ZONASULTRA.ID, KENDARI – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Klas II Kendari memprediksi potensi cuaca ekstrem bakal terjadi di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga 7 hari ke depan.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Kendari, Sugeng Widarko mengatakan, bahwa pihaknya mengidentifikasi adanya potensi peningkatan curah hujan dan tinggi gelombang dalam periode sepekan ke depan di sebagian wilayah kabupaten kota dan perairan di Sultra.
“Kondisi tersebut dipicu oleh peningkatan aktivitas dinamika atmosfer seperti aktifnya gelombang equatorial type Low di Sultra,” ucap Sugeng dalam keterangan tertulisnya pada Senin (25/7/2022).
Bersamaan dengan itu, faktor lainnya seperti masa udara basah lapisan rendah, indek SOI dan ENSO, beserta hangatnya muka laut di wilayah sekitar Sultra terutama bagian perairan Baubau, perairan Wakatobi, perairan Manui Kendari dan Laut Banda mendukung pembentukan awan hujan cukup tinggi di wilayah Sultra.
Adapun prakiraan cuaca ekstrem tersebut akan terjadi pada 26 Juli 2022 di wilayah Kendari, Konkep, Konsel, Konut, Mubar, Butur, Konawe dan Koltim. Selanjutnya, tanggal 27 Juli 2022 di wilayah Konut, Kolut, dan Konawe.
Sementara pada 28 Juli 2022 berpotensi terjadi di wilayah Konut dan Kolut. Tanggal 29 Juli 2022 di wilayah Konut, Konsel, Konawe, Koltim dan Kendari serta pada 30 Juli 2022 cuaca ekstrem berpotensi di wilayah Konawe, Kolaka, Konsel, Koltim, Muna, Mubar, Butur dan Konut.
Untuk tinggi gelombang 1,25 hingga 4 meter juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan Sultra. Hal tersebut berdasarkan pantauan pergerakan angin yang terpantau dari timur hingga selatan memasuki laut Banda timur Sulawesi, perairan Wakatobi, perairan Baubau dan perairan Manui Kendari dengan kecepatan angin lebih dari 20 knots.
Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada, khususnya akan dampak dari curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
Selain itu, juga perlu diperhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran serta masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi.
Masyarakat diminta agar tetap memperbarui informasi dari BMKG serta instansi terkait untuk memastikan mitigasi bencana hidrometeorologi dapat dilakukan dengan baik. (B)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Ilham Surahmin