1,65 Juta Ekor Komoditi Perikanan Keluar dari Sultra

1,65 Juta Ekor Komoditi Perikanan Keluar dari Sultra
BKIPM - Tim pengawas Badan Karantina Ikan, Pengendali Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kendari saat melakukan pengawasan dan monitoring proses ekspor mancanegara dan domestik hasil dan komoditi perikanan Sulawesi Tenggara (Sultra). (ISTIMEWA)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kendari mencatat ada 1,65 juta ekor komoditi perikanan keluar dari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk tujuan konsumsi, non konsumsi dan budidaya.

Kepala BKIPM Kendari, Hafit Rahman mengatakan, komoditi perikanan yang dari Sultra untuk tujuan konsumsi sebanyak 587.585 ekor atau 23.906 ton, sedangkan non konsumsi sebanyak 1,05 juta ekor dan 743 ton.

Untuk proses izin sendiri, BKIPM Kendari selama tahun 2017 telah menerbitkan sertifikat kesehatan ekspor sebanyak 149 sertifikat dari target yang ditetapkan sebanyak 132 sertifikat, sedangkan domestik sebanyak 16.928 sertifikat dari target sebanyak 10.616 sertifikat.

1,65 Juta Ekor Komoditi Perikanan Keluar dari Sultra“Kita keluarkan izin berupa sertifikat merupakan amanat undang-undang dan itu wajib untuk dilakukan oleh pihak swasta atau perorangan yang akan membawa keluar komiditi perikanan kita,” ungkap Hafit dalam keterangan persnya kepada zonasultra, Selasa (16/1/2018).

Lebih lanjut data yang dirilis menunjukkan bahwa komoditi perikanan konsumsi yang diekspor adalah udang sebanyak 498 ribu ton tujuan Vietnam, Jepang dan China. Kemudian Gurita beku sebanyak 418 ribu ton tujuan USA dan Jepang, Cakalang sebanyak 393 ribu ton tujuan Thailand dan Jepang, Kerapu hidup tujuan Hongkong sebanyak 74 ribu ekor dan Kepiting hidup tujuan Singapura sebanyak 8,3 ribu ekor. Sedangkan Non konsumsi berupa Cacing laut sebanyak 3,15 ton dan Biji mutiara sebanyak 18 kg tujuan Jepang.

Komoditi perikanan konsumsi yang keluar dalam area domestik berupa Kerapu hidup, Lobster, Kepiting, Udang beku, TTC (Tuna, Tongkol, Cakalang), ikan segar lainnya dan ikan kering dengan tujuan DKI.Jakarta sebanyak 309 ribu ekor dan 7,5 ribu ton, Surabaya sebanyak 9,9 ribu ton, Makassar sebanyak 45 ribu ekor dan 4,2 ton, Denpasar sebanyak 55,6 ribu ekor dan 833 ton, Jawa Tengah (Jateng) sebanyak 48,1 ton, Sumatera sebanyak 10 ribu ekor dan 2,7 ton dan kota lainnya di Indonesia sebesar 56.9 ton.

Sedangkan komoditi perikanan non konsumsi yang dilalulintaskan wilayah domestik berupa kerang mutiara, ikan hias laut, koral hias, rumput laut, jelly fish dan kulit kerang-kerangan dengan tujuan DKI.Jakarta sebanyak 323 ribu ekor dan 58.7 ton, Surabaya sebanyak 11 ribu ekor dan 450 ton, Makassar sebanyak 230 ton, Denpasar sebanyak 720 ribu ekor dan daerah lainnya sebanyak 1,1 ton. Selain tujuan konsumsi dan non konsumsi, untuk tujuan budidaya yaitu pengiriman benih/ bibit Kerang Mutiara, Bandeng dan jenis ikan air tawar sebanyak 726 ribu ekor.

Dibanding tahun 2015, komoditi perikanan yang diekspor untuk tujuan konsumsi sebanyak 183,5 ribu ekor dan 1.308 ton, tahun 2016 sebanyak 38,7 ribu ekor dan 1.381 ton sedangkan tahun 2017 sebanyak 82,7 ribu ekor dan 1.334 ton.

“Untuk ikan konsumsi dalam bentuk beku dari tahun 2015 sampai 2017 relatif tetap, sedangkan ekspor ikan hidup mengalami fluktuasi, dimana terjadi penurunan sangat tajam pada tahun 2016 dan bergerak naik ditahun 2017. Untuk komoditi ekspor non konsumsi berupa biji mutiara dan cacing laut tujuan Jepang relatif tetap,” tukasnya.

Kemudian, komoditi perikanan konsumsi yang dilalulintaskan domestik tahun 2015 sebanyak 938,7 ribu ekor dan 1.639,8 ton, tahun 2016 sebanyak 467,3 ribu ekor dan 24.792,5 ton. sedangkan tahun 2017 sebanyak 504,8 ribu ekor dan 22.571,8 ton. Sementara komoditi perikanan non konsumsi tahun 2015 sebesar 3.9 juta ekor dan 186 ribu ton, tahun 2016 sebesar 1.2 juta ekor dan 445 ton serta tahun 2017 sebesar 1 juta ekor dan 739 ton.

“Trend yang terjadi bahwa komoditi perikanan baik konsumsi maupun non konsumsi yang dilalulintaskan dari Sulawesi Tenggara baik ekspor maupun antar area (domestik) pada tahun 2015 adalah tertinggi dan mengalami penurunan di tahun 2016 dan memperlihatkan peningkatan lagi ditahun 2017,” imbuhnya. (B)

Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini