OPINI: Berbicara tentang istilah zuhudnya seorang pemimpin , maka kita akan terbayang sosok kekasih Allah, Rasulullah saw yang begitu terkenal dengan sifat kezuhudannya. Ia adalah pemimpin pertama kala itu yang berhasil mempersatukan seluruh kaum muslimin dalam satu negara.
Ibnu Majah telah menuturkan riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dengan isnad yang shahih : Aku diberitahu Umar bin al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu seraya berkata : Aku pernah masuk ke rumah Rasulullah SAW. Saat itu baginda tengah berada di atas tikar sederhana. Aku pun duduk, ternyata diatasnya dilapisi dengan sarung baginda, dan tidak ada alas yang lain, selain tikar itu. Tikar itu pun membekas dibagian lambung baginda. Ketika aku membawa gandum kira-kira satu sha’ (2,176 kg), dan di salah satu sudut kamar baginda terdapat lemari, ternyata hanya ada kulit bergantung. Maka, kedua mataku pun tak kuasa menahan air mata. Nabi pun bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Ibn al-Khatthab”?. Umar mnejawab, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis , tikar ini telah membekas di lambung Tuan. Dan, lemari Tuan ini, aku tidak melihat apa pun di sini, kecuali apa yang bisa aku lihat.
Sementara Kisra dan Kaisar bergelimang dengan buah-buahan dan sungai yang luas, padahal Tuan adalah Nabi Allah dan hamba pilihan-NYA, dan isi lemari Tuan hanya seperti ini. Nabi pun bersabda, “wahai Ibn al-Khatthab, apakah engkau tidak rela , jika kita mendapatkan akhirat, sementara mereka hanya mendapatkan dunia?”. Baginda juga menyatakan, “mereka itu kebaikannya disegerakan, dan semuanya itu dengan mudah hilang. sementara kita adalah kaum, yang kebaikan kita ini telah diakhirkan di akhirat kita.” Demikianlah sebagaimana yang dituturkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak’ala as-Shahihain. Itulah sedikit hadis yang menerangkan betapa zuhudnya Rasulullah, Kekasih Allah yang sudah di jamin Syurga olehNya.
Namun, berbeda dengan raja Salman, Raja Arab Saudi yang memiliki harta cukup besar, yaitu US$ 17 miliar atau sekitar Rp 226 triliun (kurs Rp 13.300/dolar AS). Terlebih namanya mulai tersohor dan booming di negeri ini. Bagaimana tidak, raja yang mendapat jabatan turun temurun ini datang berkunjung ke Indonesia dengan menggunakan 7 pesawat, yang terdiri dari enam pesawat Boeing dan satu pesawat Hercules. Yang dimana satu pesawat dari mereka khusus memuat barang-barang logistik milik raja yang akan di gunakan di Indonesia, salah satunya tangga lift mewah yang akan di pakai ketika sang raja turun dari pesawat. Kedatangan raja Salman beserta rombongannya yang berjumlah hampir 1.500 orang akan berlibur di Bali.
Belum lagi, Raja Salman dan rombongan setidaknya telah menyewa empat hotel mewah di Jakarta, yaitu The Westin Jakarta, Raffles Hotel Jakarta, Ritz-Carlton Jakarta Mega Kuningan, dan JW Marriott. Rombongan setidaknya menyewa 200 kamar di Westin Jakarta. Di Bali, Raja Salman dan rombongannya akan menginap di lima hotel berkonsep resor, Hotel-hotel tersebut berada di dalam dan luar kawasan Nusa Dua, yaitu The Laguna Resort & Spa, St Regis Hotel & Resort, Mulia Hotel & Resort, Hilton Bali Nusa Dua, dan Hotel Bvlgari di Uluwatu, Pecatu. (Republika.com). Sungguh, kemewahan yang fantastic untuk seorang pemimpin Arab Saudi, yang semoga saja rakyatnya sudah sejahtera semua.
Pandangan zuhud dalam Islam
Islam memandang bahwa zuhud tidaklah identik dengan hidup fakir atau miskin. “ Zuhud itu bukan berarti miskin harta. Zuhud tidak lain mengosongkan kalbu dari kecintaan terhadap harta. Nabi Sulaiman as. Sesungguhnya orang yang kaya harta dengan kebesaran kerajaannya, tetapi ia termaksud orang zuhud.”. Demikian kata Iman al –Ghazali ( Al- Ghazali, Ihya ‘Ulum Ad-Din, I/29).
Karena itu, zuhud sebetulnya bisa menjadi pakaian sekaligus perhiasan setiap Muslim, baik yang kaya ataupun yang miskin. Muslim yang kaya bisa sekaligus menjadi orang zuhud saat ia tidak disibukkan oleh kekayaannya hingga melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Kekayaannya malah makin menambah ketaatan dirinya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ia makin rajin ibadah, makin giat berdakwah, makin bersemangat dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT.
Inilah yang ditunjukkan oleh Rasulullah dan generasi sahabat yang tergolong kaya seperti Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra., Abdurrahman bin Auf ra., Mushab bin Umair ra., Umar bin Abdul Aziz., dll. Meski mereka kaya-raya, mereka tetaplah ahli ibadah dan giat berdakwah. Meski kaya-raya, mereka tidaklah disibukkan untuk terus menumpuk harta. Sebaliknya, mereka malah sibuk menghabiskan harta mereka di jalan Allah SWT. Pasalnya, bagi mereka, hidup kaya tidaklah menjadikan mereka bangga. Mereka bahkan amat khawatir dengan kekayaan mereka; khawatir jika Allah SWT telah menurunkan seluruh kenikmatan kepada mereka itu di dunia ini saja sehingga tak tersisa lagi kenikmatan untuk mereka di akhirat. Inilah yang menjadikan mereka ’takut’ dengan bertumpuknya harta sehingga dengan berbagai cara, mereka menghabiskan harta mereka di jalan Allah SWT.
Muslim yang zuhud tentu memiliki sejumlah tanda yang bisa dikenali. Imam al-Ghazali setidaknya menyebut 3 (tiga) tanda zuhud (‘alamat az-zuhd).Pertama: tidak bergembira atas harta yang dia miliki dan tidak bersedih hati atas harta yang tidak dia miliki atau yang hilang dari diri. Ini sebagaimana firman Allah SWT (yang artinya): …agar kalian tidak berduka atas apa yang hilang dari diri kalian dan tidak terlalu bergembira atas apa Allah berikan kepada kalian (TQS al-Hadid [57]: 23). Kedua: Sama saja bagi dirinya pujian dan celaan manusia (Pujian tidak membuat dirinya bergembira. Celaan tidak membuat dirinya duka-lara). Ketiga: Perhatian terbesarnya hanyalah Allah SWT. Ia senantiasa merasakan kelezatan dalam ketaatan kepada Allah SWT karena kalbunya memang tidak pernah kosong dari rasa cinta (mahabbah) kepada-Nya (Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, III/333).
Olehnya itu, sebagaimana apa yang dicontohkan oleh Rasulullah diatas. Kita sebagai seorang muslim tidak selayaknya menjadi pecinta dunia, pemburu harta dan pencari kelezatan dunia. Sebaliknya, seorang mukmin akan bersikap zuhud terhadap dunia dan qana’ah dengan karunia Allah yang ia terima. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda : “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, maka manusia akan mencintaimu”.HR. Ibnu Majah.
Dunia bagi seorang muslim sejati hanyalah bagaikan sesuatu yang asing dan tidak berharga. Ia jadikan dunia hanya sebagai jalan,wasilah dan sarana untuk mencapai tempat tujuan, yaitu SyurgaNya. Wallahu a’lam bissawab.
Oleh : Fitriani
Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Unidayan Baubau