Kelompok tani di Butur ini pun terpaksa mengeluarkan biaya sendiri untuk memperoleh pupuk non subsidi. Sebab, anggaran yang disediakan dalam satu kelompok tidak mencukupi untuk menutupi biaya pembeli
Kelompok tani di Butur ini pun terpaksa mengeluarkan biaya sendiri untuk memperoleh pupuk non subsidi. Sebab, anggaran yang disediakan dalam satu kelompok tidak mencukupi untuk menutupi biaya pembelian pupuk.
Kendala kita saat ini belum adanya pupuk bersubsidi yang masuk di Butur. Jadi kita sampaikan ke petani untuk membeli pupuk non subsidi dengan swadaya dulu tiap kelompok,” kata Sekretaris Dinas Pertanian Butur, Sahrun Akri di ruang kerjanya, Senin (30/3/2015).
Dikatakan, belum tersedianya pupuk subsidi di Butur hanyalah masalah waktu. Masa tanam di Butur lebih cepat dibandingkan dengan waktu keluarnya pupuk. Untuk mendapatkan pupuk subsidi tersebut harus melalui rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) yang diajukan ke pemerintah. Sedangkan RDKK Butur sendiri masih dalam tahap penyusunan.
Dengan adanya RDKK ini kita bisa tahu kebutuhan pupuk bagi para petani. Mudah-mudahan setelah RDKK selesai, maka pupuk subsidi bisa turun, agar petani tidak takut lagi kekurangan pupuk, dan proses peningkatan produktivitas tetap terjaga, jelas Sahrun.
Sementara untuk program awal upsus di Butur, kata Sahrun pihaknya baru mengembangkan komoditi padi dengan lahan seluas 700 hektar dan jaringan irigasi desa seluas 700 hektar. Sementara dua komoditi lainnya yaitu jagung dan kedelai akan dikembangkan pada musim tanam berikutnya.
Tujuan upsus, jelas Sahrun adalah meningkatkan hasil produksi petani dalam rangka ketahanan pangan sekaligus meningkatkan indeks tanam petani. Dia mencontohkan, selama ini para petani dalam satu tahun hanya mampu menanam sebanyak satu kali, tapi dengan adanya upsus petani diharapkan bisa menanam sebanyak dua kali dalam setahun.
Khusus Butur, belum semua desa bisa dilakukan penanaman dua kali karena keterbatasan sumber air. Desa yang digadang mampu menanam dua kali hanya Desa Triwacuwacu, Desa Waode Angkalo dan sebagian sawah di Desa Soloi Agung. (Darso)