ZONASULTRA.COM, KENDARI – Tenaga penyuluh pertanian di Sulawesi Tenggara (Sultra) semakin berkurang. Kondisi ini disebabkan oleh banyaknya tenaga penyuluh pertanian yang memilih pindah tugas, seperti, penyuluh yang masuk dalam jabatan struktural, lurah, camat, dan lainnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Muhammad Nasir mengungkapkan, hal ini membuat penyuluh yang harusnya mengurusi dua sampai empat desa. Termasuk, banyak tenaga penyuluh yang berumur di atas 50 tahun ke atas.
“Rekrutmen penyuluh dalam kuota CPNS tahun ini juga tidak sebanyak tenaga pendidik dan kesehatan,” kata Nasir ditemui di ruang kerja, Jumat (12/10/2018).
Selain tenaga penyuluh yang semakin sedikit, persoalan lainnya yang dihadapi saat ini adalah pembiayaan demplot. Sebab, melalui demplot penyuluh dapat menunjukkan teknologi muktahir, tepat guna, dan modern yang bisa diikuti secara langsung oleh petani.
“Biaya untuk demplot, 10 tahun yang lalu pernah ada. Sekarang tidak ada lagi biaya operasionalnya. Jadi terkendala dengan sarana dan prasarana, pembiayaan untuk melakukan kunjungan lapangan dan pembuatan demplot,” terangnya.
Dia mengungkapkan, jumlah tenaga penyuluh yang ada di wilayah Sultra sebanyak 1.076 orang. Sebanyak 800 orang lebih tersebar di kota dan kabupaten, sedangkan yang menjadi tanggung jawab pihaknya hanya penyuluh honorer sebanyak 200 orang lebih.
“Yang belum bisa ditunjukkan oleh instansi di kabupaten dan kota adalah mereka belum bisa memanfaatkan secara maksimal tenaga penyuluh itu,” ungkap Nasir.
Sebut Mantan Kepala Bappeda Konawe itu, saat ini penyuluh pertanian tidak lagi berdiri sendiri pada satu lembaga. Mereka sudah bergabung pada instansi teknis yang ada di kabupaten dan kota.
Bahkan, ada beberapa kabupaten dan kota yang belum memfungsikan tenaga penyuluh pertanian secara maksimal. (B)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Kiki