ZONASULTRA.ID, BALIKPAPAN– Indonesia turut serta dalam mewujudkan net zero emission atau netralitas karbon yang ditargetkan pada 2060. Upaya lanjutan pun terus digalakkan oleh berbagai pihak, termasuk dalam meningkatkan peran ke sektor hijau (green sector) sehingga manusia dapat hidup di bumi yang berkelanjutan dan layak huni (sustainable and liveable planet).
Isu tersebut menjadi sorotan dalam Pre-Summit 3 Youth-20 (Y20) yang diselenggarakan pada Sabtu (21/02/2022) di Balikpapan. Y-20 Ajang konsultasi resmi bagi pemuda-pemuda dari negara peserta G-20 untuk berdialog dan membawa aspirasi tersebut dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20. Pre-Summit 3 Youth-20 (Y20) ini dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan Plt Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Jonni Mardizal.
Turut hadir menjadi pembicara talkshow, Direktur Digital & IT BRI Arga M. Nugraha, Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Herlina Hartanto, CEO Roundtable on Sustainable Palm Oil Joseph D’Cruz, dan Koordinator Kenyan Youth Biodiversity Network Kevin Lunzalu.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam pemaparannya menyebut dukungan terhadap sektor berkelanjutan perlu terus didorong. Di samping itu, dia mengajak pemuda untuk berkontribusi bersama dalam mengurangi emisi di bumi.
“Forum Y20 diharapkan dapat terus mendorong penerapan model ekonomi sirkular, memperkuat kemitraan antara negara-negara G20 dan kaum muda yang merupakan agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, berkelanjutan, dan layak untuk semua,” ungkap Siti.
Sementara itu, Direktur Digital & IT BRI Arga M. Nugraha menyampaikan BRI sebagai salah satu bank terbesar senantiasa mendorong pembiayaan pada green sector. Per Maret 2022, BRI telah menyalurkan Rp71,5 triliun atau setara 7,5% dari total penyaluran kredit.
“Kami melihat bahwa presentasi ini akan semakin meningkatkan dan pembiayaan ke green sector ini juga berbanding lurus dengan prinsip tumbuh berkelanjutan yang diterapkan perusahaan,” ungkap Arga.
Upaya penyaluran pembiayaan ke green sector itu juga ditopang oleh aksi korporasi perseroan, yakni penerbitan sustainability bond senilai US$500 juta pada 2019 lalu. Dana yang dihimpun perseroan tercatat telah digunakan untuk aktivitas sosial sebesar 69% dan green projects sebesar 31%.
Tidak hanya itu, upaya untuk terus membangun awareness terkait isu krusial ini, menurut Arga, penting bagi negara G-20 sebagai negara dengan skala ekonomi besar punya peran krusial dalam mengamplifikasi awareness untuk menjaga dan melestarikan bumi. “Ini sangat penting bagi kita, khususnya para generasi muda,” tutup Arga.(Adv)