ZONASULTRA.COM,WANGGUDU– Angka kecelakaan lalu lintas sepanjang bulan Januari hingga Mei 2018 meningkat di Kabupaten Konawe Utara, bahkan di antara pengendara harus meregang nyawa di jalan raya. Korban didominasi oleh pengendara roda dua.
Anggota satuan lalu lintas polsek Asera, Konut, Brigadir Kepala (Bripka) Muhammad Said mencatat, kurun waktu lima bulan itu, ada 15 kasus kecelakaan lalu lintas.
Dikatakan, dari 15 data kecelakaan 6 di antaranya meninggal. Salah satu penyebabnya tertabrak mobil truk bermuatan batu gunung 10 roda. Sementara sisanya tercatat sebagai kecelakaan tunggal yang hanya mengalami kerugian materi. Di 2017, jumlah kecelakan selama 1 tahun sebanyak 26 kasus laka lantas.
Diungkapkan, untuk kawasan penambangan batu seperti, Kecamatan Sawah, Motui dan Tondowatu sangat rentang terjadi kecelakaan dikarenakan jalur poros trans sulawesi satu-satunya itu mengalami kerusakan parah yang disebabkan adanya aktifitas pengolahan galian c.
Baca Juga : Pengendara Motor Asal Konut Tewas Dilindas Truk Pemuat Batu
“2018, hitungan kecelakan meningkat di April sampai Mei. Penyebabnya faktor jalan banyak berhamburan pasir dan tanah yang berserakan di badan jalan bekas muatan batu, ditambah volume kendaraan yang melintas cukup padat khsusnya truk yang pengangkut batu, sehingga jika pengedara lain yang sementara melaju apa lagi di tikungan tidak hati-hati pada saat rem pasti meluncur ketemu mobil besar langsung tertabrak,”jelasnya.
Hasil inspeksi mendadak (Sidak) bersama tim Dinas Perhubungan (Dishub) Konut beberapa waktu lalu, pihaknya banyak menukan truk pengangkut batu jenis 6 sampai 10 roda yang tidak layak jalan, lantaran surat sampai dengan tidak memiliki pengaman sebagai penutup material saat beraktifitas.
Parahnya lagi, lanjut pria bertubuh tinggi besar ini, rata-rata armada yang membawa batu gunung di pabrik smelter morosi itu melebihi kapasitas muatan, yang harusnya sekitar 12 ton saja dipaksa membawa 20 sampai 28 ton batu gunung sehingga pada saat melintasi pendakian panjang, banyak truk kecelakaan akibat tidak mampu mendaki.
“Saat kami turun langsung kami ambil keterangan dari pihak sopir, dan secara kasat mata memang muatannya kelewatan. Kami sudah tindaki untuk menertibkan surat-suratnya dan memberikan peringatan keras agar dalam beroprasi mengikuti prosedur demi keamanan para pengendara jalan, tapi hanya pada saat kita turun saja ditaati setelah itu kembali lagi dilanggar,”kesalnya.
Sebelum masuknya penambangan batu di daerah penghasil biji nikel itu pada 2016, lanjut Said, kerusakan jalan hanya terjadi di wilayah Paku Jaya (Konawe) saja. Setelah adanya aktkfitas pengolahan batu gunung yang menggunakan truk 10 roda dengan muatan melebihi kapasitas, jalan yang menghubungkan Provinsi Sultra dan Sulteng itu berangsur ambruk dan sering menimbulkan kecelakaan.
Baca Juga : Lagi, Pengendara Asal Konut Terserempet Truk Pemuat Batu
“Bayangkan saja kalau jalan beriringan sampai 15 mobil, akhirnya membuat kendaraan lain rawan kecelakan karena tidak ada celah untuk melewati, ditambah limbah pasir bekas muatan batu yang berjatuhan membuat jalan semakin sempit. Inilah salah satu faktor meningkatnya kecelakaan di 2018 ini,”tukasnya.
Pihaknya berharap agar unsur pemerintah terkait seperti, Provinsi, Kabupaten Konawe dan Konut memperketat pengawasan terkait aktivitas penambangan batu agar korban tidak lagi berjatuhan. (B)