ZONASULTRA.COM,BAUBAU-Aroma bunga dan gembur tanah merah masih tercium dari sebuah makam di belakang sebuah rumah di Kelurahan Katobengke, Betoambari, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra). Disitulah jasad Brigadir Sanusi kini terbaring, dan beristirahat selamanya, tepat di samping makam sang ayah, La Jumada.
Brigadir polisi yang dikenal sangat baik hati itu gugur saat tugas, Selasa (31/7/2018) pagi lalu. Kepalanya tertembus peluru yang diduga tanpa sengaja menyalak dari senjata sang komandan, Iptu Suwoto, Kapolsek Sampoabalo, Polres Buton. Meski sempat dibawa ke rumah sakit, Allah ternyata lebih sayang padanya. Ia menghembuskan nafas terakhir sebelum sampai ke rumah sakit.
Terlalu banyak kenangan menyenangkan tentang sosok brigadir muda ini. rekan-rekannya, baik d Mapolsek Sampoabalo maupun bintara seangkatannya, tahun 2007 gelombang 1. “Almarhum adalah sosok yang menyenangkan. Dia suka humor, setia kawan, dan selalu berbagi suka duka,” kenang Brigadir Azwar Salazar, kawan Sanusi.
(Berita Terkait : Anggota Polres Buton Tewas Tertembak)
Kenangan akan kebaikan sosok Sanusi juga disampaikan Brigadir La Ode Risman. Di matanya, almarhum adlaah pria yang pantang sombong. Selalu menyapa duluan ketika melihat rekannya. “Orangnya selalu ceria, suka menyapa duluan rekannya kalau bertemu atau berpapasan” tutur La Ode Risman.
Kenangan itulah yang kini terkubur bersama jasad pria berusia 30 tahun ini. Putra ketiga dari delapan bersaudara buah cinta La Jumada dan Zaiba itu pergi meninggalkan seorang istri bernama Nova dan anaknya yang masih berusia 5 tahun bernama Aqila.
Hingga hari ini, istri Sanusi masih berkabung. Wanita yang dinikahi sang bintara 27 Januari 2013 lalu itu lebih sering di kamar sejak ikut mengantar jasad suaminya ke pemakaman. “Istrinya masih berduka,” kata La Nudi, kakak Brigadir Sanusi saat zonasultra.id menyambangi kediaman keluarga ini di Katobengke.
La Nudi bercerita, keluarga mendengar kabar bahwa Sanusi kena batu saat mengamankan bentrokan di Siontapina. Memastikan itu, keluarga menghubungi nomor sang brigadir. Waktu itu, temannya yang angkat.
“Saya tanyakan kondisinya bagaimana, katanya sementara dibawa di RS Pasarwajo. Habis itu dimatikan dan tidak aktif lagi. Kita sampai di RS, sudah tidak ada nyawanya. Katanya dirontgen dulu, jangan sampai ada pecahan peluru, disitu baru kita tahu itu kena peluru,” ungkap La Nudi sambil menahan isak di rumah duka, Rabu (1/8//18).
Almarhum Sanusi sudah kurang lebih empat tahun bertugas di Polsek Sampoabalo. Selama hidupnya, ia tidak pernah bermasalah dengan orang lain. Bahkan, dia juga tidak pernah berselisih keras dengan saudara-saudaranya. “Ibaratnya kita pegang kepalanya, dia tunduk. Dikasih bangun, dia bangun,” kenang La Mudi, dengan mata berkaca-kaca.
Ibu Sanusi, Zaiba mengisahkan, Sanusi sempat tiga kali gagal tes masuk aparat keamanan. Sebenarnya, Sanusi pernah dinyatakan lulus anggota TNI. Namun, entah apa alasannya, waktu itu sebelum meninggalnya sang ayah La Jumada, tiba-tiba Sanusi tinggalkan lokasi tesnya di Makassar.
Sebelum tewasnya Brigadir Sanusi, beberapa keluarga mengalami tanda-tanda tidak lazim yang tidak disadari. Salah satunya dari La Nudi sendiri. Sehari sebelum Sanusi wafat, dua bola matanya bergetar. Mata kanan kemudian kiri. Selain itu, Sanusi yang dulunya disiplin tiba-tiba berubah.
“Biasanya dia pamit ke ibunya kalau mau ke tugas, saya baru ingat, dua hari terakhir ini dia pergi saja, tidak bilang-bilang ke orang rumah,” imbuh La Nudi.
Yang paling diingat, katanya, malam sebelum kejadian, adik perempuan Sanusi mengalami mimpi buruk. Adiknya melihat almarhum ayah mereka datang menggandeng tangan Sanusi. “Kami berharap kasus ini diusut tuntas. Bila memang ada pelanggaran, maka pelakunya dihukum sesuai aturan,” tambahnya.
Sanusi menjalani pendidikan di SMA 3 Baubau pada tahun 2002. Dinyatakan lulus di tahun 2005. Pendidikan dasarnya di SD 3 Katobengke dan lanjut di SMP 3 Baubau pada tahun 1999.
Ajal menjemput Brigadir Sanusi 31 Juli lalu. Ketika itu, ia bersama beberapa anggota Polsek Sampobalo mencoba meredam tawuran antar pelajar di Desa Gunung Jaya, Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton. Komandannya, diduga terpeleset saat menarik pelatuk pistol. Pelurunya pun nyasar ke kepala Sanusi.
Kapolres Buton AKBP Andi Herman, menyebut almarhum sebagai pahlawan yang mendedikasikan seluruh jiwa dan raganya bagi bangsa dan negaranya. Makanya, ia memerintahkan jajarannya untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama satu pekan.(A)