Masa orde baru ketika di bawah Pak Harto, Asean pernah menginginkan agar Indonesia jangan sampai menjadi superpower regional.
Hari-hari belakangan ini pemimpin Asean bersikap sebaliknya. Indonesia harus kembali bangkit menjadi negara kuat. Mereka menaruh harapan di tangan Prisiden yang tegas & berwibawah serta disegani di dunia.
Hanya bila Indonesia kuat mereka akan merasa nyaman. Baik dalam hubungan bilateral ataupun multilateral.
Program OBOR (one belt one road) adalah momok yang menakutkan. Program ambisius Presiden China, Xi Jinping itu menghantui semua negara Asean.
Dominasi China atas Timor Leste memberi sinyal kuning yang membuat gusar. Agak mengerikan.
Bila Indonesia mampu didomestikasi oleh China, maka negara Asean lainnya pun hanya tinggal menghitung bulan.
Gejala China bisa melumpuhkan Indonesia semakin terlihat dalam lima tahun belakangan.
Maraknya paket projek China di Indonesia memudahkan China menempatkan tenaga kerjanya secara masif. Nyaris tak terbendung.
Gejala ini adalah serupa dengan apa yang telah menimpa Zimbabwe, Angola, Sri Langka dan Timor Leste. Yang akhirnya terkulai di bawah “aturan” China.
Bahkan jauh sebelumnya, negara naga merah ini telah membelenggu Tibet, dengan cara dan modus yang sama.
China memanfaatkan kedekatannya dengan Afrika Selatan untuk memudahkan mereka bermain di kawasan Afrika lainnya.
Beruntung Malaysia mampu keluar dari jebakan. Kemenangan Mahathir Muhammad mengembalikan marwah Malaysia.
Najib yang dianggap sebagai boneka China harus takluk di bawah “kesadaran” rakyat Malaysia.
Langkah taktis Mahathir, satu demi satu kesepakatan kerja sama dengan China dibatalkan.
Dan itu dilakukan secara gentlement. Mahathir datang langsung ke Beijing, bertemu Xi Liping. Tanpa basa-basi dan rasa was-was.
Sikap anti-China dan pengusiran warga China oleh rakyat Vietnam belum cukup membuat mereka aman. Itu hanya penundaan.
Singapura negara maju yang memiliki “national security consciousness” (kesadaran keamanan nasional) tinggi ikut merasa tidak nyaman dengan kondisi ini.
Bagi Singapura, Indonesia adalah faktor yang menentukan bagi ketenteraman regional.
Presiden Philipina secara khusus datang berkunjung ke Malaysia. Kondisi kritis negara Duarte ini terjadi akibat kerja sama dengan Chuna.
Nasihat Mahathir kepada Presiden Duarte: “hentikan semua pinjaman kepada China, hentikan semua proyek kerja sama dengan China…”.
Ya, itu obat untuk mencegah tiap negeri Asean agar tidak terjerumus ke dalam.perangkap China.
Secara etika diplomatik, para pemimpin Asean tetap “menjaga perasaan” pemerintahan RI yang sah. Yang sekarang sebagai petahana.
Tapi di balik itu semua mereka berharap Indonesia bisa bangkit kembali. Dan lepas dari kungkungan hegemoni renminbi China.
*Dan kini, secercah harapan itu sedang disandangkan di pundak sang pemimpin yang kuat, berwibawah & tegas*.
Penulis : Pemimpin Redaksi Zonasultra.com Rustam