ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) memastikan bahwa lelaki asal Wakatobi bernama Hariadin sedang disandera kelompok bersenjata sejak Desember 2018 lalu.
Penyanderaan itu tampak dalam video yang viral di media sosial bahwa Hariadin sedang disandera oleh kelompok asal Negara Filipina, Abu Sayyaf. Video itu mulai viral pada Selasa (19/2/2019) kemarin.
Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt mengatakan Hariadin diketahui lahir di Ambeua (wilayah Kaledupa) pada 5 Agustus 1973 yang bekerja sebagai petani, beragama Islam, dan pendidikan terakhir SMP. Hariadin beralamat di Dusun La Bantea, Desa Kalimas, Kacamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi.
Hariadin bersama keluarganya telah meninggalkan Kaledupa sejak tahun 2012 untuk bekerja di Malaysia. Hariadin masih terdaftar sebagai warga Dusun La Bantea, sebagaimana tercantum dalam kartu keluarga (KK) miliknya yang dikeluarkan pada 16 Januari 2018. Dalam KK itu, Hariadin tercatat memiliki seorang istri dan 3 anak laki-laki.
“Info dari keluarganya di Kaledupa, pada hari Kamis tanggal 6 Desember 2018 Hariadin bersama Heri alias Eri, disandera oleh kelompok bersenjata di perairan Sandakan, Malaysia,” ujar Harry melalui pesan Whatsapp, Rabu (20/2/2019).
Informasi kejadian penangkapan tersebut telah sampai kepada pihak Maritim Malaysia. Setelah itu langsung dilakukan pencarian, namun yang ditemukan hanya kapal yang digunakan Hariadin, sudah tanpa awak. Lalu, pada hari Sabtu pagi, 8 Desember 2018, Hariadin menghubungi istrinya via telepon dengan menyatakan bahwa mereka telah disandera.
Sebelumnya, beredar viral di media sosial sebuah video yang berisi pengakuan seorang lelaki yang mengaku berasal dari Indonesia. Dalam video itu lelaki itu bersama satu orang lainnya tampak disandera dengan todongan parang di leher.
“Saya warga Negara Indonesia, pekerjsan saya nelayan di Sabah Sandakan, saya kena tangkap oleh Abu Sayyaf Filipin di laut Sandakan. Saya minta perhatiannya pemerintah Negara Republik Indonesia terutama presiden,” ujar lelaki itu dalam video.
Reporter: Muhamad Taslim Dalma