Candi Jawi
ZONASULTRA.COM, SURABAYA – Ini dia jelajah situs yang bernuansa wisata budaya menelusuri petilasan era zaman Kerajaan Airlangga dan Singosari. Jelajah lima situs ini, akan mengelilingi lereng Gunung Penanggungan, yang sebagian berada di Kabupaten Mojokerto dan lainnya di Kabupaten Pasuruan. Acara ini akan digelar pada Sabtu, 20 Mei 2017.
Menariknya jelajah lima situs yang diberi sebutan ‘Jelajah Teknologi Patirtaan Prabu Airlangga’ itu digagas Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
’’Ini merupakan salah satu bentuk pengembangan industri kreatif bidang pariwisata budaya. Tapi kami lebih menekankan teknologi patirtaannya (irigasi) pada situs-situs yang kami singgahi,’’ kata Koordinator Kajian Bencana Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim (SKBPI) LPPM ITS, Dr Amien Widodo.
Menurut Amien, pengembangan industri kreatif bidang pariwisata harus didukung banyak pihak. Sehingga bisa cepat berkembang dan bermanfaat bagi semua elemen masyarakat. ‘’Provinsi Jawa Timur mempunyai banyak jenis wisata yang menarik dan sudah menjadi tujuan wisata dalam negeri maupun luar negeri. Tapi perlu kemasan yang lebih baik lagi,’’ ujarnya.
Jelajah situs itu akan berawal dari Candi Jawi, yang terletak di antara kaki Gunung Penanggungan dan kaki Gunung Welirang. Tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Teknologi patirtaan yang bisa dikaji di candi ini adalah parit atau kolam yang mengelilingi candi Jawi. Parit itu memiliki kemampuan menyalurkan air untuk areal persawaan di sekitarnya. ‘’Jadi jelajah situs ini lebih menitikberatkan pada teknologi di masa itu,’’ kata Amien.
Selanjutnya peserta jelajah situs nanti akan dibawa ke Prasasti Cunggrang. Prasasti Cunggrang ini dibuat oleh Mpu Sendok, sang Pendiri Wangsa Isyana Kerajaan Medang (Mataram Kuno) pada tanggal 18 September tahun 851 Saka atau 929 Masehi.
Prasasti ini dibangun sebagai ucapan terima kasih kepada penduduk Dusun Cunggrang (sekarang disebut dengan Dusun Sukci) yang telah bergotong royong merawat pertapaan, prasada, dan pancuran air di Gunung Penanggungan yang saat itu disebut dengan Pawitra.
Kemudian peserta akan diajak ke Candi Sumber Tetek atau Petirtaan Belahan, juga dikenal dengan Candi Belahan. Sebuah pemandian bersejarah dari abad ke-11, pada masa kerajaan Airlangga. Petirtaan Belahan terletak di sisi timur gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol.
Pemandian ini berbentuk kolam persegi empat yang mendapat pasokan air dari sebuah sungai kecil. Teknologi yang bisa dikaji disini adalah bagaiman di masa Airlangga, membendung air, untuk pengairan sawah di bawahnya.
Peserta juga akan dibawa ke Candi Jedong dan berakhir di Candi Jolotundo yang terletak di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Candi Jolotundo ini dibangun pada masa kerajaan Airlangga.
Baca Juga : Destinasi Borobudur Dikembangkan sebagai Inspirasi Peradaban
Menurut Amien, selama menjelajah lima situs itu, pihaknya akan mengundang secara khusus pengamat sejarah Dwi Cahyono, yang juga pendiri Museum Malang Tempo Doeloe. ‘’Pak Dwi nantinya banyak menjelaskan tentang lima situs itu dari sisi sejarah,’’ katanya.
Penjelajahan itu akan memakan waktu sehari penuh. Para peserta tidak dipungut biaya, namun mereka membawa kendaraan sendiri-sendiri. Karena panitia tidak menyediakan transportasi khusus.
‘’Mungkin nanti ada paket wisata menjelajah lima situs ini. Nah itu melibatkan swasta atau biro perjalanan wisata. Kami disini hanya ingin memacu terbentuknya iklim wisata budaya mengenal lima situs itu. Sehingga kedepannya biar masyarakat yang mengembangkannya,’’ katanya.
Bagi para peserta yang ingin bergabung, kata Amien menambahkan, silahkan hadir pukul 07.30 di Candi Jawi di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi jelajah situs yang merupakan wisata budaya itu. Sebenarnya, konsep ini bisa dilakukan di banyak daerah di tanah air, seperti Joglosemar yang kaya akan cerita sejarah, legenda, dan masih ada wujud fisik situsnya.
“Nah, di sinilah diperlukan storyline, yang bersumber dari cerita sejarah atau legend yang menarik buat wisatawan,” jelas Menteri Arief Yahya. (*)