ZONASULTRA.COM, BUKITTINGGI – Menjelang Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) II tahun 2017, di Bidakara Jakarta, tema soal homestay desa wisata terus menanjak. Menpar Arief Yahya menetapkan tema itu, karena sudah menjadi top three program Kemenpar di 2017 ini, setelah Go Digital dan Air Connectivity. Dua tema itu sudah di-rakornaskan dan programnya running dengan sukses.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, 13-14 Mei 2017 juga membuat momentum istimewa. Yakni memberikan penghargaan atau reward pada tujuh desa wisata di Indonesia. Benar-benar sudah incorporated.
Terpilihnya desa tersebut berdasarkan penilaian telah mampu menjalankan roda perekonomian melalui Desa Wisata dalam Desa Wisata Award 2017. Pemberian reward itu dilaksanakan dalam rangkaian acara Expo BUMDes Nusantara 2017, yang berlangsung di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Desa wisata merupakan salah satu program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Tahun 2017. Adapun desa yang berhasil memperoleh reward itu adalah, Desa Wisata Jejaring Bisnis Tamansari Banyuwangi, Desa Wisata Agro Malang Pujon Kidul, Desa Wisata Iptek Seigentung Gunkid.
Baca Juga : Kemenpar Tetapkan 16 Kota sebagai Destinasi MICE
Berikut Desa Wisata Budaya, Ubud Gianyar Bali, Desa Wisata Alam NTT Kabupaten Ende, Desa Wisata Kreatif Teluk Meranti Lalawan Provinsi Riau, dan Desa Wisata Maritim Bontagula Bontang Kalimantan Timur.
Menurut Eko Putro Sandjojo, pemberian penghargaan pada desa ini merupakan pertimbangan dari Mendes PDTT bagi desa yang telah mampu mengelola dana yang telah disalurkan, dan terbukti meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, sehingga mampu menampung, mengkonsolidasi, dan mewadahi kegiatan usaha ekonomi desa.
“Hadirnya BUMDes menjadi jawaban untuk menggerakkan ekonomi desa. Disisi lain, dana desa yang disalurkan merupakan program utama pemerintah yang menggelontorkan dana langsung ke desa, sehingga desa bersangkutan mampu berkembang secara mandiri, termasuk di sektor pariwisata,” terang Eko Putro Sandjojo.
Eko Putro Sandjojo menambahkan, dana desa telah meningkatkan status desa menjadi maju dan berkembang. Tahun lalu tercapai 11 ribu desa berkembang yang awalnya tertinggal dan 7.000 desa maju. Melebihi target RPJM 2019 yaitu 5.000 desa berkembang dan 2.000 desa maju.
“Dana desa terus membuktikan hasilnya yaitu terbangunnya jalan desa sepanjang 66.884 km, jembatan sepanjang 511,9 km, embung sebanyak 686, saluran irigasi sebanyak 12.596. Di samping itu penyerapan dana desa dari 80% menjadi 99,89%,” ungkapnya.
Baca Juga : Kemenpar Susun Pedoman Penanganan Krisis Kepariwisataan
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, keberhasilan desa wisata peraih penghargaan ini terbukti mampu mengembangkan potensi pariwisata dan juga potensi sumber daya lokal melalui pola pemberdayaan masyarakat atau Community Based Tourism.
“Ini prestasi yang sangat membanggakan, keberhasilan desa wisata ini tentunya harus menjadi contoh bagi desa yang lainnya di Indonesia, dan ini juga menjadi bagian Indonesia Incoporated untuk membangun pariwisata Indonesia,” kata Menpar Arief Yahya.
Program Desa Wisata, kata Menpar Arief Yahya, juga nyambung dengan rencana membangun 100.000 homestay di 2019, yang dimulai 2017 ini. Desain arsitektur rumah nusantara di homestay juga semakin relevan untuk segera diimplementasi.
“Kelak, ketika Desa Wisata itu sudah siap jual, akan langsung dipromosikan, lalu selling platform-nya juga dimasukkan dalam DMP atau Digital Market Place. Maka Desa Wisata itu bisa berfungsi ganda. Bisa sebagai amenitas dengan homestay, akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata. Juga bisa sebagai atraksi, karena berada dalam atmosfer kehidupan masyarakat desa yang hommy, kaya dengan sentuhan budaya, dan nuansa kekeluargaan yang belum tentu bisa ditemukan di negara lain,” terang Menpar Arief Yahya. (*)