ZONASULTRA.COM, KENDARI – Memilih tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan di tengah program latihan, apalagi di wilayah dengan kultur budayanya non muslim menjadi tantangan tersendiri bagi atlet dayung rowing Sulawesi Tenggara (Sultra) tentunya terasa sangat berat dirasakan oleh Julianti Cs.
Mereka adalah atlet bumi Anoa yang yang tengah menjalani Training Center di Amsterdam Belanda. Selama tiga bulan menjelang Asian Games ke XVIII di Jakarta, pelatih yang menangani tim nasional dayung Indonesia sama sekali tidak mengurangi beban latihan. Tak ayal, para atlet ini harus berjibaku menahan haus dan lapar selama sesi latihan panjang.
Terlebih lagi waktu berpuasa di negara yang terkenal dengan tim sepakbolanya tersebut waktunya lebih panjang. Bayangkan saja , mereka ini harus berpuasa dari pukul 02.30 hingga pukul 21.30 waktu negara Belanda.
Wa Ode Fitri Rahmanjani salah seorang atlet rowing asal Sultra mengungkapkan, di awal-awal ramadhan, dia mencoba untuk menjalankan ibadah puasa. Tetapi dengan program latihan yang begitu berat, dirinya terpaksa memutuskan untuk tidak melanjutkan ibadah puasa di hari berikutnya. Ini tentu menjadi beban berat baginya.
“Kalau persoalan jauh dari keluarga ini sudah biasa dan bukan yang pertama kalinya. Tetapi yang menjadi beban buat saya karena tidak bisa berpuasa di bulan Ramadhan ini,” jelasnya pada ZONASULTRA.COM, Jumat (25/5/2018).
Untuk hal ini lanjutnya, dirinya hanya meminta pada suaminya di Kendari membayarkan vidya puasanya. Dan lazimnya, kelak dia akan mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan.
Khusus untuk sholat tarawih, para atlet Sultra ini selalu berupaya untuk tetap menjalankannya, walaupun harus dilakukan di hotel tempat mereka menginap. Karena untuk menjangkau masjid, jaraknya sangat jauh dari lokasi hotel mereka.
Moment untuk menjalankan ibadah puasa di kampung halaman tentunya menjadi hayalan nikmat bagi mereka. Namun, kerinduan itu tetap dipendam karena tanggungjawab mereka yang harus menempa pengalamannya untuk bekal membela Indonesia di Asian Games nanti.
Julianti, atlet dayung Sultra lainnya menerangkan, latihan di bulan puasa sebenarnya biasa buatnya. Tetapi untuk tahun ini, dirinya mengakui tidak berpuasa lantaran beban latihan yang sangat berat.
“Untuk berangkat ke tempat latihan dari tempat menginap saja kami naik sepeda. Setiba di tempat latihan sudah disambut program latihan berat, jadi untuk latihan dengan kondisi sedang berpuasa sangat sulit,” tuturnya.
Dia juga mengakui, toleransi antar atlet muslim dan non muslim selama sesi latihan ini juga berlangsung baik. Rasa kebersamaan dengan para atlet yang non muslim bukan hanya terjadi kali ini saja. Sehingga budaya saling hormat menghormati antar umat beragama sudah terbangun baik antar atlet dayung Indonesia.
“Toleransinya sangat baik. Bahkan mereka juga ketika melihat kami atlet yang muslim sedang berpuasa, mereka tidak makan dan minum di depan kami,” kata Julianti.
para atlet ini berharap, beban berat yang mereka tanggung selama sesi latihan ini dapat membuahkan hasil maksimal. Dengan demikian, kerinduan untuk berpuasa di kampung halamannya ataupun hari-hari Ramadhan yang dilalui tanpa puasa dapat terbayarkan dengan meraih peringat terbaik dalam laga Asian Games di Jakarta nanti. (B)