ZONASULTRA.COM, KENDARI – Gerhana bulan total pada 28 Juli 2018 bisa diamati di Indonesia, termasuk di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Prakirawan Cuaca Stasiun Maritim Kendari Adi Istiyono mengatakan, dalam rilis resmi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), berdasarkan peta pengamatan di Indonesia, wilayah gerhana bulan total dibagi menjadi empat bagian dalam tiga titik wilayah U3 (timur), U4 (tengah), dan P4 (barat).
Dijelaskan, semakin ke arah barat, pengamat akan memiliki kesempatan untuk mengamati keseluruhan fase-fase pada gerhana bulan total 28 Juli 2018 nanti, mengingat gerhana masih berlangsung sebelum bulan terbenam.
Sehingga pengamat di sebelah timur garis U3, yaitu di Papua, hanya akan dapat mengamati gerhana bulan total 28 Juli 2018 dari awal gerhana hingga fase totalitas berlangsung.
Adapun pengamat yang berada di antara U3 dan U4, yaitu di Maluku, Maluku Utara, semua provinsi di Sulawesi termasuk Sultra kecuali sebagian kecil di Sulawesi Selatan (Sulsel), dan NTT bagian Timur, akan dapat mengamati gerhana bulan total 28 Juli 2018 dari awal gerhana hingga fase gerhana sebagian (setelah totalitas) berlangsung.
Sementara pengamat yang berada di antara U4 dan P4, yaitu di NTT bagian barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara bagian barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, NTB, Bali, semua provinsi di Pulau Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, sebagian besar Jambi dan Riau, serta Bengkulu bagian selatan, akan dapat mengamati gerhana bulan total 28 Juli 2018 dari awal gerhana hingga fase gerhana penumbra (setelah totalitas) berlangsung.
Seluruh fase gerhana akan teramati dari lokasi yang berada di sebelah barat P4, yaitu Bengkulu bagian utara, Riau bagian barat, sebagian besar Sumatera Barat dan Sumatera Utara, serta Aceh.
“Kalau durasi gerhana bulan di Sultra, kita belum dapat info dari Geofisika jadi belum bisa dipastikan durasinya,” ungkap Adi Istiyono kepada zonasultra com, Sabtu (21/7/2018).
Secara umum, lamanya durasi totalitas gerhana bulan total 28 Juli 2018 tersebut disebabkan oleh tiga hal. Pertama adalah saat puncak gerhana terjadi, posisi pusat piringan bulan dekat sekali dengan pusat umbra bumi yang dinyatakan dalam satuan radius equatorial bumi dan dilambangkan dengan gamma.
Semakin kecil nilai absolut gamma, semakin lama durasi totalitas GBT yang terjadi. Berdasarkan perhitungan, nilai gamma untuk GBT 28 Juli 2018 adalah 0,1168.
Penyebab kedua adalah gerhana bulan total 28 Juli 2018 terjadi pada saat bulan di sekitar titik terjauhnya dari bumi, yang dikenal sebagai titik apoge. Berdasarkan perhitungan, bulan mencapai titik apoge pada 27 Juli 2018 pukul 12:44 WIB sejauh 406.223 km.
Empat belas jam kemudian, tepatnya ketika puncak gerhana terjadi, jarak bumi-bulan menjadi lebih dekat 270 km daripada saat di apoge tersebut. Semakin jauh jarak bumi-bulan akan semakin kecil tampakkan ukuran bulan, sehingga berpotensi untuk menyebabkan bulan akan lebih lama berada di umbra bumi jika dibandingkan dengan bulan saat berada di daerah titik perigenya. Dengan demikian, gerhana bulan total pun berpotensi lebih lama.
Penyebab ketiga adalah pada bulan Juli, bumi sedang berada di sekitar titik terjauhnya dari .atahari, (aphelion), yaitu yang terjadi pada 6 Juli 2018 pukul 23:47 WIB dengan jarak 152 juta km.
Pada saat puncak gerhana terjadi, jarak bumi-matahari adalah lebih dekat 184 ribu km dari saat di aphelion tersebut. Semakin jauh posisi bumi dari matahari, kerucut umbra yang terjadi menjadi semakin panjang dan lebih besar jika dibandingkan saat bumi berada di sekitar titik terdekatnya dari matahari. Karena itu, durasi totalitas gerhana bulan total yang terjadi pun berpotensi menjadi lebih lama.
“Kita juga dapat menyaksikan gerhana bulan total di Sultra, tergantung cuaca juga nanti bagaimana, apakah cerah atau kondisi berawan bahkan bisa saja hujan, kita terus amati,” tukasnya. (B)