ZONASULTRA.COM,PASARWAJO – Setelah lebih dari 30 jam berada di rumah sakit, 58 pelajar Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Buton, berangsur-angsur dipulangkan ke rumah masing-masing. Anak-anak itu dinyatakan membaik, setelah sehari sebelumnya, Selasa (24/7/2018) dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan.
Mereka mual dan muntah berjamaah usai mengonsumsi obat penambah darah yang diberikan Puskesmas Pasarwajo, yang merupakan program Dinas Kesehatan (Dinkes) Buton. Pemberian obat ini dilakukan saat jam pelajaran berlangsung. Menariknya, meski yang mengonsumsi satu sekolah, tapi yang terdampak efek keracunan hanya 58 siswa.
Pantauan zonasultra.id, di RSUD Pasarwajo di Laburunci, para siswa yang masuk bersamaan sekira pukul 12.00-13.00 Wita, Selasa (24/7/2018) lalu kini sudah meninggalkan rumah sakit. “Ada yang sore kemarin, tadi malam dan ada juga tadi pagi. Tinggal satu orang yang masih dirawat,” ucap seorang petugas medis di rumah sakit itu, Rabu (25/7/2018).
Sementara itu, Kadis Kesehatan Buton Sumardin mengatakan, pemberian obat penambah darah (FE), ini merupakan program nasional yang harus diberikan khusus kepada siswi/pelajar dari usia 12 sampai 18 tahun. Agar mereka mempunyai daya tahan tubuh yang bagus dan kuat sehingga tidak mengalami suatu kekurangan darah (anemia). “Hanya saja ada efek, reaksi dan kontra indikasi karena dikonsumsi sebelum makan,”kata Sumardin temui awak media saat menjengguk korban di rumah sakit, Rabu (25/7/2018).
Dikatakannya, obat ini diberikan agar para pelajar mempunyai daya tahan tubuh yang bagus dan kuat agar tidak mengalami anemia. Karena ini adalah peralihan dari anak ke remaja, remaja dan dewasa dalam persiapan perhikahan. Lanjut Sumardin namun ada efek reaksinya yang muncul apabilah mengkonsumsi obat sebelum makan yaitu muntah-muntah, kepala pusing, badan panas/meriang dan tidak kemungkinan bisa mengakibatkan pingsan.
“Yang pasti obat ini diberikan seluruh siswi/pelajar se Indonesia, dan bukan hanya di Buton serta wilayah Sultra pada umumnya,” kata Kadis. Hanya saja sebelum kita memberikan ke sekolah-sekolah, terlebih dahulu kita sosialisasikannya melalui Puskesmas setempat.
Sumardin mengaku, pemberian suplemen ini sudah masuk tahun ke empat. Makanya ia berjanji akan melakukan evaluasi karena baru kali ini ada kejadian yang membuat siswa mual dan muntah. Apalagi di sekolah lain, yang juga diberikan suplemen itu tidak mengalami peristiwa tersebut.
Saat ditanya apakah ada paksaan kepada siswi/pelajar maupun pihak sekolah, itu tidak benar karena kita terlebih dahulu melakukan sosialisasi sebelum menyerahkan obat kepada siswa. “Yang pasti dengan tegas saya katakan ini bukan indikasi keracunan obat karena ini adalah murni efek/reaksi samping dari pada obat,” tukasnya.
Sementara itu, salah satu orang tua korban La Turi menduga bahwa pihak Puskesmas memaksa anak-anak di sekolah untuk meminum obat itu. Kejadiannya itu sekitar pukul 11.00 wita dan masih dalam proses belajar-mengajar. “Kemungkinan mereka tidak tahu, anak-anak perutnya sudah kosong karena sudah menjelang siang,” katanya.
Ia berharap agar pihak Pemkab Buton dalam hal ini Dinas Kesehatan bisa bertanggungjawab dari mulai biaya rumah sakit sampai proses penyembuhan. (B)