ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Serangan wabah virus corona atau Covid-19 membuat produksi pangan di sejumlah daerah menurun drastis. Hal ini disebabkan pembatasan aktivitas petani hingga kebijakan pemerintah yang meminta warganya mengurangi aktivitas di luar rumah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, pada Mei 2020 terjadi penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 0,85% di mana NTP merupakan indikator untuk mengukur tingkat daya beli petani di perdesaan, juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Dampak besar pandemi dirasakan oleh petani kecil yang memiliki akses pasar terbatas karena petani hanya bisa menjual hasil pertaniannya dengan harga murah di pasar lokal. Tentunya hal ini berdampak pada sulitnya petani membeli bibit dan memperbaharui tanaman mereka.
Dosen Food Technology Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), Rayyane Mazaya Syifa Insani mengatakan pandemi ini berdampak besar pada ketahanan pangan. Seperti yang telah dilansir oleh organisasi dunia seperti Food and Agriculture Organization (FAO), International Food Policy Research Institute (IFPRI) dan United Nation (UN), pandemi Covid-19 dapat memunculkan krisis pangan baru yang mempengaruhi ketahanan pangan suatu negara, terutama negara miskin dan berkembang.
Namun hal ini justru berbanding terbalik dengan kondisi pangan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). Daerah yang dipimpin Kery Saiful Konggoasa dan Gusli Topan Sabara ini mampu mempertahankan produksi pangan, bahkan berdasarkan data yang ada produksi pangan Konawe khususnya komoditas beras dan sayuran mengalami peningkatan.
Kepala Divre Bulog Konawe, Yusran Yunun mengatakan, pada 2020 serapan beras yang secara keseluruhan berasal dari petani Konawe mencapai 10.715 ton. Angka ini merupakan tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Dengan peningkatan produksi hasil panen petani Konawe yang naik pada setiap tahunnya, membuat daerah ini tidak hanya dalam kategori mandiri pangan, melainkan juga menjadi tumpuan pangan untuk sejumlah daerah, khususnya yang ada di Sulawesi Tenggara.
“Total 6.500 ton sudah kita salurkan ke beberapa kabupaten, seperti Buton, Kota Baubau, dan sejumlah daerah lainnya. Bahkan kami juga sudah menerima permintaan untuk suplai beras dari Kementerian Sosial ke beberapa daerah,” kata Yusran.
Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa menyebutkan saat ini pemerintah daerah terus melakukan upaya-upaya untuk peningkatan produksi padi, bahkan beberapa program yang dicanangkan terbilang sukses menjadikan warga Konawe mandiri pangan.
“Dengan memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk ditanami sayuran, kemudian ada juga yang coba memanfaatkan sayuran hidroponik. Nah peran pemda adalah melakukan edukasi, memberikan pemahaman kepada masyarakat dan juga menyiapkan bibit,” ujar Kery.
Menurutnya, jika biaya pengeluaran rumah tangga dapat diminimalisisr, secara otomatis peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkat. Sebab, biaya tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa dialihkan atau dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.
Meski daerah ikut merasakan imbas dari Covid-19, Kery mengkalaim jika masyarakat konawe tidak pernah kesulitan dalam hal pangan. Yang lebih membanggakan lagi kata Kery, adalah produksi gabah petani yang justru mengalami peningkatan cukup signifikan.
“Di saat produksi petani di daerah lain mengalami penurunan, petani kita justru hasil panennya naik, bahkan ada petani kita yang panen sampai 8 ton per hektarnya. Ini menunjukkkan bahwa inovasi yang dilakukan oleh petani dan didukung program unggulan pemerintah daerah sangat berhasil,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Wakil Bupati Konawe, Gusli Topan Sabara. Menurutnya, program sejuta ton beras yang terus digaungkan tidak hanya bertujuan menyukseskan visi dan misi pemerintahan KSK-GTS, melainkan untuk membantu masyarakat dalam meningkatan hasil panen para petani. Dengan begitu ancaman krisis pangan dan juga kemiskinan tidak akan pernah menghampiri masyarakat Konawe.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menyebutkan, saat ini Konawe tidak hanya menjadi lumbung beras terbesar di Sulawesi Tenggara, tetapi Konawe saat ini sudah menjadi basis pangan terbesar di Sultra. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman beras dan sayuran ke beberapa daerah.
“Di tengah pandemi Covid-19 ini, Konawe adalah satu-satunya daerah yang menjadi tumpuan pangan Sultra. Baru-baru ini kita telah mengirimkan beras sekitar 6.500 ton ke beberapa daerah, kita juga adalah daerah penyuplai sayuran di Kota Kendari dan beberapa daerah lainnya,” terangnya.
Gusli menyebutkan, berdasarkan laporan Subdivre Bulog Konawe, kebutuhan pangan, utamanya beras saat ini sangat aman hingga musim panen pertama 2021 mendatang. Meski begitu, Pemda Konawe akan terus melakukan peningkatan layanan serta inovasi di sektor pertanian agar cita-cita petani berdasi dapat diwujudkan oleh petani Konawe.
Ia memastikan program pertanian akan terus menjadi prioritas kepemimpinan KSK-GTS. Sebab, program ini merupakan janji politik mereka yang harus ditunaikan dalam jangka waktu lima tahun masa jabatan. (*)