241 Dokter dan Perawat di Sultra Positif Covid-19

Ilustrasi tenaga medis, ilustrasi corona, ilustrasi covid 19
Ilustrasi (Foto : Antara)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sebanyak 241 tenaga kesehatan dokter dan perawat terinfeksi virus Corona (Covid-19), per Minggu (25/10/2020). 241 tersebut antara lain 85 dokter dan 156 perawat. Dokter sendiri terdiri 26 spesialis dan 59 dokter umum.

Dari total 85 dokter yang dinyatakan positif terinfeksi SarsCoV-2 itu, sisa 9 orang yang kini dalam proses penyembuhan dengan melakukan isolasi secara mandiri. Sementara, 99 perawat telah dinyatakan sembuh dan sisanya masih terpapar.

Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulawesi Tenggara (Sultra) dr Agus Purwo Hidayat mengungkap sejumlah penyebab para tenaga medis ikut terpapar virus tersebut. Ia menyebut kerentanan dokter tertular karena menangani pasien baik di klinik maupun di rumah sakit.

“Tapi kita tidak bisa menjustifikasi mereka mereka positifnya dari klinik saja, atau dari rumah sakit saja, karena ini kan mobilisasi masyarakat sudah tinggi, terutama kedisplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan sudah menurun,” ungkap Agus Purwo melalui telepon, Senin (26/10/2020).

Menurut Ketua Satgas Covid-19 IDI Sultra ini, para dokter juga berpotensi terpapar di luar dari tempat pelayanan medis seperti di lingkungan keluarga dan sarana tempat terjadinya interaksi sosial.

Meskipun mereka juga telah melakukan perlindungan secara maksimal dengan menggunakan alat pelindung diri (APD), namun pihaknya juga tak bisa menolak pasien yang kurang disiplin menerapkan pencegahan ketika butuh perawatan.

“Antisipasinya kami selalu mengingatkan (dokter) agar selalu memakai APD pada tempatnya. Kami juga melakukan swab massal, paling tidak untuk perlindungan diri para nakes, keluarga dan pasien. Selian itu menjaga imunitas diri seperti minum vitamin, istirahat yang cukup dan berolahraga,” tegas dia.

Ketua Persatuan Perawat Indonesia (PPNI) Sultra Heriyanto menjelaskan kalangan perawat sendiri terpapar virus corona karena pasien dinilai tidak jujur tentang kondisi kesehatannya. Terlebih pasien yang mendatangi fasilitas kesehatan tingkat bawah seperti Puskesmas.

Ketidakjujuran pasien sendiri bermacam-macam seperti keluhan, tracking kontak dan riwayat perjalan. Sehingga, ketika dirawat baru keluar hasilnya dinyatakan positif Covid-19. Kata dia, itu fatal dan mengorbankan perawat.

“Ditambah lagi swab keluar lebih dari seminggu, bagaimana kita mau tracking, orang yang diswab sudah keluar, berkontak ke mana-mana, hasilnya belum keluar, apalagi pasien sebelum ketemu dokter lewat perawat dulu. ” Heriyanto melalui telepon.

Dia meminta pemerintah agar membenahi sistem uji usap agar hasilnya bisa keluar lebih cepat. Melonjaknya kasus menurut Heriyanto harus dievaluasi. Ia juga mengharapkan masyarakat harus jujur.

“Masyarakat yang paling penting harus terbuka, pertama bahwa Covid-19 bukan aib, sehingga semakin terbuka kita dengan tracking perjalanan, keluhan dan lain-lain. Itu memudahkan kita dalam penanganan Covid-19,” tutupnya.

 


Reporter: Fadli Aksar
Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini