ZONASULTRA.COM, ANDOOLO – USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK) bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) akan menggelar Jambore Kelompok Siaga Bencana di Andoolo yang dimulai hari ini, Kamis 20 hingga 22 September 2018.
Kegiatan ini guna meningkatkan kemampuan kelompok siaga bencana (KSB) dalam menghadapi bencana. Kepala Pelaksana BPBD Konsel, Adywarsyah Toar mengatakan, BPBD Konsel menyambut baik kolaborasi dengan APIK karena jambore ini sangat relevan dengan strategi pembangunan kabupaten yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat desa.
“Seperti yang kita ketahui, wilayah Konawe Selatan (Konsel) rawan bencana, terutama banjir, sehingga peningkatan kapasitas masyarakat terkait kebencanaan sangat penting,” ujarnya.
Berdasarkan data BPBD menunjukkan banjir di Konsel semakin meluas, misalnya pada 2017 banjir melanda empat kecamatan yang melingkupi tujuh desa, sementara di 2018 menjadi 15 kecamatan yang menaungi 62 desa.
Hal itu terjadi, akibat hujan terus-menerus, sehingga Kecamatan Laeya dan Ambesea terendam banjir yang mengakibatkan masyarakat mengungsi, sawah gagal panen, dan jalan Trans Sulawesi terputus.
Ketua Kelompok Siaga Bencana (KSB) Desa Laeya, Ramdan Salam, mengungkapkan harapannya dengan mengikuti jambore ini bisa berbagi ilmu dan pengalaman. Tak hanya itu, ia juga ingin belajar lebih dalam tentang evakuasi dan penanganan korban bencana.
Sebanyak 7 KSB dari 7 desa dampingan APIK menghadiri jambore. Tiap KSB diwakili oleh 10 anggota, yang berasal dari Desa Rumba-rumba, Awunio, Batu Jaya, Bungin Permai, Laeya, Lamokula, dan Matawolasi.
Dalam jambore itu, 70 anggota KSB belajar tentang konsep perubahan iklim dan kaitannya dengan kebencanaan, pengurangan risiko bencana, upaya tanggap darurat, serta manajemen KSB.
Tak hanya itu, peserta berkesempatan mempraktikkan teknik pertolongan pertama korban bencana, pengelolaan pengungsi, pengelolaan dapur umum, dan pendirian tenda darurat.
Perlu diketahui, Kelompok Siaga Bencana (KSB) bekerja di tingkat desa, dengan beranggotakan masyarakat dari beragam latar belakang, misalnya perangkat desa, pemuda, petani, dan pegawai negeri. KSB merupakan tim inti di masyarakat yang bertanggung jawab memimpin proses evakuasi saat bencana terjadi.
KSB terbentuk sejak 2017 dengan fasilitasi APIK, yang disertai dengan pelaksanaan kajian risiko partisipatif guna mengetahui risiko di suatu wilayah. Anggota KSB aktif terlibat melakukan kajian sekaligus menyusun rencana aksi masyarakat untuk menanggulangi risiko yang dihadapi.
Sebagai contoh, KSB dari Desa Laeya telah melakukan penyusunan acuan prosedur standar (Standard Operating Procedure atau SOP) evakuasi mandiri banjir, dan memasang rambu penanda jalur evakuasi pada April 2018. (B)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Kiki