Wakatobi Berpotensi Menjadi Bagian Utuh dari Perencanaan Biodiversity Indonesia

Wakatobi Berpotensi Menjadi Bagian Utuh dari Perencanaan Biodiversity Indonesia
Introduction Meeting dan Focus Group Discussion (FGD) dengan topik Kondisi Bio-Ekoregion, Sosial dan Pengelolaan Ekoregion Sulawesi di Patuno Resort by Sahid, Kecamatan Wangiwangi, Selasa, (22/11/2022). (Istimewa)

ZONASULTRA.ID, WANGI-WANGI – Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) mendapatkan perhatian khusus dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia (RI) dan berbagai pihak terkait.

Hal itu ditandai dengan diselenggarakannya Introduction Meeting dan Focus Group Discussion (FGD) dengan topik Kondisi Bio-Ekoregion, Sosial dan Pengelolaan Ekoregion Sulawesi di Patuno Resort by Sahid, Kecamatan Wangiwangi, Selasa, (22/11/2022).

Kegiatan itu dilakukan dalam rangka penyusunan status keanekaragaman hayati ekoregion dalam mendukung strategi pengelolaan keanekaragaman hayati (biodiversity) pasca 2020.

Acara tersebut merupakan langkah strategis yang diselenggarakan oleh kemitraan multi pihak Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Mitra Pembangunan First Secretary for Climate And Environment, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman dan Giz Climate And Biodiversity Hub Indonesia.

Direktur Lingkungan Hidup Bappenas RI Medrilzam mengatakan Wakatobi dipilih karena memang daerah tersebut representansi dari sebuah ekosistem laut (BRIN Ekosistem) yang sangat baik. Wakatobi ke depan ingin diangkat menjadi bagian utuh dari perencanaan Biodiversity Indonesia secara nasional.

Karena selama ini, kata dia, perencanaan pembangunan yang terkait keanekaragaman hayati (kehati) lebih banyak ke terestrial. Sedikit sekali membahas bagaimana mengembangkan yang ada di marine/laut.

“Ke depan ingin kita seimbangkan antara marine dengan yang terestrial, kemudian kita harus terpadukan pendekatannya terestial dan marine. Wakatobi kita pilih karena memang Wakatobi antara marine dan terestrialnya relatif solid. Kami juga membawa teman-teman dari Jerman untuk melihat sebenarnya bagaimana sih perencanaan yang dengan konsep hulu hilir dari landscape dan seascape ini bisa diintegrasikan, from bridge to reef bisa diholistikkan,” ujarnya di Wangiwangi, Rabu (23/11/2022).

Dia menjelaskan, pada saat merencanakan antara biodiversity dengan aspek perubahan iklim, juga tidak bisa terpisah. Apalagi Wakatobi adalah wilayah kepulauan yang akan terkena dampak. Tentunya itu harus bisa disikapi, bahwa isu perubahan iklim tersebut sudah nyata dan akan sulit untuk dihindari. Baru-baru ini mereka negosiasi di Conference of The Parties (COP) atau konferensi para pihak

“Hasilnya masih begitu-begitu saja, suhu naik terus sekarang. Jadi kalau suhu di global sudah naik, atmosfer suhu laut sudah pasti naik. Kalau suhu laut naik, kondisi keasaman laut pasti naik pasti berpengaruh ke karang. Coral bisa bleaching, itu yang dikhawatirkan, makanya sekarang harus disikapi seperti apa kalau misal kondisinya akan seperti itu,” katanya.

Ada dua topik yang mereka angkat, kaitannya dengan keanekaragaman hayati, dan bagaimana ke depan isu perubahan iklim juga akan menjadi bagian dari proses pembangunan yang ada di Kabupaten Wakatobi.

“Kaitannya dengan keanekaragaman hayati kami bersama BRIN ke Wakatobi tujuannya adalah melakukan inisiasi pertemuan awal dengan berbagai stakeholders,” ungkapnya.

Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobioligi BRIN Anang Setiawan Ahmadi menyampaikan, banyak upaya yang bisa dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda), tapi harus dilakukan sejak sekarang. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menjaga ekosistemnya dulu, walaupun kalau sudah asidifikasi. Menurutnya sudah agak susah kalau misal sudah kejadian coral bleaching dan sebagainya.

“Harus siap-siap strategi lain untuk memulihkan (recovery) dan itu butuh teknologi di dalamnya. Yang harus mulai kita aware, juga terkait dengan updating riset-riset apa sebenarnya dibutuhkan untuk recovery itu. Tidak harus secepat mungkin, namun paling tidak bisa mengembalikan dalam waktu yang relatif lebih singkat, monitoring, riset dan teknologi kuncinya,” jelasnya.

Bupati Wakatobi Haliana mengatakan, kegiatan tersebut amatlah penting. Tidak hanya untuk Indonesia dan Ekoregion Sulawesi, tetapi juga untuk mereka di Wakatobi.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (ASPEKSINDO) itu menjelaskan Pemda Wakatobi komitmen dan konsisten untuk meletakan arah pembangunan yang berorientasi pada aspek keberlanjutan lingkungan dan pelestarian Kehati.

Dia berharap agar output kegiatan itu melahirkan rencana tindaklanjut kerja sama kolaboratif, antara pemerintah kabupaten Wakatobi dengan kemitraan multi pihak, yang dapat diimplementasikan dalam bentuk program kerjasama untuk percepatan pembangunan kabupaten Wakatobi.

“Saya meyakini bahwa pertemuan itu adalah momen dan jalan yang baik untuk kerja sama-kerja sama selanjutnya. Kami optimis bahwa kegiatan ini akan memberi manfaat bagi Wakatobi sekarang ini dan di masa depan,” pungkasnya. (B)

Kontributor: Nova Ely Surya
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini