ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pengamat ekonomi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari Prof. Muhammad Syarief menyebut angkatan kerja pada sektor formal di Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini baru mencapai 36 persen. Sehingga, ada sekitar 67 persen masyarakat di Sultra bekerja pada sektor informal.
Angka ini menurut Syarif masih sangat minim. Sebab, untuk menjadi daerah yang maju minimal angkatan kerja di sektor formal harus berada di angka 40 hingga 50 persen.
“Bahkan kalau bisa lebih,” ujarnya ditemui di Kendari beberapa waktu lalu.
Angkatan kerja pada sektor formal adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan perusahaan, aparatur sipil negara (ASN), sedangkan pada sektor informal adalah mereka yang bekerja sebagai buruh atau tidak memiliki pekerjaan tetap.
Kondisi ini menjadi gambaran bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi hal yang sangat penting untuk mendorong jumlah angkatan kerja sektor formal di Sultra.
(Baca Juga : Februari 2019, Pengangguran di Sultra Mencapai 38.392 Orang)
Misalnya, melalui pendidikan vokasi. Dengan begitu, nantinya jumlah angkatan kerja bisa naik tumbuh positif sehingga mampu mendorong daya saing.
Untuk memiliki daya saing membutuhkan kualitas SDM yang mumpuni, karena SDM yang berdaya saing mampu menggerakkan sektor-sektor produktif dan bisa memacu pertumbuhan ekonomi Sultra.
Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra menunjukkan jumlah angkatan kerja Februari 2019 sebanyak 1.296.494 orang. Angka ini bertambah 9.871 orang atau 0,77 persen dibanding Februari 2018, serta bertambah 35.046 orang atau naik 2,78 persen dibanding Februari 2017.
Dari data itu, sebesar 64,07 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal dan 37,15 persen penduduk bekerja tidak penuh dengan jam kerja kurang dari 35 jam seminggu mencakup 11,24 persen setengah penganggur dan 25,91 persen pekerja paruh waktu. (b)