bank masing-masing negara. Mari kita manfaatkan sebaik-baiknya kemajuan tehnologi komunikasi saat ini untuk hal-hal positif. Jangan kemajuan komunikasi justru kita terjerumus ke hal-hal negatif.

Berapa jumlah karyawan saat ini?

Jumlahnya cukup banyak. Mereka bekerja dengan baik. Kami sediakan transportasi system antar dan jemput. Jadi tidak ada alasan mereka terlambat kerja setiap pagi.

Oh iya, menurut Anda negara mana yang jadi saingan ekspor saat ini?

Saingan ekspor udang Negara Indonesia saat ini, meliputi Negara India, New Zeland, Thailand dan Vietnam.

Apa kata kunci dari kesuksesan yang telah diraih saat ini?

Maaf kata sukses masih jauh. Masih panjang perjalanannya. Saya masih perlu banyak belajar lagi. Saat ini saya hanya ingin berbagi pengalaman kepada anak-anak muda, khususnya di Kabupaten Bombana, bahwa kerja keras akan memberikan hasil yang maksimal. Saya bisa seperti saat ini, hanya dengan modal jujur, dipercaya dan memiliki kemauan yang kuat. (adv)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini