Kepala Dinas Kesehatan Butur, dr. Edy Madi Isa melalui kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Manular (P2M) La Ode Zukri, mengatakan pengidap HIV/AID saat ini cukup meningkat dibandingkan beberap
Kepala Dinas Kesehatan Butur, dr. Edy Madi Isa melalui kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Manular (P2M) La Ode Zukri, mengatakan pengidap HIV/AID saat ini cukup meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Zukri menyebutkan pada tahun 2012 tercatat ada 8 penderita, lalu 2013 menurun hanya 4 penderita. Namun pada tahun 2014 lalu meningkat tajam menjadi 15 orang penderita.
Jumlah ini diprediksi akan terus bertambah, mengingat masih banyak penderita yang belum terdata. Ini adalah hasil pemeriksaan jemput bola, masih banyak di luar sana yang belum diperiksa bahkan tidak mau diperiksa,” ungkap La Ode Zukri kepada awak zonasultra.id, Sabtu (24/1/2015).
Menurutnya sebagian besar para penderita ini adalah perantau. Penderita ini diperolehnya dari tempatnya merantau. “Nanti setelah merasa sakit atau gejala baru pulang. Dari 15 kasus ini, semuanya dari Butur tapi kebanyakan mereka merantau,” ujarnya.
Terkait upaya pencegahan penyakit ini, Zukri mengatakan ada beberapa kendala yang dihadapi, seperti minimnya anggaran pemeriksaan terhadap masyarakat dan terbentur dengan masih rendahnya kesadaran dari masyarakat yang positif mengidap HIV/AIDS untuk memeriksakan diri ke dinas kesehatan atau KPA.
Selain itu menurutnya, masyarakat seolah enggan untuk memeriksakan kepada petugas kesehatan atau pun dokter yang merupakan konselor kesehatan. Padahal selain gratis, sebetulnya petugas kesehatan akan menjaga kerahasiakan identitas penderita HIV AIDS ini.
Setiap penderita HIV AIDS yang terdata tentu kita akan jamin kerahasianya, kata anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Butur ini.
Upaya menekan jumlah penderita HIV AIDS, kata La Ode Zukri terus dilakukan pihaknya dengan melakukan kampanye atau sosialisasi di sekolah-sekolah terhadap penyebab dan bahayanya dari virus ini. Selain bekerjasama dengan KPA, pihaknya juga kerjasama dengan berbagai pihak seperti para camat dan kepala desa. Para pemerintahan dianggap tahu persis kondisi warganya.
Tugas dinkes ini, selain mendata juga mensosialisasikan kepada masyarakat akan bahaya seks bebas, dan penggunaan narkoba. Karena lewat dua faktor ini yang sangat dominan menyebabkan penderita HIV AIDS menularkan virus kepada orang lain, jelasnya.
Oleh karena itu, dia menghimbauh kepada masyarakat Butur untuk menghindari yang namanya seks bebas dan penggunaan narkoba.”Kalau tidak mau jadi pengidap atau penderita penyakit ini, hindarilah seks bebas dan pengunaan narkoba,” himbauhnya.
Meskipun pihaknya proaktif dalam penanggulangan virus berbahaya ini, La Ode Zukri menyayangkan, belum adanya labolatorium pemeriksaan para penderita yang diindentifikasi awal. Selama ini, ketika ada yang dicurigai pihaknya hanya melakukan RAPID tes, yakni mengambil sampel darah atau urine. Setelah ada gejala, maka terpaksa harus dirujuk di Kendari atau di Baubau. Padahal, seharusnya tiap RSUD diadakan labolatorium tersebut.(Dar)