1.718 Balita di Buton Selatan Menderita Stunting, 10 Desa Masuk Zona Merah

1238
1.718 Balita di Buton Selatan Menderita Stunting, 10 Desa Masuk Zona Merah
Pertemuan rembuk stunting dalam rangka percepatan penurunan konvergensi stunting Busel di gedung Al Safitri Batauga, Senin (12/4/2021). (M10/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, BATAUGA – Penderita stunting di Kabupaten Buton Selatan (Busel) pada 2020 lalu sekitar 30,79 persen atau sebanyak 1.718 balita. Dari angka itu, ada 10 desa yang masuk zona merah yang menjadi fokus dalam upaya penurunan stunting.

Kesepuluh desa yang mempunyai tingkat prevalensi stunting yang tinggi di Busel tersebut yakni, Desa Banabungi 71,43 persen, Desa Kaofe 57,78 persen, Desa Wambongi 56,52 persen, Desa Tongali 53,72 persen, Desa Kapoa Barat 52,05 persen, Desa Banabungi Selatan 50,62 persen.

Sementara Desa Lapandewa 49,06 persen, Batuatas Barat 44,83 persen, Lapara 44,00 persen, dan Desa Taduasa 43,21 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Busel, La Ode Budiman mengatakan, hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita menderita stunting. Sementara di Busel tahun 2020 angka stunting 30,79 persen.

“Tugas menurunkan angka stunting bukan hanya tupoksi jajaran kesehatan atau individu saja tapi diperlukan satu kesehatan yang terintegrasi mulai dari pengambil kebijakan para OPD terkait. Camat, Kades organisasi wanita, dharma wanita, PKK, organisasi profesi Perguruan tinggi para pelaku usaha sampai ke tingkat masyarakat,” katanya saat memberikan sambutan pada pertemuan rembuk stunting di gedung Al Safitri Batauga, Senin (12/4/2021).

Pencegahan stunting membutuhkan keterpaduan penyelenggaraan Intervensi gizi pada lokasi dan kelompok sasaran prioritas rumah tangga 1.000 Hari pertama kelahiran (HPK).

Dalam mencapai itu diperlukan penyelesaian perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian kegiatan lintas sektor serta antar tingkatkan pemerintah dan masyarakat.

“Pencegahan stunting merupakan investasi pembangunan sumber daya manusia dalam jangka panjang. Jika tidak, akan menjadi beban Indonesia kedepanya. Kuncinya ada pada kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku semua pihak harus ikut berperan karena pemerintah tidak dapat berperan sendirian,” paparnya.

BACA JUGA :  Seorang Wanita di Kendari Jadi Korban Salah Tembak Polisi

Lebih lanjut Budiman menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah 5 tahun balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada 1000 HPK.

Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak, anak stunting juga miliki resiko lebih tinggi menderita penyakit Kronis dimasa dewasa bahkan stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3 persen produk domestik bruto tiap tahun.

Ia menambahkan, selain stunting masalah lain yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Busel adalah anemia gizi pada ibu hamil 48,9 persen, berat badan lahir rendah 6,2 persen, balita kurus atau wasting 10,2 persen dan anemia pada balita. (*)

 


Penulis: M10
Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini